[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya.
#####
Tell My Yearn to The Rain versi revisi.
[folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]
"Aku duluan, ya. Ada urusan di rumah." tutur Lisa usai terlihat sibuk membaca pesan dari ponselnya. Ia tersenyum kecut, lantas pergi.
Mobil ia pacu membelah hujan. Ia menyetir ugal-ugalan menuju campnya. Di sana ia melihat Rosé yang sepertinya baru datang. Tapi pakaiannya nampak basah. Lisa memarkir mobilnya di bawah kanopi, kemudian turun dan menghampiri Rosé.
"Kau dari mana?" tanyanya setengah berteriak untuk menyaingi deru hujan.
Rosé tak menjawab. Ia masih sibuk memeras pakaiannya yang basah kuyup.
"Kau tak bawa mobil?" tanya Lisa lagi.
Rosé menggeleng. "Tidak."
Lisa mengernyit. Rosé tak biasanya mau hujan-hujanan seperti ini. Apa ia baru saja dari suatu tempat?
"Hari ini Tn. Kim datang kan?" ujar Rosé sembari melepaskan pakaiannya, hanya menyisakan tang top.
Lisa mengangguk. Ia masih memandangi Rosé sambil penasaran apakah ia juga akan melepas celananya.
"Kenapa kau tak pakai mantel sih?" tanyanya.
"Tidak bawa." Rosé memeras pakaiannya.
Lisa mendecak heran, lantas meninggalkan Rosé masuk. Di dalam ia disambut kawan-kawannya yang tengah membincangkan sesuatu. Ia melirik mereka sekilas, kemudian pergi untuk meletakkan tas dan melepas sepatunya. Setelah itu, ia kembali. Ia bertautan mata dengan Rosé yang baru saja masuk. Semua pandangan tertuju padanya.
"Kenapa kau tidak telanjang sekalian?" tutur Taeil, diakhiri dengan tawa keras mereka.
"Kenapa? Kau mau menelanjangiku?" sahut Rosé.
"Bilang saja kalau kau butuh bantuan, sayang." Taeil mengerling.
"Lisa, bagaimana?" tanya seorang teman pria Lisa.
"Apanya?" Lisa segera bergabung bersama mereka.
"Mereka."
Lisa terdiam.
"Lisa sedang galau. Kenapa kau tothepointsekali, Mark?" sahut Taeil.
Mark menautkan alis tak paham.
"Jangan dengarkan ucapan setan seperti Taeil hyung." bisik kawan mereka yang berasal dari Thailand.
"Oh, ya. Tadi mereka sedang berduaan. Sepertinya sudah dekat. Aku ragu mereka pacaran." ucap Lisa.
"Pacaran? Tidak mungkin secepat itu!" tukas seorang dari mereka.
"Jalang seperti wanita itu tentu saja mau diapa-apakan pria asing yang baru dikenalnya." Taeil mencebik.
"Jie Qiong bagaimana?" Mark melirik pada kawannya itu.
"Aku?" Jie Qiong menunjuk dirinya sendiri. Mark mengangguk.
"Kenapa kau jauhi Doyoung sih?" sela Taeil.
"Dia yang menjauhiku. Lagian aku bisa apa."
"Kau harus mengajaknya tidur."
"Kau gila?!"
Karena kesal, Lisa bangkit dan mendaratkan tamparan pada bibir Taeil. Ia kemudian meremas bibir Taeil gemas dan menariknya, lalu mendorong kepalanya.
"Tutup mulutmu atau kujahit?" desisnya.
Taeil memberengut sambil memegangi bibirnya.
Lisa kembali duduk. "Harusnya kau bisa membantuku melalui pacarmu itu." ujarnya pada Jie Qiong.
"Berhenti mengatakan dia pacarku! Dia bukan pacarku!" gerutu Jie Qiong.
"Kau sudah terlanjur tak menghubunginya lagi?" celetuk Mark. Jie Qiong mengangguk.
Mereka terdiam. Tak lama Rosé kembali dan disusul mobil Tn. Kim yang memasuki area camp mereka. Hujan sudah mereda, namun udara dingin tetap tertinggal. Mereka bersama-sama membicarakan dan menyusun suatu rencana di ruang tamu hingga larut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.