Chapter 25

34 16 0
                                    

"Pagi kak Ira."

"Pagi sayang ayo sarapan dulu, kamu mau makan apa sandwich atau sereal?" tanya kakak ku begitu aku duduk menyusul nya di ruang makan.

"Nggak ada nasi goreng ya kak?"

"Ada tapi belum dimasak, sebentar ya kakak akan minta Jane untuk membuatnya untuk mu." Dia berdiri dari kursinya.

"Tidak perlu kak, aku akan makan sandwich ini saja tidak apa-apa kok." cegah ku dan kembali menariknya duduk.

"Ya sudah sebentar biar kakak ambil kan. Ini makan lah." Aku menerima roti yang diulurkan pada ku.

"Halo calon kakak ipar ku, halo sayang." Aku langsung menoleh ke arah sumber suara. Roti yang sudah berada didepan mulut ku kembali kuletakkan di piring.

"Mario? Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?" tanya ku.

"Tentu saja untuk menjemput kekasih baru ku." jawab nya dengan santai. Kakak ku yang mendengar nya langsung tersedak susu yang sedang diminum nya. Aku refleks mendekat ke arah kakak menepuk-nepuk pelan punggung nya.

"Kakak hati-hati dong kalau minum ah." omel ku. Masih dengan terbatuk-batuk dia sudah sibuk menunjuk ku dan Mario secara bergantian.

"Ka-kalian berkencan?" tanya kakak ku setelah batuk nya mulai reda. Baru aku akan menjawab nya Mario sudah menyela ku untuk menjawab nya.

"Iya calon kakak ipar, Kaina sudah setuju berkencan dengan ku bahkan dia sudah mempertimbangkan untuk menikah dengan ku." jawab Mario dengan asal. Aku yang gemas langung mencubit Mario yang ada didekat ku.

"Benarkah? Oh ya Tuhan Ina sayang, akhir nya kamu memberikan kabar paling bahagia ini untuk kakak mu. Sayang ku terimakasih sekali karena akhirnya kamu mau berkencan bahkan menikah." ucap kakak ku dengan excited sembari memeluk ku dengan erat sekali.

"Walaupun kakak sebal pada mu karena kamu tidak mengatakan ini semua pada kakak dan kakak justru harus tau ini dari Mario tapi kakak tidak peduli yang jelas kakak bahagia sekali." Aku yang sebenarnya ingin menjelas kan bahwa aku masih belum yakin tentang pernikahan pada kakak ku pun menjadi enggan begitu melihat kebahagiaan yang ada di mata nya. Mario sendiri sudah terlihat tersenyum lebar dan terlihat sekali jika dia juga sama bahagianya seperti kakakku, melihat kak Ira dan Mario bahagia seperti ini mau tidak mau juga membuat ku ikut merasa bahagia juga. Yah mungkin saja ini semua awal dari kebahagiaan yang selama ini sudah aku tunggu, aku berharap aku bisa bahagia bersama Mario.

"Ya sudah ayo Mario kita makan bersama saja sekarang, ayo makan ini calon adik ipar ku." kata kakak ku.

"Terimakasih calon kakak iparku." jawab Mario. Aku pun hanya diam menanggapi interaksi antara yang mereka sebut sebagai calon kakak dan adik ipar ini.

"Jadi tanggal berapa rencana kalian untuk menikah?" tanya kakak ku yang gantian membuat ku tersedak.

"Ina kok jadi ganti kamu sih yang makan nya nggak pelan-pelan, ayo minum dulu." Aku mendelik sebal ke arah kakak ku.

"Ya abis kakak aneh-aneh aja sih, masak aku yang baru saja berkencan dengan Mario sudah ditanya tanggal menikah." sungut ku kepada nya setelah batuk ku reda.

"Iya mau bagaimana lagi kakak sudah tidak sabar mengurus persiapan pernikahan kalian berdua nanti." jawab ku yang malah disambut acungan jempol oleh Mario.

"Sudah lah ayo Mario kita berangkat sekarang saja ya." ajak ku sembari mencium pipi kakak ku. Setelah berpamitan dengan kakak ku aku berjalan keluar yang diekori oleh Mario.

"Kaina tungguuuu." teriak Mario yang membuat ku terkejut. Belum sempat aku menoleh untuk melihat apa yang terjadi tiba-tiba aku sudah dibuat diam membeku oleh nya saat Mario sudah ada tepat dibelakang ku sembari memegang pinggang ku.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang