Chapter 31

51 17 3
                                    

"Mama Papa kalian kembali." teriak ku dengan girang. Mama dan Papa menatap ku tanpa ekspresi apapun, hanya melihat ku saja namun seperti tidak melihatku. Aku mencoba menyentuh mereka namun justru mereka melangkah mundur menghindari ku. "Pergilah sayang." Mama ku akhirnya bicara. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan kuat.
"Pergilah dari sana sayang." kali ini Papa yang berbicara. "Kenapa? Aku ingin bersama kalian." kata ku. Bukannya mereka menjawab ku justru mama dan papa ku malah pergi menjauh, saat aku ingin menyusul mereka kaki ku seperti dicekal oleh seseorang dengan begitu erat. Aku mencoba melepaskan kakiku namun kaki ku tetap tidak bisa bergerak sama sekali, aku berteriak meminta tolong pada Mama dan Papa ku namun mereka sudah menghilang. Kaki ku semakin di cekal hingga rasa sakit nya sudah menjalar dikakiku. Rasa sakitnya bahkan membuat ku tidak mampu berteriak lagi hingga tiba-tiba ada jurang yang begitu saja muncul disana dan seseorang yang mencekal ku tadi mendorongku hingga aku terjatuh ke jurang yang begitu dalam.

"Kaina bangun, tidak apa-apa bangun sayang, Kaina." Aku langsung terperanjat bangun dengan nafas ku yang tersengal-sengal, keringat dingin pun sudah membasahi keningku.

"Sudah kau baik-baik saja sekarang, itu hanya mimpi saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah kau baik-baik saja sekarang, itu hanya mimpi saja." tenang nya sembari memeluk tubuhku. Aku mencoba mengatur kembali nafas ku yang kini begitu memburu. Ya Tuhan mimpi apa itu? Ini tidak lah seperti biasa nya, kenapa mimpi ku itu begitu menakutkan? Apa maksud perkataan Mama dan Papa tadi?

"Sayang? Kau baik-baik saja?" tanya nya dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja." jawab ku singkat. Mario melepaskan pelukan nya dari tubuhku dan menatap ku dengan lekat.

"Kau yakin?" Aku mengangguk lemah.

"Ya sudah ayo tidur lah kembali." ujarnya sambil mendorong tubuh ku kembali berbaring.

"Kalau begitu aku ke bawah dulu ya." ucap Mario sembari mencium keningku. Setelah aku mengiyakan, Mario langsung menutup pintu kamar ku dan turun kebawah. Aku mencoba memejamkan mataku namun begitu mengingat mimpi itu membuatku kembali membuka mata ku. Mimpi ku ini benar-benar berbeda, mimpi ini begitu menakutkan dan begitu buruk bahkan rasa takut ku masih belum hilang saat ini. Aku terjaga hingga pagi menjelang, mata ku sama sekali tidak bisa terpejam sedetik pun hingga akhirnya aku menyerah dan memilih keluar untuk berjalan-jalan menikmati sunrise di pantai. Aku mencuci wajah ku dan berganti pakaian untuk pergi keluar. Jam yang masih menunjukkan pukul 4.30 membuat suasana diluar masih gelap dan dingin sekali, aku memeluk tubuhku sendiri guna menghangatkan tubuh ku karena aku memakai pakaian tipis saat ini. Suasana disini begitu sunyi sekali, hanya deburan ombak yang menemani kesendirian ku.
Aku duduk bersandar di pohon besar yang sudah tumbang dan
menikmati keindahan alam yang begitu indah didepan mata, duduk di pasir putih yang selembut sutra ini membuat hati ku kembali menjadi sedikit lebih tenang dibandingkan tadi. Mimpi itu masih mengganggu pikiran ku namun aku mencoba mengenyahkan pikiran yang buruk dan berharap semoga mimpi itu hanya lah sebuah mimpi tanpa ada makna yang berarti didalam nya. Tanpa terasa matahari sudah mulai menunjukkan sinar nya yang berwarna keemasan, benar-benar pemandangan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja bahkan aku tidak mau berkedip sedikitpun saat ini agar tidak kehilangan moment luar biasa yang sedang tersaji didepan ku ini. Matahari yang mulai menampakan diri seutuh nya membuat tempat ini sudah berubah menjadi terang. Aku menutup mata ku sembari menghembuskan nafas ku pelan-pelan untuk menikmati udara segar di sini.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang