Esoknya tidak ada jadwal kuliah yang menanti Jisoo. Artinya, ia bisa bermalas-malasan di kamar seharian. Ia hanya harus mengumpulkan tugas tengah hari nanti.
"Awas kepalamu!!!"
Teriakan seseorang menambah ketegangan di sana siang itu. Taeyong menoleh, mencari sumber suara saat sebuah bola basket melayang mengenai tiang pembatas. Ia mencebikkan bibirnya, lantas kembali fokus pada buku di tangannya. Pupil matanya bergerak mengikuti garis-garis yang pensilnya ciptakan. Sejenak ia berhenti, lalu kembali mencorat-coret bukunya usai memerhatikan hasil gambarannya. Sebenarnya Taeyong bukan pelukis yang handal, hanya sekadar hobi. Pun gambarannya sekarang-seorang wanita dengan pose menoleh ke samping, rambutnya panjang tanpa poni, baru diselesaikan kedua mata teduhnya-bukanlah gambaran pro seperti yang kawan-kawannya biasa buat. Ngomong-omong pasal kawannya, Taeyong merasa bahunya ditepuk dari samping, diikuti figur seorang pria yang duduk di sampingnya.
"Tumben kau—"
Ucapan kawannya itu terpotong saat pandangannya disita oleh buku sketsa di pangkuan Taeyong.
"Sejak kapan kau pandai menggambar?" Doyoung, kawannya yang ternyata berada di fakultas yang sama dengan Jisoo, bertanya dengan nada terkejut dan lantang.
"Sejak kau tidak lagi mengirimiku pesan-pesan menyebalkan." sahut Taeyong cuek, kemudian lanjut menggambar.
Doyoung mencebikkan bibir. "Siapa itu yang kau gambar? Lisa?"
Gerakan tangan Taeyong berhenti, juga ekspresinya yang mengeras kala mendengar nama tersebut.
"Sejak kapan Lisa berganti gaya rambut?" Doyoung mengamati buku sketsa Taeyong. "Tapi postur ini nampak familiar."
Taeyong menoleh, bertautan mata dengan Doyoung. Ingin rasanya ia mengatakan pada kawan baiknya itu agar berhenti bertanya, namun ia urungkan. Mukanya ia buang, lantas menutup buku sketsanya.
Baru saja ia hendak memikirkan tentang dara yang ia gambar wajahnya tadi, rupanya figur wanita itu nampak melewati lorong sebelah lapangan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pada Doyoung, Taeyong segera mengemas barangnya dan pergi menghampiri wanita tersebut.
"Jisoo-ssi!" panggilnya.
Merasa namanya dipanggil, Jisoo menoleh. Ia terkejut karena mendapati yang berdiri di sana adalah Taeyong, dan bukan bapak dosen yang barusan ia temui.
"Y-ya?" Jisoo sedikit tergagap, bingung harus melakukan apa. Di sana banyak mahasiswa yang menatapnya sinis, terlebih saat Taeyong melambaikan tangan padanya.
"Kau ada kuliah hari ini?" tanya Taeyong.
Jisoo menggeleng masih dengan perasaan takut. "Tidak. Aku hanya mengumpulkan tugas dari dosen. Kenapa?"
"Um, kau ada waktu? Bisa antar aku ke suatu tempat?"
Jisoo mengernyit. "Ke mana?"
"Ke galeri seni." tutur Taeyong. "Maaf mendadak sekali. Kau keberatan?"
"Kau kan bisa mengajak Doyoung,"
"Doyoung ... sedang sibuk."
"Aku juga tidak ada waktu hari ini. Maaf ... "
"Bagaimana kalau besok?"
Jisoo terdiam. Kenapa pria ini antusias sekali?
"B-baiklah." jawabnya.
***
Happy 1k readers! Thank youuuuu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]