Tak banyak percakapan terjadi antara mereka selama di jalan. Jennie beberapa kali melirik Jisoo yang duduk di samping kursi kemudi. Berniat bertanya, ia mengirim pesan pada grup chat yang langsung ramai respon.
Jennie Kim : ada tugas baru?
Johnny Seo : maksudmu?
Johnny Seo : ada masalah?
Jennie Kim : ada perintah membawa Jisoo?
Cha Eunwoo : biarkan saja. aku sudah memberitahu Taeyong
Jaehyun : Taeyong kenapa?
Hyejeongk : aku dan Sowon otw
Jennie Kim : Mingyu sudah pulang?
Johnny Seo : belum
Kim Mingyu : apa
Kim Mingyu : aku masih pergi bersama Minhee
Nakamoto Yuta : bajingan. diareku belum berhenti
Jaehyun : gws sayang :*
Nakamoto Yuta : bereskan kamarmu dasar pemalas bedebah
*Sowon left the group*
Jennie menghela napas. Ia memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas, lalu turun saat mereka sudah tiba di camp. Jisoo nampak menyimpan beribu pertanyaan begitu mobil berhenti. Mereka bergandengan tangan ...
Ya. Mereka bergandengan tangan.
Ia mengernyit heran. Haruskah Taeyong seperti itu? Di ruang tamu Johnny dan Jaehyun nampak menunggu kehadiran mereka. Jaehyun mengulas senyum ramah pada Jisoo yang masih kebingungan.
"Tunggu di sini. Aku akan segera kembali." ujar Taeyong sambil mendorong punggung Jisoo untuk duduk.
Jisoo hanya mengangguk pasrah dan menurut selagi Taeyong dan Jennie masuk.
"Mana Yuta?" tanya Taeyong.
Jaehyun menyahut sambil mengedik. "Buang air."
Taeyong memutar mata. Ia pergi bersama Jennie menjauh dari ruang tamu.
"Kenapa kau membawanya?" tanya Jennie sambil berbisik walau takkan ada yang akan mendengarnya.
"Aku sudah muak. Tadi bajingan Thailand itu mengikutinya. Lalu Sungwoo, yang Yuta katakan waktu itu. Yook Sungjae keparat itu juga. Kau lupa?" sahut Taeyong.
"Lisa?"
"Ten."
Jennie terdiam.
"Aku tahu Eunwoo akan mengijinkan. Jadi kubawa dia sekarang."
"Ya sudah. Terserah padamu."
Saat itu Yuta baru saja kembali dari urusan membandelnya di toilet. Ia langsung bergabung bersama Taeyong dan Jennie yang hendak kembali ke ruang tamu. Mereka kembali bersamaan dengan Hyejeong dan Sowon yang baru saja datang.
Jisoo membatu di tempatnya. Ia bagaikan manusia yang dikelilingi alien dan hendak dicincang untuk dijadikan makan malam.
"Bagaimana?" Johnny melirik Taeyong.
Taeyong mengedik.
"Tak mau menunggu Eunwoo?" timpal Sowon.
"Tidak usah." Taeyong mengambil tempat di seberang Jisoo, sementara para gadis duduk mengapit Jisoo.
Ia menghela napas sebelum mulai berbicara. "Aku hanya akan menjelaskan sekali padamu, tentang semuanya." Taeyong berdeham. "Intinya, kami dan koloni Lisa sama sekali berbeda. Mungkin kau memang mengenal kami di kampus, tapi tujuan kami berbeda. Kau tahu alasan ayahmu menjual rumah kalian? Agar Lisa dan teman-temannya tak pergi ke sana.
"Beberapa tahun lalu ayahmu sempat bekerja sama dengan teman-temanku untuk pergi ke sebuah misi di kawasan Insa-dong. Di sana mereka menggagalkan rencana penyelundupan Flakka yang akan dilakukan teman-teman Lisa. Kau tahu barang itu ilegal, kan? Dan ayahmu mencuri data-data penting milik mereka—Serafim, sebut saja begitu—lalu membawanya pergi, entah ke mana. Maka dari itu, kubilang jangan dekati Lisa karena ia dan teman-temannya berusaha mendapatkan informasi tentang ayahmu darimu. Semua temannya."
Jisoo terdiam. Apa Taeyong serius? Jika semua itu menjelaskan semuanya maka ... hubungannya dengan Taeyong hanyalah ...
"Begini, Jisoo." Johnny angkat bicara. "Kau bisa menyebut kami Kerub—aku, namaku Johnny, Taeyong, Eunwoo, Jaehyun, Yuta, Mingyu, Jennie, Hyejeong, dan Sowon."
Johnny menunjuk Hyejeong dan Sowon bergilir. Jisoo mendengarkan.
"Yang bekerja sama dengan ayahmu waktu itu bukan kami dan bukan Lisa dan teman-temannya, hanya anggota lain dari ... organisasi kami. Kami semua mendapat perintah langsung dari atasan kami untuk menangani kasus ini, dengan beberapa prosedur yang pastinya harus kami patuhi. Lalu, untuk masalah Taeyong ... " Johnny melirik Taeyong singkat. "Taeyong mendapat tugas berinteraksi dengan target, yaitu dirimu. Jennie dan yang lainnya hanya figuran. Um ... kuharap Taeyong tak pernah mengatakan hal yang menyinggung perasaanmu."
Oke. Itu sudah cukup menjelaskan. Jadi hubungan mereka hanya fiktif. Hanya wacana prosedur sialan. Jisoo menghela napas sambil manggut-manggut.
"Terima kasih, Johnny-ssi." jawab Jisoo.
"Kami ... memiliki tugas masing-masing. Begitupun Johnny yang tak ada di kampus. Tadi ... kulihat kau dan Taeyong ... um ... maaf, kami tak bermaksud meminta kalian menjauhi satu sama lain. Kami hanya mengatakan apa yang perlu kami katakan." sambung Jennie.
Jisoo diam. Taeyong nampak menunduk dalam sambil meremas rambutnya.
"Kau ... keberatan?" tutur Yuta.
Jisoo menggeleng lemah.
"Boleh aku keluar?" tanyanya.
Mereka mengangguk serempak.
***
Sibuk menangisi stiker yang kena razia line sampe lupa mau up:)
Ya gini derita anak rp:)
Untung sabar:)
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]