"Ada masalah?" Taeyong menepuk punggung Jisoo perlahan.
Jisoo terdiam. Ia masih menggenggam tangan Taeyong sambil menatap ujung sepatunya.
Taeyong menghela napas kesal. "Tunggu di sini. Aku akan mengambil tas. Sebentar." ia melepaskan genggaman Jisoo perlahan, lalu masuk ke kelasnya.
Jisoo mengangkat wajahnya, menebar pandangan ke sekeliling. Tak ada yang aneh kecuali Sungjae yang menatapnya dari kejauhan sambil mengobrol di telepon. Jisoo balik menatapnya selama beberapa lama. Sungjae terus menatapnya sambil serius berbicara dengan lawannya. Kerumunan mahasiswa yang melintas sama sekali tak mengalihkan pandangan mereka. Hanya sekali Sungjae mengalihkan pandangan ketika mengakhiri panggilannya, lantas kembali menatap Jisoo. Saat akan tiba sekerumun mahasiswa lain yang sedang lewat, Sungjae mengulas senyum ke arah Jisoo dan menghilang bersama mereka. Apa maksudnya itu?
Tak lama Taeyong kembali, langsung menggapai lengan Jisoo dan membawanya pergi. Mereka berhenti di koridor sepi. Saat itu, Taeyong nampak marah.
"Berhenti pergi bersama Lisa! Sudah kukatakan padamu agar jangan bersamanya lagi! Kau tahu apa yang sudah teman-temannya lakukan padamu, kan? Sungwoo dan Ten. Kau pikir mereka hanya asal membuntutimu?!" bentaknya.
Jisoo mengernyit. Lisa? Sungwoo? Dari mana Taeyong tahu?
"Kenapa kau marah padaku?!" bentak Jisoo balik.
"Karena kau terus pergi bersama Lisa!"
"Kapan aku pergi bersamanya?!"
"Jangan mengelak! Aku tahu kalian pergi bersama!"
"Kau berbicara seolah aku ketahuan pergi bersama seorang pria!"
"Kubilang Lisa bukan wanita baik-baik maka itu kenyataannya!"
Jisoo membuang muka sejadi-jadinya.
Taeyong berusaha menautkan pandangan mereka. "Oke! Aku memang memintamu mencari teman wanita. Tapi bukan Lisa! Bukan teman-temannya! Aku tak ingin ada hal buruk yang menimpamu! Aku tak ingin jadi tambah repot—"
Ia terdiam seakan baru saja sadar telah salah berucap. Tangannya mengepal, lantas merenggang dan beralih mengacak-acak rambutnya. Jisoo diam, tak paham apa yang Taeyong lakukan.
Jemari Taeyong beralih menekan nomor Eunwoo dan segera menghubunginya.
"Halo?" baru saja Eunwoo menerima panggilannya, Taeyong langsung menyerbunya.
"Begini, Cap. Kau tahu sendiri kan mereka bagaimana. Tak ada yang beres. Aku sekarang masih di kampus, bersama Jisoo. Tadi jantan Thailand itu membuntutinya. He was fucking following her. Aku sudah muak. Ijinkan aku membawanya."
Jisoo menautkan alis. Kenapa Taeyong membawa-bawa namanya? Siapa yang ia hubungi? Mereka siapa? Membawa siapa? Jantan ... Thailand? Maksudnya Ten? Ia menoleh, perlahan membalikkan badan menghadap Taeyong yang masih sibuk menelepon.
"Tidak, tidak. Aku sendiri hari ini. Yuta sedang diare dan Mingyu pulang untuk menemui keluarganya sebentar—entah ada urusan apa. Lalu Jaehyun—entahlah—masih hidup atau sudah mati, karena dia sama sekali tak bergerak di kasurnya." tutur Taeyong. Jisoo semakin tak mengerti.
"Kau belum kembali? Siapa yang di camp? Johnny sendiri?" Taeyong menggigit ujung kukunya. "Terserah lah. Kubawa dia sekarang. Akan kususul kau nanti jam empat. Sampai jumpa."
Taeyong mematikan ponselnya, beralih meraih lengan Jisoo dan membawanya pergi.
"Ke mana lagi?" Jisoo mencoba melepaskan genggaman Taeyong yang menurutnya tak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]