Chapter 3

78 17 0
                                    

"Pokok nya aku tidak ingin tau, kalian selesaikan masalah ini secepatnya, kalau bisa aku ingin ini semua selesai dalam kurun waktu 1 bulan. Jika kalian tidak segera berhasil menyelesaikan masalah ini maka segera bersiap-siap meninggalkan pekerjaan kalian disini. Aku tidak suka menyimpan orang bodoh di perusahaan ku. Kalian boleh keluar sekarang." bentak ku pada mereka yang berada di ruangan rapat bergegas keluar setelah mengetahui singa betina mulai keluar kandang. 

Aku memijat kening ku yang terasa begitu berat saat ini, aku sangat benci kesalahan dan aku selalu berusaha memastikan bahwa disetiap urusan bisnis ku semua bisa berjalan dengan lancar. Aku mendirikan bisnis Advertising ini dengan susah payah, aku harus berjuang siang dan malam membuat proposal dan meyakinkan pihak bank untuk memberikan pinjaman uang kepada ku sebagai modal, semuanya tidak semudah yang aku pikirkan, aku beranggapan bahwa menjadi lulusan Harvard dengan nilai yang tinggi mampu meyakinkan mereka, namun kenyataan nya mereka ragu untuk memberikan pinjaman uang kepada gadis berusia 20 tahun yang berambisi membangun perusahaan nya sendiri. Pencapaian ku selama ini tidak lah mudah, semenjak kecelakaan itu kakek kami membawa ku dan kak Ira ke Amerika untuk menghilangkan trauma kami berdua dari tragedi itu. Awal nya kakek mengajak kami tinggal di Houston, Texas,  karena disana lah kota kelahirkan kakek ku, tapi karena aku ingin sekolah di Riverdale Country school yang ada di New York City akhir nya kami semua pindah ke sana. Kami membeli rumah yang cukup lapang disana, kemudian setelah aku lulus dari sana aku akhir nya memutuskan kuliah di Harvard University yang ada di Cambridge, Massachusetts. Karena kakak ku masih sekolah disana dan kakek ku juga memiliki pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan, akhirnya aku pergi seorang diri sedangkan kakek dan kakak ku tetap di New york dan baru setelah lulus aku kembali menyusul mereka ke sana dan mulai membangun perusahaan ku. Aku membangun perusahaan telekomunikasi bermodalkan uang peninggalan oqrangtua ku dan penjualan rumah kami di Indonesia. Awal nya aku hanya memiliki 30 karyawan untuk membantu ku dan menyewa gedung kecil berlantai 3 hingga akhir nya aku berhasil dengan semua kerja keras ku. Namun selang beberapa tahun kemudian Kakek meninggal dalam tidur tenang nya, kematian kakek ku membuat ku terguncang hebat hingga aku melupakan bisnis yang sedang aku rintis, namun lambat laun luka akibat kehilangan kakek ku mulai sembuh dan akhirnya aku kembali hidup normal meskipun hal itu cukup sulit kelakuan jika tanpa dukungan dari kakak ku. Perjuangan ku memang tidak sia-sia, aku ingat dulu disaat teman seumuran ku pergi kepesta dan berkencan, aku lebih memilih tinggal dirumah dan belajar, disaat teman ku yang lain baru masuk kuliah, aku sudah harus berjumpalitan mendirikan bisnis ku. Aku sudah mulai putus asa ketika bank tidak juga menerima proposal ku hingga akhirnya keberuntungan ku datang juga saat aku bertemu dengan salah satu teman lama ayahku bernama Haris Franciscus, yang sekarang sudah kuanggap seperti ayah ku sendiri, datang dan menawarkan uang nya pada ku sebanyak 500 ribu dollar hingga akhirnya modal itu kugunakan untuk mengembangkan perusahaan ku mulai dari menyewa sebuah bangunan kecil dengan 15 karyawan.

"Nona?" Aku tersentak kaget saat sebuah suara membuyarkan lamunan ku. Aku menoleh kearah asal suara itu dan menemukan James sudahada didepan ku.

"Ada apa  James?" tanya ku dengan nada malas.

"Sudah waktu nya makan siang Nona." Jawab nya.

Aku mendorong kursi ku dan berdiri.  "Baiklah kalau begitu ayo." ajak ku sembari berjalan kearahnya.
Aku meninggalkan kantor dan pergi menuju restoran yang biasa nya aku kunjungi tak jauh dari kantor.

"James ayo temani aku makan, aku dedang malas sendiri." ajak ku pada nya begitu kami sampai di depan restoran. James nampak terkejut dengan permintaan ku barusan.

"Tapi Nona saya merasa tidak pantas jika ikut makan bersama anda, apalag-"

"Kau manusia kan?" potong ku.

"Seingat saya sampai saat ini saya masih berstatus manusia Nona." kata nya sambil menatap ku.

"Kalau begitu temani aku makan sebagai sesama manusia bukan sebagai bos dan staff, Ayo." Tanpa sengaja aku menggandeng tangan nya, aku sontak melepas nya ketika menyadari apa yang tanpa ku sadari ku lakukan.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang