Dengan kaki yang sudah lumayan membaik, hari ini Taeyong datang ke kampus. Teman-temannya masih nampak khawatir. Mereka mengira kecelakaan Taeyong sangat parah, sampai ngotot ingin mengecek CCTV.
"Kau yakin sudah baikan?" tanya Mingyu.
Taeyong mengangguk. "Kakiku hanya keseleo. Jangan berlebihan."
"Motormu tak apa kan?" Eunwoo berujar.
"Kenapa malah tanya motornya?" sahut Mingyu heran.
"Aku menyayangkan motor mahalnya," Eunwoo memberengut.
Taeyong mendecak. "Sialan kau."
"Hei, ayo kita ke kantin. Aku lapar." keluh Yuta sambil memegangi perutnya. "Jaehyun akan menraktir kita."
Merasa namanya disebut, Jaehyun menoleh. "Kenapa selalu aku?!"
"Uangmu kan banyak. Jangan pelit."
"Banyak dengkulmu!"
"Ayo!" ajak Yuta. Mereka semua beranjak diiringi tatapan berbunga mahasiswi di sekitar sana. Mereka lamat memandangi Yuta cs hingga mereka menghilang di balik kelokan jalan.
Di jalan, mereka bertemu Doyoung dan Jinyoung. Doyoung mengisyaratkan pada Taeyong agar menemuinya sebentar untuk menyerahkan sesuatu. Taeyong mengiyakan, lalu menyuruh kawan-kawannya pergi duluan.
"Ini titipanmu. Aku tak mendapat warna lavender." Doyoung menyerahkan sekotak cat air.
Taeyong menerimanya, lantas menyimpannya dalam tas. "Tak masalah. Terima kasih."
"Btw, mana Jisoo?" tanyanya.
Doyoung dan Jinyoung saling pandang.
Doyoung menyahut. "Entah. Sejak kemarin aku tak melihatnya. Kenapa?"
"Kau ... sejak kapan dekat dengannya?" timpal Jinyoung.
Taeyong terdiam.
"T-tidak. Aku hanya penasaran." jawabnya. "Kami dekat ... baru saja ... hanya sebatas teman kok."
"Lalu ... penggemarmu bagaimana?" Jinyoung mengangkat alis.
"Persetan dengan mereka," Taeyong memutar mata. Mereka terkekeh.
Tiba-tiba Taeyong teringat sesuatu.
"Doyoung, bagaimana hubunganmu dengan Jie Qiong?" tanyanya.
Doyoung terkesiap. "Apanya?"
"Masih?"
"Tidak."
Taeyong ber-oh ria.
"Kau sendiri?" tanya Doyoung.
Taeyong mengernyit. "Hah?"
"Dengan Lisa,"
"Bajingan. Aku muak dengannya."
"Kuduga pasti dia sama saja seperti Jie Qiong ... matre."
"Dia sudah bukan tipeku."
"Memangnya sekarang tipemu seperti apa?"
Taeyong terdiam. Mungkin seperti ... Jisoo?
Ia terkesiap. Bodoh! Ada apa dengannya?!
"Seperti ... TVXQ?" sahutnya ngawur.
Jinyoung menyengir. "Kau bosan dengan wanita?"
Taeyong mengedik. "Bisa jadi."
Doyoung terkekeh geli.
"Sudah ya. Aku duluan." Taeyong melambaikan tangannya kemudian berlalu.
Tak jauh dari sana ia melihat figur Jisoo. Ia hendak menghampirinya kala Lisa dan kawan-kawannya lebih dulu muncul dari belakang Jisoo. Apa mereka bersama? Sejak kapan? Mereka terlihat akrab dan tertawa bersama. Beberapa mahasiswa nampak memandang Jisoo heran. Mungkin bertanya-tanya apa yang gadis itu lakukan bersama Lisa, sama halnya dengan Taeyong. Mereka berbelok menuju parkiran. Taeyong ingin mengejar, namun ia juga harus memberitahu kawan-kawannya terlebih dulu. Akhirnya ia memilih menghubungi Johnny.
"Red wings. Kirimkan orang ke rumah. Sekarang." ujarnya.
"Sedang berjalan. Kalian di mana?" jawab Johnny di seberang.
"Kampus."
"Oke. Aku ada telepon lain. Bye."
Panggilan berakhir. Taeyong melesat pergi menemui kawan-kawannya.
***
New cover & blurb yeay
Double update this week. See you tomorrow☺
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfic[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]