Chapter 7

54 16 1
                                    

Hari ini aku berniat membuat kejutan untuk kakakku, aku sengaja pulang secepatnya agar bisa makan malam di restoran favorit kami. Akhir-akhir ini kakak ku memang mengeluh jika aku sudah sering melupakan dirinya dan hanya peduli pada kerjaan ku saja. Bahkan kakakku berulangkali protes karena aku selalu pulang saat waktu makan malam telah lewat hingga aku tidak bisa menemani nya makan malam. Aku memang sibuk mengurus semua urusan ku disini dulu sebelum keberangkatan ku ke Indonesia nanti. Maka dari itu aku pulang jam 3 sore ini agar aku punya banyak waktu untuk quality time bersama nya, apalagi pekerjaan ku sudah selesai semua saat ini.

"James antar aku pulang ya." ucap ku.

"Baik Nona." jawab nya sembari mengekor dibelakang ku.

Karena letak kantor dan rumah ku tidak lah jauh maka sebentar kemudian aku sudah sampai. Setelah masuk ke dalam lift, aku menekan password lift untuk penthouse ku. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka menandakan bahwa aku sudah sampai, saat aku baru akan menginjakkan kaki ku ke dalam tiba-tiba aku mendengar suara kakak ku yang sedang mengobrol dengan seseorang lewat telepon. Berniat ingin memberinya kejutan justru aku yang malah diberi kejutan oleh kakak ku begitu mendengar apa yang dia katakan lewat telepon.

"Iya aku menyukai pria yang di foto itu, lagipula dia memiliki latar belakang keluarga yang baik dan karier nya juga bagus. Aku yakin dia akan cocok dengan adik ku nanti, jadi pasti dia akan mau menerima nya apalagi dia kan sangat tampan. Tidak aku belum memberitahukan nya, jadi jangan kata kan ini dulu pada Ina. Aku tau awal nya dia akan menolak perjodohan ini namun siapa tau jika suatu saat dia akan luluh juga."

Aku menganga lebar saat mendengar percakapan kakak ku di telepon dengan entah siapa. Aku masih membeku dibelakang kakak ku hingga tiba-tiba kakak ku sudah berbalik dan langsung terkejut melihat ku yang berada tepat dibelakang nya saat ini.

"Ina." kata nya dengan suara tercekat.

Aku masih terus mematung dengan menatap nya datar, aku masih syok dengan apa yang barusan aku dengar.

Aku masih terus mematung dengan menatap nya datar, aku masih syok dengan apa yang barusan aku dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ina, sudah berapa lama kau ada disini. Kakak tidak tau kau sudah pulang." kata nya dengan suara gugup yang tidak bisa dia sembunyikan.

"Cukup lama untuk mendengar pembicaraan kakak barusan, tentu saja kakak tidak mendengar ku pulang karena kakak tengah sibuk dengan percakapan kakak barusan tentang menjodohkan aku." kata ku dengan dingin.

"Ina kau salah paham, kakak tidak bermaksud untuk menjodoh kan mu. Kakak hanya ingin-"

"Cukup kak, aku tidak ingin menyakiti mu dengan kata-kata ku, tapi yang jelas didalam otak ku saat ini aku sudah menyiapkan begitu banyak umpatan. Berapa kali aku mengatakan pada mu bahwa aku tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun. Aku sudah mengatakan pada mu jangan pernah membahas masalah ini tapi yang kau lakukan sekarang justru lebih parah. Mengapa kau begitu ngotot membuat ku berkencan dengan seseorang kak? Mengapa?"

"Karena aku ingin kau bahagia dan bisa melupakan ide bodoh mu untuk balas dendam itu."  teriak nya pada ku. Aku menatap nya dengan marah, darah ku seakan-akan sudah begitu mendidih hingga rasa nya jika aku meletakkan telur mentah diatas kulit ku maka seketika telur itu akan matang dengan cepat.

"Mengapa kau begitu ikut campur pada hidup ku? Urus saja urusan kakak sendiri, kau bahkan juga belum pernah berkencan dengan pria kan?? Lalu mengapa kau begitu ingin aku berkencan sedang kan kau sendiri juga tidak pernah melakukan nya. Dan mengenai dendam ku sampai mati pun aku belum bisa tenang jika aku belum membalas nya. Dan tentang penjodohan yang kau ingin lakukan itu, lakukan lah untuk dirimu sendiri." kata ku dengan berang.

Aku langsung meninggalkan kakak ku dengan penuh emosi. Aku naik ke atas dan membanting pintu kamar ku dengan begitu kencang. Hati ku benar-benar kacau saat ini, aku berjalan ke arah balkon kamar ku dan duduk di ayunan yang ada di sana kemudian menangis dengan kencang.
Perasaan ku begitu kecewa atas apa yang kakak ku lakukan, ini adalah kali pertama kami bertengkar hebat seperti ini. Namun jangan salahkan aku karena bukan aku yang memulai nya, bisa-bisa nya kakak ku menjodoh kan aku. Walaupun aku sayang pada nya namun bukan berarti dia memiliki hak untuk mengatur hidup ku seperti ini. Aku masih terus menangis hingga mata ku terasa begitu berat hingga tanpa sadar aku tertidur di sana.

**

"Ina, bangun lah sayang. Ina kakak ada disini, ayo lah bangun sayang." Ohh tuhan mimpi itu lagi.  Aku mengerjapkan mata ku beberapa kali dan sudah menemukan kakak ku sedang berjongkok di depan ku dengan wajah khawatir.

"Apa yang kau lakukan diluar sini? Ini musim dingin dan kau malah tidur di luar. Apa kau ingin sakit? Ayo kita masuk." kata kakak ku sembari menuntun ku untuk masuk ke dalam kamar ku.

"Kakak ambil kan coklat panas untuk menghangat kan tubuh mu, kau ganti baju mu dulu dan masuk ke dalam selimut agar tubuhmu tidak membeku." Aku hanya diam tidak menjawab namun tetap menuruti apa yang dia katakan. Setelah mengganti baju ku dengan baju tidur aku langsung menelusupkan tubuh ku ke dalam selimut tebal ku. Aku tidak sadar kalau aku tertidur di balkon tadi selama berjam-jam hingga malam sudah larut, padahal di luar tadi memang sangat dingin sekali.

"Ini minum lah dulu." Aku mengambil minuman yang dia sodor kan dan menyesap nya pelan-pelan. Suasana diantara kami begitu senyap karena kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Jujur saja aku masih benar-benar marah pada kakak ku dan aku masih tidak ingin bicara pada nya dulu hinga hati ku sudah tenang nanti.

"Aku mau tidur." kata ku singkat. Seperti nya kakak ku memahami maksud ku dan berdiri, saat dia hendak mencium kening ku aku langsung melengos menghindari nya.

"Selamat tidur sayang, maaf kan kakak." Aku menoleh kearah pintu yang sudah tertutup itu. Biasa nya setelah aku bertengkar dengan kakak ku, aku selalu merasa bersalah setelah nya namun kali ini aku masih benar-benar marah hingga aku merasa tidak peduli dengan tatapan kakak ku yang terlihat begitu sedih.

Tbc

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang