Di awal udah aku centang konten dewasanya. Walau cuma satu bab tapi kan ya sama aja berpengaruh buat yang masih underage—dalam konteks ini konten dewasa berupa bed scene. Jadi ya kalau tetep masih mau baca, silakan. Enjoy.
***
AC sedari tadi menyala, tetapi seakan tak mampu meredakan hawa panas yang ditimbulkan dua insan yang tengah bercumbu ini. Langit ditemani gemuruh menggelegar di luar sana, tetapi tak juga cukup untuk mendinginkan kepala.
Jaehyun mendorong tubuh Rosé perlahan hingga menyentuh dinding. Tautan bibir mereka semakin liar dan erangan kecil semakin jelas terdengar. Rosé mencengkeram lengan jaket Jaehyun ketika bibir pria itu menyentuh leher jenjangnya, sebelum kemudian ia lucuti atasan pria berwajah rupawan itu.
Mereka tengah berada di kediaman Jaehyun. Orang tuanya sedang tidak ada di Korea, jadi ia bisa leluasa menggunakan isi rumahnya hingga sebulan ke depan. Beruntung pula Kerub jarang berkunjung ke rumahnya. Ia bisa menyembunyikan segala hal di sana, termasuk makanan Taeyong yang ia bawa pulang tanpa izin. Tadi ia mengatakan pada Eunwoo akan datang terlambat karena harus menghadiri acara tunangan teman SMAnya, padahal ia hendak menjemput Rosé dan bermain dengannya sebentar. Berbohong demi kebaikan sekali-kali tak apa, kan?
Pakaian mereka telah tanggal semuanya. Jaehyun membalikkan tubuh Rosé sehingga memunggunginya dan menekan masuk perlahan. Rosé menggigit bibir bawahnya sambil hujan turun menemani mereka—akhirnya. Jaehyun berjalan dengan tempo meningkat sesuai napas Rosé yang juga semakin memberat. Saat itu terasa begitu cepat hingga Jaehyun membawanya ke kasur, sambil mendaratkan kecupan singkat, lalu Jaehyun berbaring dan ia duduk di atasnya. Pinggulnya ia gerakkan di sana sesaat sebelum menekan masuk, Rosé menghela napas berat.
Napas mereka kembali beradu. Rosé seakan asyik dengan dunianya, sementara Jaehyun di bawah sambil perlahan tangannya menuju leher Rosé—mencengkeramnya. Rosé meremas lengan atas Jaehyun, meliriknya dari tempatnya—masih asyik dengan kesibukannya.
Beberapa menit berlalu, mereka sudah bertukar posisi lagi dan Jaehyun kini sedang memuncak. Ia mendorong Rosé kuat sambil mulut mereka merapalkan mantera khas, lalu Jaehyun berhenti. Nampak raut lega di balik muka lelah mereka. Jaehyun membaringkan tubuh di samping Rosé.
"Ponselku," tutur Rosé begitu mendengar nada dering ponselnya. Ia merogoh benda putih dari dalam tasnya lalu kembali ke samping Jaehyun. Ia menatap pria itu sesaat untuk mengatur napas, lalu menerima panggilan.
"Halo?" ucapnya.
"Kau di mana?" Suara Mark terdengar khawatir di seberang.
Rosé melirik Jaehyun. "Aku sedang menemani temanku sebentar, ada masalah di rumahnya. Aku akan kembali sebentar lagi. Kenapa?"
"Oh, ya sudah." Mark terdengar lega. "Jangan lupa besok."
"Siap, Kapten." Rosé menarik ujung bibirnya. Panggilan berakhir. Rosé meletakkan ponselnya di nakas.
"Siapa?" tanya Jaehyun.
"Mark oppa."
"Oppa?"
"Kenapa? Tidakkah Jisoo juga memanggilmu begitu?"
Jaehyun mendecih. "Aku bukan oppanya."
Rosé mencebik. Ia teringat sesuatu tiba-tiba. "Kau tahu sandi rumah Taeyong?" ujarnya.
Jaehyun nampak mengingat. "Nanti kukirim lewat pesan agar kau tak lupa."
Rosé manggut-manggut.
"Bagaimana kalian?" Jaehyun menyibakkan rambut Rosé ke punggung sambil lamat memandangi gadisnya itu.
"Hm?"
"Aku tidak bisa membantu banyak."
Rosé mengulas senyum. "Kenapa kau seperti ini?"
"Maksudmu?"
"Apa karenaku?"
Jaehyun diam. Jika ditanya alasannya berbuat seperti ini, ia sendiri juga tak tahu mengapa. Yang ia tahu ia hanya melakukan sesuai kata hatinya, entah itu baik atau buruk. Hidupnya sudah kacau semenjak Kerub membawanya. Lalu muncullah Rosé, dan segalanya menjadi lebih kacau.
Bukan salah sesiapa ia jatuh cinta pada wanita itu dua tahun lalu. Bukan salah sesiapa Jaehyun mau berbuat hal konyol yang bisa mengancam dirinya sendiri jika saja Eunwoo tahu. Bukan salah Rosé pula karena ia diuntungkan dan ia tak punya hak melarang Jaehyun. Ia ada di posisi serba salah. Tentu saja, karena ia membiarkan Jaehyun terus menjadi seorang pengkhianat setelah waktu itu—tahun kedua mereka tahu bahwa mereka adalah anggota Kerub dan Serafim, dan karena ia tak mungkin diam saja karena Jaehyun secara tak langsung menjadi informan baginya. Mereka sudah terlanjur sejauh ini jika harus berpisah di tengah jalan. Mau dilanjutkan, mereka tak tahu apa yang menanti mereka di masa depan.
Jaehyun lah yang paling menderita di sini sebenarnya.
"Bro, got a problem?" Yuta menghampirinya malam itu. Di balkon samping, Jaehyun menangis seorang diri. Pria jangkung ini tak pernah begini sebelumnya. Keluarganya pun selalu baik-baik saja.
Jaehyun menggeleng. Air mata masih saja membasahi pipinya. Ia berusaha menyembunyikan hal itu dari Yuta yang kini duduk di sebelahnya.
"Kau kenapa? Mau kupanggilkan Taeyong?" Yuta menepuk bahunya. Jaehyun menggeleng.
"Tidak usah. Jangan ganggu dia." Suara Jaehyun hampir lenyap ditelan tangis. Ia mengusap wajahnya frustasi.
"Jangan ragu untuk menceritakan masalahmu, bung. Kau tahu kami selalu di sini," ujar Yuta. "Johnny yang kelihatannya sangar begitu, ia juga sering punya emo hour. Tak apa. Kau bisa cerita."
Tak mungkin Jaehyun menceritakan tentangnya dan Rosé. Ia tak tahu harus berbuat apa, alhasil hanya bisa merangkul Yuta sambil masih menangis.
"Maafkan aku," tuturnya pelan. "Maaf aku tak bisa mengatakannya pada kalian."
"Tak apa. Tenang saja."
"Hei," panggil Rosé. Ia menggenggam tangan Jaehyun yang sedari tadi diam.
"Apa yang kau pikirkan?"
Jaehyun menggeleng.
Rosé diam. Siapa yang lebih salah, dirinya atau Jaehyun? Kalau kata orang, mereka sudah terlanjur cinta mati. Menyembunyikan hubungan selama dua tahun bukan perkara mudah. Mungkin Kerub masih bisa toleran, tetapi tidak dengan Serafim. Jika Eunwoo adalah pemimpin yang halus, maka tidak dengan Mark. Mark tidak akan segan menghajar Rosé sampai ia mengaku—atau anggota lain, jika mereka kedapatan menyembunyikan sesuatu. Serafim dididik keras. Mereka takkan segan sekedar Lisa menampar mulut Taeil di tengah diskusi.
Menyadari suasana hati Jaehyun yang berubah drastis, Rosé mendekati Jaehyun dan mempertemukan bibir mereka. Ia membawa Jaehyun bertukar posisi—posisi normal. Tanpa diminta tangan Jaehyun mulai sibuk, menandakan usaha Rosé rupanya berhasil. Dan lagi, udara dingin tak jua dapat mengalahkan hawa panas yang mereka ciptakan.
***
Bab ini fresh baru selesai kuketik:>
Yak, jadi Blackpink udah siap mau comeback ya dan nCT 2018 BENERAN GAADA ISTIRAHATNYA ASTAGA KASIAN MEREKANYA WOOOOOOYYYYYY HERAN AING😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]