Chapter 42

45 4 0
                                    

Sepanjang perjalanan kami pulang ke Jakarta, tangan ku dan James tidak pernah lepas sedetikpun. Kami sama-sama enggan untuk sekedar melepas kan tangan kami masing-masing seolah kami berdua takut jika kami melepaskan genggaman ini maka tangan ini tidak akan bisa kami raih kembali. Aku tidak bisa menuliskan dengan kata-kata bagaimana bahagianya aku saat ini, aku seolah merasa bahwa akhirnya selama bertahun-tahun hidup di dalam sebuah kubangan kesedihan akhirnya aku bisa berdiri tegak dan berjalan ke arah kebahagiaan yang selama ini aku cari.

"Hey tunggu-tunggu, kau pernah bilang padaku jika wanita yang kau cintai itu adalah wanita yang pernah kau tolong saat kau masih remaja kan? Lalu apa itu berarti wanita yang kau tolong saat itu adalah aku?" tanya ku karena tiba-tiba saja ingat dengan cerita James kala itu saat kami berada di Lake Tahoe. Aku tentu sangat ingat James pernah bercerita mengenai hal itu padaku, cinta pertama James adalah wanita yang James tolong saat si wanita itu di ganggu oleh beberapa pria brandalan.

"Iya itu adalah kau." jawab nya.

"Benarkah? Tapi aku sama sekali tidak mengingatnya."

"Jika kau mengingat nya maka kau pasti akan mengenali ku begitu kau melihat ku pertama kali saat aku melamar pekerjaan sebagai bodyguard pribadi mu saat itu."

"Ohh itu pasti sudah lama jadi aku tidak terlalu ingat kan?" bela ku.

"Akan sangat aneh malahan jika kau mengingat ku." kata James.

"Maksudmu?"

James menggeleng kecil sambil sesekali tersenyum padaku.

"Ceritakan pada ku James kapan kita pertama kali bertemu? Kenapa aku sama sekali tidak ingat?" rengek ku padanya.

"Nanti aku akan ceritakan semua nya, Oke?"

"Kapan? Kenapa tidak sekarang?" desak ku dengan keras kepala.

"Nanti." jawab nya singkat. Aku mendesah kecewa sambil melepas kan tangan ku dari nya. Aku tau James sedang menatap ku saat ini tapi aku tidak mengacuh kan nya dan tetap menatap ke depan dengan mulut mengerucut sebal. James kembali meraih tangan kanan ku dan mengecup nya dengan pelan.

"Tunggu saja sayang, aku janji akan menceritakan semuanya pada mu nanti." yakin nya pada ku.

"Baiklah pinky swear?" ujar ku sembari menyodorkan jari kelingking ku ke arahnya. James menggeleng-geleng kan kepalanya sambil tersenyum geli.

"Pinky swear."

***

"Jadi?"

"Aku lah wanita itu kak." pekik ku dengan senang.

"Aku sudah bisa menebak nya." kata nya dengan santai. Aku mengerutkan kening ku dengan heran.

"Kok gitu?" tanya ku penasaran.

Kakak ku mendesah pelan sembari menegak segelas white wine nya itu

"Ina, memang nya kau benar-benar tidak sadar yah jika James itu menyukai mu sejak lama? Ya ampun kau ini makanya jangan cuma memikirkan pekerjaan mu itu saja, sehingga bukan hanya otak mu itu saja yang bekerja tapi juga hati mu bisa ikut berfungsi dan menjadi lebih peka pada perasaan orang. Kakak saja tau jika James mencintai wanita lain seperti yang kau katakan itu maka wanita itu pasti adalah kau, siapa lagi wanita yang dia cintai jika bukan kau. Aku bisa melihat nya bahwa selama ini James itu menaruh perasaan pada mu, tatapan mata nya pada mu itu lah yang menyadarkan aku." jelas nya.

Aku kembali menyeruput secangkir coklat panas ku dengan pelan sambil memainkan kaki ku di kolam. Apakah hati ku sudah begitu gelap hingga aku bahkan sama sekali tidak  menyadari hal yang kakak ku bicarakan mengenai perasaan James pada ku sama sekali, atau kah dulu aku yang terlalu sibuk memikirkan mengenai misi balas dendam ku hingga aku sama sekali tidak bisa menyadari itu.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang