Deviasi

684 99 4
                                    

"Pokoknya nanti kau hati-hati saja. Aku yakin 99% Eunwoo ada di kampus."

"Aku tidak mood."

"Oh ayolah. Kau mau apa nanti? Biar kuberi. Tapi tolong jangan tidak mood dulu."

"Oke, oke. Tapi kalau aku lama nanti berarti aku masih menjernihkan pikiran."

"Kau ... ada masalah dengan Rosé—?"

Lisa mengakhiri panggilan. Rasanya muak jika harus membicarakan kawannya satu itu, entah mengapa. Kali ini ia bilang pada Mark bahwa ia akan bekerja sendiri, hanya butuh June atau Sungwoo sebagai figuran. Niatnya pergi ke arah fakultas Jisoo, tetapi dari kejauhan Eunwoo dan geng F4nya kelihatan. Lisa otomatis memutar langkah dan mencari arah lain.

"Ke mana Jaehyun tadi?" tanya Eunwoo saat baru menyadari bahwa hanya mereka berempat yang ada di sana.

Yuta mengedik, Mingyu pun sama.

"Terlanjur janji mabar teman sekelas," sahut Taeyong. Ia juga mengedik.

Eunwoo mendengus.

Di lain tempat, Jaehyun baru saja mematikan panggilan. Ia sedang berada di gedung fakultas Jisoo dan hendak menemuinya. Baru saja berniat menengok lewat pintu masuk, Jisoo sudah berada di sana.

"Oh, hai," sapanya.

"Jadi ke perpustakaan?" tanya Jisoo. Jaehyun segera mengangguk dan mereka pergi.

"Sebenarnya aku tidak berniat ke kampus hari ini," tutur Jisoo ketika mereka berjalan di koridor.

Jaehyun menoleh. "Kenapa?"

"Entahlah. Rasanya tak enak meninggalkan ayah di rumah."

"Ron tidak mungkin tinggal di rumah Taeyong maupun di camp kan, mau bagaimana lagi?"

"Aku hanya ... entahlah."

"Kau kan juga ada keperluan dengan dosen. Jangan khawatir. Ron pasti bisa menjaga diri."

Jisoo mengangguk lemah.

"Menurutku kaulah yang seharusnya waspada," ujar Jaehyun setelah jeda yang cukup lama.

Jisoo mendongak. "Maksudmu?"

Tiba-tiba dari belakang seseorang menarik tangan Jisoo kasar. Ia tak bisa melawan, dan menjumpai ternyata Rosé yang menariknya. Ia dibawa menuju mobil yang terparkir tak jauh. Bermaksud memanggil Jaehyun, ia tak mendapati pria itu di sana ketika menengok ke belakang.

"Jaehyun?" desisnya pelan.

Dari dalam mobil Ten keluar. Ia menyekap mulut Jisoo dengan sapu tangan dan menariknya masuk ke mobil. Segera kesadaran Jisoo menggelap dan hilang.

***

"Cepat bangun, dasar manja!"

Kalimat semacam itu terus terdengar di telinga Jisoo yang belum sepenuhnya pulih. Ia masih setengah sadar. Obat bius di sapu tangan tadi membuatnya tak sadar hampir satu jam. Kini ia mulai sadar dan menyesuaikan diri. Begitu matanya terbuka, Lisa ada di sana. Sialan.

"Jie Qiong!" panggil Lisa. Mereka bertukar posisi. Jisoo mengikuti punggung Lisa yang menjauh entah ke mana.

Jie Qiong menarik sebuah kursi. Ia duduk menghadap sandaran kursi di hadapan Jisoo.

"Jangan kau pikir aku dan temanmu itu juga bagian dari semua ini," ujarnya. Jisoo mengernyit.

"Justru aku berharap dia bukan temanmu."

"Doyoung?" sahut Jisoo.

Jie Qiong nampak memerhatikan sekeliling sebelum berujar lagi. "Aku tahu kau tak mau begini. Aku tahu ini salah. Seharusnya sejak awal kau buka mulut agar masalah ini cepat selesai, bukan malah memperpanjang. Kau pikir aku suka berbaku hantam dengan Kerub? Tidak. Tidak pernah."

KERUB [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang