"Aku akan segera ke sana."
"Ya. Sudah mendingan kok."
"Benarkah? Hari ini? Oppa tidak ikut?"
"Ah ... begitu. Baiklah."
"Dah." Rosé mengakhiri panggilan. Ia mengikat rambutnya—karena tadi tak sempat, kemudian menuangkan air panas ke dua gelas berisi gula dan sekantong teh celup.
Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Rosé melirik sekilas, mendapati Jaehyun memberengut sambil menopangkan dagunya pada bahu Rosé.
"Kau kenapa?" tanyanya.
Jaehyun menggeleng. "Teman-temanku mengirim pap* ke grup chat, dan aku hanya bisa membaca tanpa ikut mengirim."
"Siapa?"
"Kau tahu lah ... siapa lagi kalau bukan Pangeran Eunwoo and the company." Jaehyun menggenggam punggung tangan Rosé, memaksa kegiatan mengaduknya berhenti.
Rosé membalikkan badan. Ia menatap wajah tertekuk Jaehyun sambil menahan tawa.
"Kirimkan saja fotoku." Rosé bergaya seolah sedang difoto. "Berani bertaruh?"
Jaehyun mendecak. "Hanya orang bodoh yang mau mempertaruhkan hal bodoh."
Rosé terkekeh. Ia mengecup bibir Jaehyun sekali, lalu dua kali, tiga, dan berubah menjadi ciuman lembut. Saling melingkarkan lengan, Jaehyun mendadak melepaskan tautan bibir mereka—membuat Rosé menggelayut manja tak ingin melepaskan.
"Kemarin Sungwoo memukulku keras sekali. Sialan." ujarnya.
"Kau tahu apa yang jalang New Zealand itu lakukan pada Lisa, hm?" Rosé menarik dagu Jaehyun agar pandangan mereka bertemu.
Jaehyun mengangguk. "Untunglah tidak ada yang mati."
"Uh, ya ... aku juga hampir mati karenamu."
"Sayang, maaf ... tapi apa kau mau aku ketahuan?"
"Tak perlu memukulku sekeras itu, kau tahu?"
"Eunwoo akan membunuhku duluan sebelum kau sempat membalas pukulanku jika aku lembek."
"Uh ... kasihan sekali ... " Rosé terkekeh.
Jaehyun memutar mata jengah. "Sama sekali tidak lucu."
"Jadi ... apa yang akan kalian lakukan setelah ini?"
"Menyembuhkan diri ... mungkin?"
"Maksudku ... sesuatu seperti ... di mana Ron, atau sejenisnya ... "
"Ron bersama Eunwoo saat ini."
Ekspresi Rosé mengeras. "Katakan sekali lagi,"
"Dasar tuli." Jaehyun mengecup bibir Rosé cukup lama.
"K-kau serius? Ron ... bersama Eunwoo? Di Seoul?!" Rosé nampak sangat antusias.
"Untuk apa aku berbohong?"
"Dan dia pindah ke ... ?"
"Incheon."
"Oke!!!" Rosé memeluk Jaehyun erat sambil melompat kegirangan. Ia berhenti untuk memandang wajah kekasihnya itu, lalu mengulangi hal itu lagi.
"Sepenting itu kah Ron buat kalian?" nada Jaehyun datar, begitupun wajahnya.
Rosé terdiam. "Bukan Ron sayang, tapi berkasnya. Kau sempat melihatnya?"
"Tak sempat membaca. Eunwoo memboikotnya."
"Sudah kuduga. Tapi berkasnya aman kan?"
Jaehyun mengernyit. "Maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]