Chapter 44

39 1 0
                                    

" Hah?"

Aku terkejut begitu James tiba-tiba saja membalikkan badannya tepat didepan ku, dengan sedikit gugup aku tersenyum kaku.  Wajah James terlihat begitu sedih dan pucat walaupun dia sudah mencoba memberikan sebuah senyuman yang terlihat sekali coba dia paksakan.

"Kenapa belum tidur? Ini sudah larut malam." ucap nya sambil mengacak-acak rambutku.

"Dari mana kau tau aku datang? Kenapa kau selalu tau dan selalu saja selangkah lebih maju dari ku?" tanya ku sambil merapikan rambutku yang berantakan. Aku mengerucut kan bibir ku dengan kesal.

"Aku selalu tau kau ada dimana, bagaimana pun cara nya aku pasti tau dan selalu bisa menemukan mu jadi jangan coba-coba bersembunyi dari ku."

"Halah omong kosong, apa bukti nya kau selalu bisa menemukan ku?" tanya nya dengan skeptis sambil menjatuhkan pantat ku untuk duduk di pinggir kolam renang. Aku sedikit terjenggit saat kaki ku yang sengaja ku ceburkan ke dalam kolam menyentuh air yang ternyata cukup dingin juga.

"Kau akan percaya jika sudah melihat nya sendiri suatu hari nanti." jawab nya sambil ikut bergabung duduk disamping ku dan meniru ku dengan memasukan kaki nya ke dalam air. Aku hanya menanggapi ucapan nya dengan sebuah senyuman kecil.
Suasana hening pun menyelimuti kami berdua, tidak ada percakapan apapun lagi diantara kami. Sebenarnya dari tadi aku penasaran dengan siapa James menelefon barusan, tapi aku ragu untuk bertanya pada nya saat ini. Aku takut jika aku bertanya pada nya maka itu akan membuat nya sedih, karena itu aku memilih diam saja.

"Kau tidak ingin bertanya sesuatu pada ku?" ujar nya tiba-tiba. Aku menoleh menatapnya dengan terkejut.

"Embt tidak ada kok." jawab ku berbohong. James menaikkan alis nya yang berarti dia tidak percaya dengan jawaban ku barusan.

"Aku tau ada yang ingin kau tanyakan padaku kan? Tidak apa-apa tanyakan saja apa yang ingin kau ketahui, aku akan menjawab nya."

"Katakan pada ku, apa kah benar-benar semudah itu membaca pikiranku? Apakah aku ini orang yang benar-benar mudah ditebak? Kenapa kau maupun Kak Ira selalu saja tau apa yang aku pikirkan." kata ku dengan heran. Yah aku sudah lama sekali ingin tau tentang ini. Mungkin aku masih bisa menerima jika Kak Ira selalu saja tau apa yang aku pikirkan sebelum aku mengatakan nya, karena dia itu kakak ku maka itu adalah hal yang wajar untuk dia bisa tau apa yang aku pikirkan sebab dia mengenal ku luar dalam. Tapi bagaimana dengan James? Dia kan mengenal ku baru beberapa tahun yang lalu tapi bagaiamana bisa dia selalu saja bisa membaca pikiran ku. Aku takut saja jika ternyata aku ini adalah pribadi yang mudah dibaca oleh orang lain, tentu nya jika benar begitu berarti ini sangat berbahaya bagi karier ku sebagai seorang pengusaha.

"Karena aku dan Nona Ira sama-sama mengenal dirimu dengan baik." kata nya sambil tersenyum manis pada ku.

"Katakan saja."

"Embt baiklah jika kau memaksa ku, ehh boleh ku tau kau baru bicara dengan siapa tadi?" tanya ku akhirnya. James kembali menampilkan senyuman diwajah tampan nya itu.

"Sekertaris ayah ku yang menelfon tadi, dia mengatakan ayah ku sedang sakit keras dan sekarang dia membutuhkan bantuan ku." jawab nya dengan santai. Aku membelalakan mataku dengan bulat sempurna saking kaget nya aku mendengar jawaban tak terduga itu.

"Ayah mu masih hidup?" tanya ku dengan melongo.

"Secara fisik, iya dia masih hidup tapi bagiku dia sudah lama mati." ujar nya sambil merebahkan tubuh nya ke rumput segar yang ada di bawah kami. Aku menatap nya dengan tidak terbaca, aku sendiri masih tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Aku menaikkan kedua kaki ku yang mulai tarasa dingin ini sembari memeluk nya dengan kedua tangan ku dan menyandarkan kepalaku ke lutut ku.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang