Chapter 27

29 13 0
                                    

Rasa malu menjalar di seluruh wajah ku, benar-benar sial sekali. Bagaimana aku bisa kehilangan kendali seperti tadi? Aku merasa seperti anak remaja labil yang habis ketahuan ciuman dengan pacar nya
oleh keluarga nya. Aku menatap Mario yang balas menatap ku dengan senyum manis nya.

"Sudah saling lihat-lihat nya nanti saja sekarang kalian makan dulu, baru setelah nya kalian bisa melanjutkan kegiatan kalian tadi di KAMAR." ucap nya dengan menekan kan kata kamar dengan begitu jelas.

"Kakak apaan sih udah deh jangan nyebelin." ucap ku dengan jengah karena sedari tadi kakak ku memang tidak berhenti menggoda kami.

"Yah maaf deh ya yang lagi sensitif karena aku ganggu kalian yang lagi-"

"Kak Ira ihh diem nggak yaa." kata ku sembari mencubit bibirnya dengan gemas.

"Ihh iya iya sakit tau Na." kata nya dengan bersungut-sungut.
Aku mengerucutkan bibir ku dengan sebal kearah nya. Mario yang biasanya cerewet juga terlihat diam saja sejak tadi, dia pasti juga sama malu nya seperti aku. Setelah makan malam selesai Mario langsung pamit untuk kembali.

"Ayo aku antar sampai depan." ucapku sambil berdiri.

"Terimakasih Kak Ira untuk makan malam nya, kapan-kapan gantian aku yang menjamu kalian dirumah ku nanti ya." kata Mario sambil ikut berdiri.

"Tidak, kalian saja yang makan sendiri aku tidak keberatan kok. Aku tidak mau mengganggu kalian berdua lagi seperti tadi." jawab ku asal. Aku mendelik kearah nya yang dibalas kekehan pelan oleh nya. Aku yang sudah malas digoda kakak ku sejak tadi pun memilih menarik Mario untuk pergi keluar.

"Hei jika kalian ingin melanjutkan ciuman tadi kakak tidak akan mengganggu kalian lagi kok jadi kalian bisa melanjutkan nya disana." teriak nya dengan keras.

"Maaf ya kakak ku memang seperti itu." kata ku setelah kami sampai luar.

"Tidak aku yang minta maaf karena kelakuan tadi, entah mengapa tiba-tiba saja aku melakukan hal bodoh itu."

"Apa kau pikir itu tadi adalah hal yang bodoh?" tanya ku.

"Tidak itu adalah hal yang luar biasa dalam hidup ku, tapi kupikir kau akan marah pada ku karen aku tiba-tiba mencium mu seperti tadi." jawab nya dengan wajah terkejut.

"Tidak, aku juga menyukai nya." jawab ku dengan jujur.

"Benarkah?" tanyanya memastikan. Aku menunduk kan kepala ku sembari mengangguk malu tidak berani menatap mata nya. Mario meraih wajah ku dan mendongakkan nya hingga mata kami saling bersiborok, Mario mendekatkan wajah nya lagi kearah wajah ku. Aku mengikuti naluri ku untuk memejamkan mataku, aku bisa merasakan hembusan nafas nya di wajah ku. Bibir Mario kembali menyentuh bibirku dengan lembut dan sabar, hanya kecupan pelan yang dia berikan dibibirku. Berbeda dengan tadi kali ini Mario mencium nya dengan sangat lembut dan tidak mendesak, aku secara naluriah mengalungkan tanganku ke leher nya dengan erat dan menarik nya agar semakin mendekat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang