Efek

1.1K 158 0
                                    

"Taeyong baru saja menghubungiku. Aku sudah mengirim orang."

"Syukurlah. Aku hampir mati jantungan. Ya sudah."

"Oke."

Jennie mematikan ponselnya. Ia meraih tasnya, lalu pergi keluar. Kantin menjadi tujuan selanjutnya. Ia mencari di mana kawan-kawannya berada, dan segera menghampiri mereka setelahnya.

"Mana Taeyong?" tanyanya.

"Tadi masih menemui Doyoung. Mungkin sedang kemari." sahut Eunwoo.

"Kau kenapa sih?" tanya Jaehyun kala menyadari wajah panik Jennie.

"Red wings. Untungnya Johnny bilang Taeyong sudah menghubunginya." sahutnya. Ia duduk di samping teman wanitanya.

"Di mana kau melihat mereka?" Jaehyun dan yang lainnya nampak terkejut.

"Tadi di depan kelas Cheng Xiao, lalu sepertinya mereka pergi ke parkiran."

Taeyong akhirnya tiba di sana dengan wajah tak kalah panik dari Jennie. Ia bahkan menggigiti kukunya.

"Bisakah kita pulang?" tuturnya.

"Kau sudah menelepon Johnny, kan? Kalem," Yuta menurunkan tangan Taeyong perlahan.

"Bagaimana aku bisa kalem," Taeyong duduk di antara Yuta dan Eunwoo.

Belakangan Taeyong memang merasa lebih ekstra dari biasanya. Selain karena Jisoo mampu menyusup ke dalam pikirannya dengan lebih mudah dan sering, ada rasa aneh dimana ia ingin terus bersamanya. Apa jangan-jangan ... ia menyukainya? Tidak. Tidak boleh! Sudah menjadi tugasnya bahwa ia harus menjaga Jisoo lebih ekstra dari kawannya yang lain. Ia memang haruslah mengambil peran lebih sering bersama Jisoo. Dan jika suatu saat ia sudah seperti ini ... artinya ia menyalahi prosedur. Tapi mau bagaimana lagi? Lagipula ... apa Jisoo juga menyukainya? Menyukainya nampaknya bukan kata yang pas. Mungkin ... menaruh hati padanya?

"Taeyong!" panggil Mingyu setengah berteriak.

Taeyong terkesiap. Ia mengangkat kepalanya.

"Kau mau makan apa?" tanya Mingyu.

"Terserah." sahut Taeyong sekenanya. Seketika ia tak nafsu makan.

Taeyong mengalihkan pandangannya pada Jennie. "Hei, kau!" ujarnya.

"What?" Jennie menautkan alisnya bingung.

"Tidak bisakah kau mendekati Jisoo dengan lebih baik?!"

Jennie mendecih. "Kenapa kau marah? Mendekati seseorang tak semudah yang kau pikirkan!"

"Itu karena kau diam di tempat!" geram Taeyong.

"Ya sudah! Kau saja sana lakukan sendiri!" bentak Jennie kesal. Ia membuang muka.

"Sudahlah! Kalian kenapa sih?!" sela gadis di sebelah Jennie.

"Kau dan Hyejeong bantulah Jennie! Jangan jadi mandor!" tukas Taeyong.

Merasa tidak terima, gadis yang bernama Hyejeong membela diri. "Kau buta atau kau tuli? Sudah jelas kan siapa di sini yang punya tugas mendekati Jisoo dan yang hanya membaur?! Jangan memintaku dan Sowon mendekatinya juga! Kau meminta Jennie pun tak ada di prosedur! Kalau tahu kau tak akan mampu seharusnya jangan lakukan dari awal, bodoh!"

"Cukup!" sergah Jaehyun. Semuanya membisu.

"Jangan buka kartu, idiot!" desisnya. Ia melirik Taeyong dan Hyejeong bergantian. "Tidakkah kalian lihat di sana ada Serafim?"

Mereka semua melirik ke arah segerombol mahasiswa di ujung ruangan.

"Kalian diam atau mau kuremas mulut tak berfilter kalian itu?" gertaknya.

Tak lama Mingyu dan Eunwoo kembali membawa makanan mereka.

"Kalian kenapa? Lain kali lakukan itu di hadapan Johnny juga." sindir Mingyu. Usai membagikan makanan mereka, ia kembali ke tempatnya dan segera melahap makanannya.

 Usai membagikan makanan mereka, ia kembali ke tempatnya dan segera melahap makanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

KERUB [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang