Sejak hari itu, Jisoo mulai menjauhi semua yang berhubungan dengan Serafim.
Sayangnya, Sungjae tiba-tiba menghampirinya. Ia menepuk pundak Jisoo saat berpapasan di koridor.
"Hai," sapanya sambil mengulas senyum.
Jisoo membuang muka. Sungjae tetap berdiri di sana—berjalan mundur di depannya sambil tersenyum. Tiba-tiba datang lagi orang lain.
Lisa, dengan Cheng Xiao dan Rosé.
Astaga, tolonglah. Jisoo menjerit dalam hati. Ia mengepalkan tangannya.
"Besok datanglah ke rumahku. Kita pesta barbekyu." Lisa merangkul pundak Jisoo.
Barbekyu dengkulmu. "Maaf, aku harus mengerjakan presentasiku." tolak Jisoo halus. Ia mencoba menyingkirkan lengan Lisa, namun gagal.
"Bawa saja ke rumahku. Akan kubantu."
"Tidak usah."
"Ayolah,"
Jisoo terdiam. Dari depan ia melihat Eunwoo melintas. Pandangan mereka bertemu saat itu juga. Eunwoo menghentikan langkah tepat di belakang Sungjae.
Ia berdeham. "Permisi, Tuan dan Nona-nona."
Sungjae membalikkan badan, mundur selangkah.
Eunwoo melirik Jisoo. "Kau di sini rupanya. Tadi dosenmu mencari."
Lisa mendecak. "Bilang saja kalian mau pergi berdua. Dasar tikus." ia melenggang pergi.
"Tikus?" Eunwoo mendecih.
"Sudahlah." Jisoo menarik lengan Eunwoo. "Mereka sudah pergi."
"Kau baik-baik saja?" tanya Eunwoo.
Jisoo mengangguk.
"Nanti pulanglah bersama Jennie. Aku sudah memberitahunya."
"Oke."
"Aku duluan."
"Hati-hati."
Dan lagi, mereka berpisah. Jisoo berjalan seorang diri hingga ia melihat eksistensi Doyoung bersama Jie Qiong. Mereka nampak mengobrol, namun Doyoung nampak tak suka. Jisoo sengaja mendekati mereka.
"Jisoo!" seru Doyoung—sengaja.
Ekspresi Jie Qiong berubah.
"Pergilah." tutur Doyoung pada Jie Qiong yang langsung pergi dengan muka muram.
"Kalian kenapa?" Jisoo melirik Jie Qiong yang menjauh.
"Entahlah. Dia mendatangiku tadi." Doyoung mengedik.
Jisoo memberengut. Haruskah ia memberitahu Doyoung perihal kemarin?
"Kemarin ... Jie Qiong datang ke rumahku," ujarnya.
Doyoung nampak kaget. "Benarkah? Apa yang dia lakukan?"
Jika Jisoo memberitahunya bahwa Jie Qiong menggeledah rumahnya, berarti ia harus memberitahu semuanya dari awal. Tapi apakah Taeyong tak memberitahunya? Apakah Doyoung juga salah satu dari mereka?
Jisoo melirik Doyoung. "Jujurlah padaku,"
"Apa?"
"Kau kenal Taeyong?"
Doyoung mengangguk.
"Maksudku, apa kau benar-benar mengenalnya?" Jisoo menekankan kalimatnya.
"Um ... " Doyoung menerawang langit-langit. "aku kenal dengannya sekitar SMA dulu, tapi—"
"Bukan itu maksudku." potong Jisoo.
"Oh," Doyoung terdiam. "salah, ya?"
Jisoo mendecak. "Lupakan."
Karena tak ingin berlarut-larut, Jisoo mengajak Doyoung pergi mencari Jinyoung. Mereka bertemu dan membicarakan hal biasa. Jisoo tak lagi menyinggung perihal Jie Qiong. Rasanya mereka tak perlu tahu. Bukan hal penting.
Selagi berbincang ia menerima pesan dari Taeyong yang hari ini tidak datang ke kampus.
TY : sayang ?
Me : ya?
TY : nanti pulanglah bersama Jennie
Me : Eunwoo sudah memberitahuku kok. kau di mana?
TY :
TY : baru saja pulang
Me : ?
TY : menemani Jaehyun membeli gelang itu 👆
Me : -_-
TY : :>
TY : kau sedang apa?
Me :
Me : hehe
TY : kaos couple?👀
Me : HAH
Me : ASTAGA AKU BARU SADAR
Me : HAHHHHH
TY : halah. tak apa. jangan dekat-dekat Lisa.
Me : yes, sir
TY : btw kenapa wajah Doyoung seperti itu? dia sembelit?-_-
Me : ya, dia sembelit
TY : 😂😂😂
TY : segeralah pulang
Me : ok👌👌👌❤
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]