Chapter 2

98 18 3
                                    

"You look amazing my love, and always." Aku hanya tersenyum tipis pada pria yang ada didepan ku saat ini. Pria yang sudah seperempat jam ini memaksa ku untuk berdansa  adalah anak dari pengusaha ternama di Amerika yang bahkan sebentar lagi akan meneruskan tahta ayah nya, William G Wild. Dia adalah salah satu dari sekian banyak pria yang mendekati ku, namun selalu konsisten ku tolak, dia juga salah satu orang yang belum mau menyerah meskipun aku sudah menolak nya berkali kali. Will adalah pria yang dangat tampan dan kau dia mau, dia bisa saja memilih wanita manapun yang dia suka dan aku bisa menjamin bahwa wanita itu akan takluk dengan pesona yang Will miliki. Bagaimana tidak, selain kaya raya dia juga memiliki wajah yang rupawan, bahkan sebenar nya menurut ku wajah nya mirip dengan Ryan Guzman. Namun disinilah dia, masih mengejar ku walaupun sudah kutolak berkali-kali.

"Kau mau berdansa dengan ku my love?" pinta nya sembari mengulurkan tangan nya pada ku. Pria ini memang tidak pernah mau menyerah mengejar ku walaupun sudah kukatakan ratusan kali kalau aku tidak bisa menerima cinta nya. Tapi ku pikir bukan Will nama nya jika dia tidak keras kepala dan gampang menyerah. Menolak pria didepan ku ini berarti harus dengan  berusaha keras agar dia mau mendengar nya, walaupun sebenarnya sudah pernah kucoba berkali-kali.

Aku menggeleng. "Tidak terimakasih, kau berdansa dengan yang lain saja ya Will, ak ingin disini saja." tolak ku halus.

"Ohh ayolah My love kecantikan mu akan tersia-siakan kalau hanya berdiri disini saja, semua orang disini harus melihat mu dengan penampilan mu yang luar biasa cantik ini, mereka harus tau bahwa di kota ini ada wanita yang begitu layak untuk dikagumi dan diperjuangkan oleh banyak pria lajang." ucap nya dengan terus mendesak ku.

Aku menghembus kan nafas ku pelan, benar kan kataku Will memang orang yang tidak bisa mendengar kan orang lain.

"Will aku tidak peduli, dan tidak terimakasih untuk saran mu tapi aku tidak mau semakin banyak pria lagi yang mengejar ku,  aku bisa gila jika orang seperti mu bertambah satu lagi." jawab ku dengan merengut sebal pada nya.

"Orang seperti ku?" Ujar nya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Memang nya aku orang seperti apa My love? Tapi kau benar juga sih, kalau semakin banyak yang mengagumi mu maka semakin bertambah juga kan  saingan ku nanti. Kau tau My love aku masih yakin suatu saat nanti kau akan menerima cinta ku ini." wajah nya berubah menjadi serius kali ini.

Aku memutar bola mata ku mendengar ucapan nya itu. "Oh ayolah Will,  kenapa kau melakukan ini sih? Maksud ku kau ini kan tampan, kaya, baik, lalu mengapa kau menyia-nyiakan kan hidup mu karena aku? Aku tidak pantas untuk mendapat kan itu Will." sergah ku pada nya.

"Mengapa kau berpikir kau tidak pantas Ina? Kau lebih dari pantas untuk ku perjuangkan, kau cantik, pintar, dan sukses. Kau bahkan sudah bisa membangun perusahaan mu hingga sebesar ini dengan kerja keras mu sendiri diusia mu yang bahkan baru menginjak 25 tahun. Aku sendiri bahkan tidak yakin bisa melakukan itu, lalu katakan dimana letak kau tidak pantas untuk kuperjuangkan?" Dia menatap ku dengan serius sambil menggenggam tangan ku.

Aku mulai merasa jengah jika dia mulai berbicara hal-hal seperti ini.  "Will kumohon lupakan aku saja Ok? Cari lah wanita yang mampu membalas cinta mu itu juga." kata ku sembari meninggalkan nya yang masih mematung. Maaf kan aku Will, namun aku tidak mau menjadi wanita jalang yang merusak hidup nya hanya karena aku kurang tegas menyampaikan perasaan ku yang sebenar nya bahwa aku tidak mencintai nya. Dia layak mendapat kan wanita yang juga mampu membalas cinta nya yang.

Saat aku berbalik aku menemukan James yang sedari tadi tanpa aku sadari ada dibelakang ku. Dia mengekor dibelakang ku dan saat sudah sampai di depan sembari menunggu petugas valet yang mengambil mobil kami aku jadi teringat pada sesuatu.

"James bagaimana kabar terbaru Handoko?" tanya ku. Dia menoleh menatap ku saat mendengar pertanyaan ku.

"Sesuai rencana kita Nona, dia sudah terjebak dengan rencana kita. Perusahaan nya terlilit hutang jutaan dolar dan dia juga sudah menjual sebagian besar asset nya, dia kehilangan investor besar nya setiap tahun dan dia sudah tidak punya pilihan lain selain menjual perusahaan nya. Anda bisa segera menyelesaikan misi anda sebentar lagi." jawab nya.

"Kau benar James, sebentar lagi." ucap ku sambil menyeringai memikir kan hari yang paling aku tunggu-tunggu dalam hidup ku. Menghancurkan Erwin Handoko. Ini lah mengapa selama ini aku mendedikasikan hidup ku untuk bekerja, karena dengan cara ini lah aku akan menghancurkan kan hidup nya. Aku akan membalaskan dendam ku pada nya apapun cara nya dan satu-satunya cara yang paling efektif adalah dengan mengambil seluruh kekayaan nya dan memastikan dia akan menderita disisa hidup nya. Sudah terlalu lama dia hidup dengan bahagia diatas penderitaan ku jadi memang ini lah waktu nya aku mengambil semua nya dari nya.

**

"Mah pah kalian jangan tinggalin Ina sama kak Ira,  jangan pergi mah pah Ina sama kak Ira takut." Mereka tidak menghiraukan teriakan ku dan mereka terus menjauh meninggalkan ku. Walaupun aku sudah menangis begitu kencang namun mereka tidak peduli padahal mama dan papa tidak pernah tahan melihat ku menangis. Mereka tetap menjauh sampai aku mendengar kakak ku memanggil ku dan menyuruh ku kembali padanya.

"Ina?? Bangun sayang." Aku mengerjapkan mata ku beberapa kali hingga aku bisa melihat dengan jelas wajah kakak ku yang terlihat khawatir.

"Ini minum dulu!" kata kakak ku sambil menyodorkan air putih untuk ku. Aku langsung meneguk nya sampai tandas dan meletakkan nya di nakas samping tempat tidur ku.

"Gimana? Udah lebih baik?" tanya nya dengan mengelus rambutku pelan. Aku menganggukan kepala ku dan tersenyum untuk meyakinkan nya bahwa aku sudah baik-baik saja saat ini.

"Baiklah kalau begitu tidur lah lagi ya." Kakak ku mendorong bahuku pelan hingga aku terbaring. Saat dia hendak pergi aku menangkap tangan nya dan menarik nya untuk duduk lagi.

"Makasih ya kak, aku nggak tau gimana kalau kamu juga pergi ninggalin aku kayak Mama, Papa, Kakek. Ina sayang banget sama kak Ira." ucap ku sambil memeluk nya.

Kakak ku tersenyum hangat. "Iya sayang, kamu kan juga tau kalo kakak jauuuh lebih sayang sama kamu dan kakak tidak akan pernah ninggalin Ina sendiri, sekarang tidur." ujar nya seraya bangkit dari ranjang dan meninggalkan kamar ku dan tak lupa dia mematikan lampu kamar.

**

"Pagi kak." Sapa ku.

"Pagi sayang, tumben udah cantik ham segini." jawab nya dengan tersenyum manis ala Kaira yang mampu membuat setiap pria meleleh oleh senyuman nya.

"Aku ada meeting penting kak, Ohh ya kak, aku udah berencana buat balik ke Indonesia sekitar 1 bulan lagi." kata ku sambil menyendokkan nasi goreng kesukaan ku. Kak Ira sontak menghentikan aktifitas makan nya dan menatap ku dengan wajah tegang.

"Maksudmu?" tanya nya dengan kaku.

"Ya maksud ku kita bakalan balik ke Indonesia karena kakak tau nggak? aku udah nggak sabar lagi untuk mulai membalaskan dendam papa kita pada orang bernama Handoko itu, aku ingin melihat secara langsung wajah nya saat dia benar-benar hancur nanti. " ucap ku dengan wajah berbinar.

Kakak ku menghela nafas nya dengan keras. "Ina kakak kan udah bilang sama kamu kan buat melupakan dendam mu itu, jangan bawa bawa nama papa Na! Lupain masa lalu dan coba mulai hidup yang baru. Apa kamu nggak paham kalau dendam itu nggak membawa kebaikan apapun, termasuk buat mu juga sayang." Seru kakak ku. 

Aku menatap nyalang ke arah kakak ku. "Gimana bisa kakak bilang kalau dendam ini tidak membawa pengaruh baik untukku? Kakak lupa motivasi apa yang bisa buat Ina mencapai semua ini? Dendam yang ada didalam hati Ina lah yang bisa  membawa ku pada semua ini kak, dan sekarang kakak bilang kalau dendam ini tidak membawa pengaruh baik pada ku?" ucap ku dengan geram. Tak terasa air mata ku mulai jatuh karena hati ku terasa begitu sesak oleh rasa sakit, aku bergegas berdiri dan meninggalkan nya sendirian di ruang makan. Begitu pintu lift penthouse ku terbuka aku langsung masuk dan memencet tombol turun ke lobi. Hati ku mencelos mendengar kakak ku masih saja tidak setuju pada rencana balas dendam ku dan menganggap bahwa apa yang ku lakukan ini salah.  Mengapa dia tidak pernah mau mencoba mengerti diriku. Selama ini aku bekerja keras siang dan malam agar aku bisa menjadi orang yang berhasil dan dapat mendirikan perusahaan atas nama keluarga ku, Hutama Corp. Semua perjuangan ku ini tidak akan ku biarkan sia-sia, dengan atau tanpa izin kakak ku sekalipun.

Tbc

The Darkness of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang