"Jadi kita sungguh sudah berakhir?" Jie Qiong mengangkat alis.
Doyoung mendecih. "Sejak kapan kita punya hubungan? Mungkin itu hanya perasaanmu saja."
Jie Qiong terdiam.
"Maaf, Jie Qiong. Kau pantas mendapatkan pria yang lebih baik dariku." ujar Doyoung. "Mungkin yang setara denganmu."
"Setara denganku? Apa maksudmu?" Jie Qiong menautkan alis.
"Tidakkah kau sadar aku bukan mahasiswa populer seperti kalian? Tidakkah kau tahu bagaimana kami diperlakukan di sini? Tidak rasional. Hanya karena money and fame."
Jie Qiong mendecih. "Kupikir kalian berbeda. Oke, sekarang aku tahu kalau kalian sama saja. Minimal beri aku alasan yang logis kenapa kau pergi."
"Kaca di rumahmu pecah?"
Jie Qiong serasa tertohok ucapan Doyoung. Pantaskah seorang lelaki bicara demikian? Jie Qiong pasti nampak seperti wanita tak punya harga diri sekarang. Ia mengepalkan tangannya.
"Sama-sama." ia mengulas senyum kecut, lalu pergi dengan langkah tergesa. Persetan mahasiswa yang menatapnya bingung. Perlahan ia mulai menstabilkan langkahnya, tangannya tak lagi ia kepalkan. Ia menyibakkan rambutnya, lalu melenggang elok seperti seorang Zhou Jie Qiong yang biasanya. Ia menghampiri kawan-kawannya di tepi balkon.
"Nona Zhou sudah kembali!" seru Cheng Xiao. "Bagaimana? Sudah berhasil menggoda Kim Doyoung?"
Jie Qiong memutar mata kesal. "Berhasil dengkulmu."
"Kenapa? Apa Doyoung memanggilmu pelacur?" Rosé menyahut dengan ekspresi seolah bersedih.
"Tidak." Jie Qiong memicingkan mata.
"Dia tidak mau?" tanya Lisa.
"Tidak." Jie Qiong menggeleng. "Kau pikir hubunganku semudah hubunganmu dengan Taeyong?"
"Ah ... Lee Taeyongku yang tampan ... " celetuk Cheng Xiao sambil tersenyum malu.
Lisa meliriknya geli. "Harusnya kau yang ambil tugasku, bodoh."
Cheng Xiao menggeleng manja. "Tidak. June oppa memintaku memilihmu agar kau berhenti mengganggunya. Dan ternyata berhasil setelah kau sibuk dengan pacar barumu."
"Dasar wanita penggoda." Lisa mendecih. "Jangan dekat-dekat June."
Cheng Xiao terkekeh, diikuti Rosé yang menertawakan ekspresi muram Lisa.
Di toilet, Jisoo sedang mengeringkan tangannya saat tiga orang mahasiswi masuk dan menariknya kasar. Jisoo memandang mereka lebih jelas, rupanya Hyerim dan teman-temannya. Sialan. Mau apa lagi mereka?
"Aku tak menyangka ternyata kau tuli. Sangat disayangkan." ketus Hyerim sembari mencengkeram lengan Jisoo kuat.
Jisoo mencoba melepaskan tangan Hyerim. "Kau mau apa? Lepaskan aku!"
Cengkeramannya beralih ke pipi Jisoo. Hyunrin dan Sungrin segera mencengkeram kedua lengan Jisoo.
"Sudah kubilang jauhi Lee Taeyong!" bentak Hyerim.
"Aku tak mendekatinya!" balas Jisoo dengan suara gemetar.
"Semua orang melihat kalian pergi kemarin!" celetuk Sungrin yang sama marahnya.
"Kau pikir aku tak tahu?!" Hyerim mendorong wajah Jisoo kasar. Ia menjambak Jisoo, menyejajarkan wajah mereka. Gadis itu nampak sangat marah.
"Aku sudah memperingatkanmu, dasar pelacur." desisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]