Satu, Jisoo tidak sedang bermimpi.
Dua, ia bertemu Taeyong.
Tiga, ia berbohong bahwa tak ada tugas.
Empat, mereka pergi berdua.
Doyoung : kenapa kau malah pergi
Doyoung : sialan
Doyoung : BAGAIMANA NASIB LAPORANKU?!
Doyoung : 야!!!!!! 김지수!!!!!!!!!!!
Me : maaf :(
Jisoo mematikan ponselnya. Biarlah Doyoung marah karena ia meninggalkannya dan malah pergi bersama Taeyong. Mereka memang bukan siapa-siapa. Tapi ... mengapa Jisoo merasa telah memiliki Taeyong?
Atau hanya perasaannya saja?
"Perihal puisiku waktu itu ... haruskah kuubah semuanya?" tanya Taeyong yang langsung membuyarkan lamunan Jisoo.
Ia menoleh. "Kenapa?"
"Aku merasa konyol."
"Konyol?"
"Tidakkah kau bertanya-tanya kenapa orang sepertiku bisa melankolis seperti itu?"
"Ya, aku mempertanyakannya. Tapi kan itu hal wajar. Semua orang begitu."
"Benarkah?" Taeyong menggaruk rambutnya. "Jaehyun mengataiku alay ... "
"Karena puisimu?"
Taeyong mengangguk.
Jisoo menahan tawa. Ia menundukkan kepalanya sambil bersembunyi di balik juntaian rambutnya yang digerai.
"Kalian semua menertawakanku," gumam Taeyong.
Jisoo mengangkat kepalanya. "Apa?"
Taeyong menoleh, bermaksud menanyakan apa yang barusan Jisoo katakan. Mereka malah diam dan saling pandang, lalu tanpa sadar membuang muka merah bersamaan. Perasaan apa ini? Taeyong merasa jantungnya berdebar. Apa ia telat makan? Ia juga merasa tubuhnya mendadak gemetar. Apa lagi ini? Epilepsi?
"Mau jalan-jalan?" tawarnya. Jisoo mengangguk.
Mereka sedang berada di taman kota yang terletak tak jauh dari kampus. Bukan karena sengaja Taeyong mengajak Jisoo ke sini, tapi merupakan suatu hal wajib—selain berlaga seperti James Bond. Tak mungkin juga ia menyerahkan tugasnya pada teman-temannya, semenjak Jisoo sukses membuatnya tak bisa tidur dua hari berturut-turut.
"Tumben kau tak bersama teman-temanmu?" tanya Jisoo.
Taeyong menoleh. "Haruskah aku bersama mereka?"
Jisoo terdiam.
"Maksudku ... ya, aku memang sedang tak bersama mereka. Mereka ada keperluan di rumah." ralat Taeyong segera. Ia tak boleh salah bicara untuk saat ini. Belum boleh.
"Kau sendiri ... tumben tak bersama Doyoung?"
"Tidak." sahut Jisoo.
"Sepertinya kau selalu bersamanya,"
"Memangnya kau berharap aku bersama siapa?"
Taeyong terdiam.
Bersama ... ku.
Tidak, tidak! Sungguh, tidak!
"Teman wanitamu?" Taeyong menggaruk tengkuknya.
"Siapa?"
"Kenapa malah bertanya?"
"Kenapa kau bertanya?"
"Kau kuper, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]