Chapter 21

33 9 3
                                    

"Jadi bagaimana kemarin?" tanya kakak ku tanpa basa-basi begitu melihat ku sudah duduk disamping nya. Aku mengambil nasi goreng kornet kesukaan ku dan langsung menyantap nya, kakak ku masih sibuk menatap ku sembari menunggu jawaban dari ku. Aku menghela nafas ku pelan sebelum menjawab pertanyaan nya.

"Dia sudah merasa lebih baik sekarang dan aku dengar dia sudah kembali bekerja hari ini." jawab ku sambil memasukkan nasi goreng nya ke dalam mulutku.

"Kalian sudah saling bertukar nomor? Apa kalian sudah saling mengirim pesan satu sama lain? Apa kalian sudah saling telfon sebelum tidur kemarin?" cerocos nya dalam sekali nafas. Sudah kuduga dia akan membahas masalah ini dan ujung-ujungnya dia pasti akan mendesak ku untuk pergi berkencan dengan Mario.

"Kalau begitu kenapa kau tidak berkencan saja dengan nya?" tanya nya dengan mendekat kan wajah nya ke arah ku. Benar kan tebakan ku kalau pasti ini akan terjadi, aku hanya memutar bola mata ku dengan jengah kearahnya.

"Aku tidak mau." jawab ku singkat.

"Kenapa? Ingat ya kata-kata mu dulu kalau kau akan memikir kan untuk berkencan dengan seseorang ketika kau sudah berhasil membalaskan dendam mu pada Hadoko, See? Kau sudah berhasil mengalahkan nya dan itu kan yang kau mau jadi sekarang tidak ada lagi alasan." desak nya pada ku.

"Iya tapi bukan berarti aku harus berkencan dengan Mario kan? Maksud ku aku bahkan baru mengenal nya beberapa hari yang lalu dan aku tidak mau berkencan dengan sembarang orang." elak ku pada nya.

"Dia jelas orang yang baik, kalau dia orang jahat dia tidak akan menolong mu waktu itu. Dia juga orang yang sukses dalam hal karir nya dan satu lagi dia juga pria yang sangat tampan Ina." kata nya dengan bersikeras.

"Kak dengar ak-"

"Tidak, kali ini kau yang harus mendengar kan kakak. Sudah cukup Ina, dulu kakak membiar kan mu berkutat pada misi balas dendam mu itu, sekarang sudah waktunya kau untuk kembali menjadi Kaina ku yang ceria lagi. Sekarang kau harus turuti satu-satunya keinginan kakak, ini juga untuk kebahagiaan mu sendiri." ucap nya kali ini dengan wajah memohon nya. Dia tau kelemahan ku dan dia menggunakan dengan baik sekarang, dia tau aku tidak akan bisa menolak nya jika dia menatap ku seperti ini. Aku menggaruk kepala ku yang tidak gatal dan akhirnya mengangguk pasrah, seketika wajah nya langsung berseri-seri dan memeluk ku erat. Aku melihat James yang ternyata ada di belakang kakak ku dan menundukkan kepalanya pada ku.

"Mobil sudah siap Nona." ucap nya sembari tersenyum sopan ke arah ku dan kakak ku. Kakak ku langsung berdiri dan mendekat ke arah James.

"James kau tau akhir nya Ina mau juga untuk berkencan dengan pria, Ya Tuhan kau tau kan James ini lah yang aku tunggu-tunggu sejak dulu." kata kakak ku dengan penuh semangat. James hanya menanggapi nya dengan tersenyum ke arah kakak ku.

"Saya ikut senang Nona Kaina akhirnya mau membuka hati nya untuk seseorang, saya harap Nona akan mendapatkan kebahagiaan." kata James yang dibalas anggukan semangat kakak ku.

"Kalau begitu saya permisi Nona." pamit nya pada kami. Aku masih menatap punggung James yang telah menjauh, aku merasa James nampak tidak bahagia seperti yang dia ucapkan. Mata nya sama sekali tidak bisa berbohong pada ku, aku langsung mengambil tas yang ada disamping ku dan berdiri meninggalkan kakak ku.

"Hei kau mau kemana Ina? Makanan mu belum habis." teriak kakak ku namun aku tidak menjawab nya dan hanya  melambaikan tangan ku kearahnya. Aku berjalan ke arah halaman dan menemukan James sudah bersiap disana.

"James ayo kita berangkat." ucap ku sembari masuk ke dalam mobil. James menyusul masuk ke belakang kemudi dan langsung menjalankan mobilnya. Aku ragu-ragu saat ingin memulai pembicaraan dengan nya, James yang sekarang sangat berbeda dengan yang dulu.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang