Chapter 13

47 12 0
                                    

Jujur aku tidak percaya kalau aku memiliki keberanian untuk kembali ke sini lagi, setelah hampir 15 tahun lebih sejak kecelakaan itu terjadi ini adalah pertama kalinya aku datang kesini.

"Hai pah, mah, kalian apa kabar disana. Maaf Iqeana baru datang nemuin mama sama papa sekarang, Ina kangen banget sama kalian." ucap ku sembari duduk di antara dua pusara mama papa ku ini. Aku tersenyum ketika melihat kedua makam orangtuaku terlihat bersih dan bunga mawar putih kesukaan mama ku juga tergeletak manis diatas kedua pusara ini. Walaupun aku jauh dari mereka namun aku sudah mempekerjakan orang untuk merawat dan menjaga makam kedua orang tuaku, aku juga telah meminta toko bunga langganan mama ku dulu untuk mengirimi bunga mawar putih setiap hari nya ke makam ini. Aku senang karena mereka benar-benar menjaga makam ini dengan baik juga telaten, nyata nya makam ini sangat bersih dan bunga juga selalu dikirim walaupun aku tidak mengawasi nya secara langsung.

"Ini adalah tempat peristirahatan mereka yang terakhir James, aku harap mereka tidur dengan tenang disana. Kalau saja mereka masih hidup, tentu saat ini kami berada dirumah kami dan sedang  tertawa bersama saat ini. Kau tau dulu kami adalah keluarga yang sangat bahagia, hanya ada tawa, canda, dan senyum disetiap sudut bagian rumah kami. Semua terenggut begitu saja sejak kecelakaan itu terjadi, disetiap sudut rumah kami hanya tersisa sebuah kesedihan dan penderitaan. Aku masih ingat saat gadis kecil tak berdaya itu menangis di dekat tubuh orang tua nya yang sudah terbujur kaku. Aku ingat bagaimana menderita nya gadis kecil itu saat menyadari papa mama nya tidak akan menyebut nama nya lagi, mengingat saat itu sang kakak juga sedang berjuang untuk hidup. Gadis kecil itu menangis tanpa henti  memikirkan bagaimana cara nya agar dia dapat membangunkan kembali orang tua nya. Orang-orang datang silih berganti untuk memeluk gadis kecil itu, mengatakan pada gadis kecil itu supaya dia kuat dan sabar. Bagaimana mereka bisa mengatakan itu semua kepada anak kecil, apa mereka peduli pada perasaan anak itu? Apa mereka peduli bagaimana anak itu nanti menjalani kehidupan nya? Tidak, mereka hanya ikut menangis namun aku yakin setelah mereka kembali pulang mereka juga akan melupakan nasib anak malang itu. Termasuk Erwin Handoko." ucap ku dengan menangis sesenggukan. Pertahanan ku benar-benar sudah runtuh sekarang, sakit itu masih saja membekas dihati ku dengan sangat dalam. Perasaan kehilangan yang sudah bertahun-tahun itu masih saja terasa menyakitkan jika diingat.

"Jangan menangis Nona, jangan perlihatkan sisi lemah anda. Saat ini anda harus menjadi kuat dan tegar, dendam anda sudah ada di genggaman anda. Hapus airmata ini dan tegakkan kepala anda sekarang." kata James sembari duduk disamping ku dan memeluk ku erat. Aku menghapus air mataku dengan kasar dan menegakkan kepalaku, benar kata James aku harus kuat dan tidak boleh lemah.

"Terimakasih James." ucap ku sembari menatap nya.

"Sudah tugas saya Nona." jawab nya. Setelah aku sudah  menguasai diriku kembali akhir nya aku memutus kan untuk meninggalkan tempat ini.

"Anda ingin pergi Jogjakarta Nona?" tanya nya setelah dia masuk ke dalam mobil.
Aku mengernyitkan kening ku dengan heran, tadi dia bilang Jogjakarta kan? Pikir ku.

"Ke Jogjakarta?" tanya ku untuk memastikan.

"Iya Nona, saya dengar kota itu adalah kota yang indah. Bagaimana Nona?" kata nya sembari melihat ku dari kaca depan.

"Sekarang?" tanya ku lagi.

"Iya Nona."

"Baiklah." jawab ku tanpa berpikir panjang.

"Kalau begitu saya akan menghubungi Frank untuk menyiapkan pesawat untuk anda." ucap nya sembari mengeluarkan ponsel nya.

Aku hanya menanggapinya dengan diam saja. Yahh mungkin aku butuh sedikit hiburan, lagipula aku juga sudah lama tidak ke Jogjakarta. Batin ku.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang