Undangan pernikahan telah selesai aku kirimkan ke Amerika, beberapa hari ini aku memang sibuk mengurus semua nya termasuk memilah siapa saja yang harus aku undang untuk datang ke pesta pernikahan ku. Aku sendiri ikut turun tangan dalam persiapan ini karena selain ingin memastikan jika semua nya sesuai dengan apa yang aku ingin kan, aku juga sangat antusias dengan pernikahan ku bahkan aku rela mengambil cuti beberapa minggu ini supaya aku bisa benar-benar fokus mempersiapkan semuanya. Pernikahan yang tinggal satu bulan lagi membuat ku mau tidak mau menjadi stres sendiri, walaupun Kak Ira meminta ku untuk santai tapi tetap saja aku masih panik karena hanya beberapa hal yang belum beres. Pasal nya aku ini termasuk perfeksionis jadi jika aku merasa semua nya belum sempurna maka aku akan uring-uringan sendiri.
"Kapan paman Haris datang Na?" tanya kakak ku sambil menyendokkan salad nya ke dalam mulut nya.
"Embbt kata nya masih dua minggu lagi."
"Ohh ya udah."
Aku meneguk minuman ku sampai habis sebelum berdiri dan berpamitan untuk berangkat ke butik tempat ku memesan baju pernikahan ku.
"James ada dimana?" tanya ku pada Chris saat tidak menemukan nya. Biasa nya aku selalu mendapat kan ucapan selamat pagi nya saat aku turun untuk sarapan tapi sejak tadi aku sama sekali belum melihat nya, bahkan sekarang pun aku tidak melihat nya.
"Ohh saya juga tidak tahu Nona, saya juga belum melihat nya. Seperti nya dia sedang pergi karena Mercedes nya tidak ada di garasi." jawab nya.
Aku mengernyit heran kenapa James tidak memberitahu ku kemana dia pergi, apa jangan-jangan dia ingin memberikan aku kejutan ya? Aku kembali tersenyum mengingat kembali cerita James kemarin, cerita dimana dia pertama kali bertemu dengan ku dan bagaimana dia bisa tertarik padaku ku karena alasan yang konyol.
"Nona ingin pergi? Anda terlihat sangat rapi."
"Ohh iya, katakan pada James aku akan ke butik sebentar untuk fitting baju jika dia sudah kembali nanti ya." kata ku sambil berjalan menuju ke Audi ku.
"Anda ingin saya antar?" tanya nya sembari membuka pintu ku. Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku.
"Tidak perlu, terimakasih." tolak ku. Aku pun melajukan mobil ku keluar dari kompleks perumahan menuju butik. Kali ini aku memang lebih memilih designer lokal karena jujur saja aasku sedikit trauma jika meminta Elle lagi yang mendesign nya, bukan karena aku takut jika hal yang sama akan terjadi tapi ku hanya tidak ingin kembali mengingat kegagalan pernikahan ku kembali. Jalanan yng tidak terlalu padat membuat ku bisa sampai di butik ini dalam waktu 40 menit saja.
"Halo Nona Ina, selamat datang. Mari silahkan masuk." sambut mbak Pretty, designer sekaligus pemilik butik ini.
"Gimana mbak gaun nya?" tanya ku sambil iseng-iseng melihat lukisan yang ada di depan ku.
"Ini gaun nya sudah tinggal finishing nya aja kok. Bagaimana?" ujar nya sembari memperlihatkan gaun berwarna putih dengan model lengan pendek dan bawah nya memanjang hingga terjuntai ke lantai. Gaun ini memang tidak terlalu berlebihan dalam hal model nya namun aku tetap menyukai sisi sederhana tapi elegan dan juga terlihat luxury.
"Embt sangat Bagus, saya sangat suka." jawab ku.
"James? Kau ada dimana?" tanya ku langsung saat dia menelfon ku.
"Aku sedang mengurus keberangkatan kita ke San francisco minggu depan untuk mendaftar kan pernikahan kita." jawab nya.
Aku menepuk jidat ku sendiri, saking sibuknya aku dengan persiapan pesta pernikahan ku hingga aku lupa jika aku bahkan belum mendaftar kan pernikahan kami. Walaupun resepsi nya ada di sini tapi tetap saja aku harus menikah di Amerika karena aku sudah menjadi warga negara sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of Heart
RomanceKaina Putri Hutama, memiliki masa lalu yang pahit hingga menjadikan hatinya dipenuhi kegelapan dan kebencian pada satu nama yaitu Erwin Handoko, orang yang menyebabkan kematian kedua orangtuanya. Keinginan nya untuk membalaskan dendam ayah nya pad...