Chapter 48

40 1 0
                                    

"Ina!"

"Kakak."

Aku segera berlari menghampiri nya dengan tidak sabar dan memeluk nya begitu erat seolah aku sudah tidak bertemu dengan nya selama bertahun-tahun, Kak Ira pun membalas pelukan ku dengan tidak kalah erat nya.

"Sayang, kamu baik-baik saja kan? Apa Mario menyakiti mu? Apa dia melakukan hal yang buruk pada mu? Apa kau dikurung di tempat yang gelap seperti di film-film? Dia pasti membuat mu takut kan? Dimana keparat itu? Aku akan membunuh nya sekarang juga, beraninya dia melakukan ini pada adik kesayanganku. Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada nya, dia tidak akan ku biarkan lolos begitu saja. Dasar pria pengecut, pria tidak tau diri, pria brengsek. Apa dia tidak malu sudah ketahuan busuk nya dia oleh mu? dan sekarang dia malah berani menculik mu, Ya ampun masih untung kamu belum menikah dengan nya. Ina? Sayang? Kenapa kau diam saja? Kau terluka ya? Apa jangan-jangan dia sudah mencuci otak mu seperti di film-film?" cerocos nya dengan bertubi-tubi dalam sekali nafas saja.

Aku tersenyum lebar mendengar ocehan nya yang bisa di ibarat kan sebagai ocehan kereta api alias ocehan yang panjang nya nauzubillah. Tidak kusangka jika ternyata aku bisa sangat merindukan ocehan nya ini. Jika dulu aku sangat sebal sekali jika dia mulai mengoceh panjang lebar seperti ini maka sekarang aku amat sangat senang karena akhirnya aku bisa mendengar nya lagi.

"Kak Ira, aku kangeeeeeen banget sama kakak." ujar ku sambil kembali memeluk nya.

"Kakak juga sayang, kamu tau nggak kakak udah 3 hari ini nggak bisa tidur karena kakak khawatir banget sama keadaan kamu." ucap nya seraya menciumi pipi ku berkali-kali.

"Ohh iya dimana James? Apa dia baik-baik saja?"

"Dia sedang dirawat oleh suster, tadi dia berkelahi dengan Mario dan luka nya cukup parah sedangkan Mario saat ini kondisi nya lebih parah lagi."

"Ya ampun. Lalu apa James kondisi nya parah juga? Apa dia bisa selamat?" tanya nya dengan panik.

"Tidak dia tidak parah, kata dokter tadi tidak ada hal yang perlu di khawatir kan dari James karena semua organ vital nya tidak ada yang cidera." jelas ku untuk menenangkan nya.

"Syukurlah jika seperti itu, lalu bagaimana dengan si penculik itu? Apa dia mati?" tanya nya dengan sinis.

"Tidak, tapi kondisi nya cukup parah karena James menghajar nya dengan begitu baik." jawab ku.

"Ohh bagus lah kalau begitu, dia pantas mendapatkan nya."

"Kau cepat sekali datang ke sini?" tanya ku dengan heran.

"Tadi sebenarnya aku ke sini bersama-sama dengan James, tapi dia meminta ku menunggu di hotel dan saat aku dikabari kau ada disini maka aku segera meluncur." jelas nya sambil berjalan di samping ku. Aku pun manggut-manggut mengerti.

Rumah sakit ini sangat besar dan cukup bagus tapi kondisinya sepi dan sangat lengang, tidak terlihat aktivitas yang sibuk layak nya sebuah rumah sakit kebanyakan. Hanya ada 2 suster yang menjaga di meja depan dan sisa nya hanya beberapa orang yang seperti nya anggota keluarga dari pasien yang berobat disini. Setelah menyelesaikan biaya administrasi rumah sakit nya aku dan Kak Ira berjalan menuju tempat dimana James di rawat.

"Kamu duluan aja ya, kakak mau ke kamar kecil."

Aku pun mengangguk pada nya seraya masuk ke dalam kamar rawat setelah kakak ju pergi. Dengan pelan-pelan aku membuka pintu nya agar tidak berderik dan menimbulkan suara, terlihat James yang sedang tertidur dengan pulas nya. Aku berjalan mendekat pada nya untuk melihat kondisi nya. Kepala nya diperban yang bisa ku pastikan akibat pukulan Mario tadi, wajah tampan nya di penuhi lebam dan membiru. Kasihan dia, pasti rasa nya sangat sakit. Aku menarik sebuah kursi dan meletakkan nya tepat disamping ranjang nya sembari mencium kening nya yang masih di balut dengan perban putih.

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang