Vigilansi

889 121 1
                                    

Walau sekarang Putri Theresa sudah bisa bersama dengan seseorang yang dicintainya, nyatanya masih banyak bahaya mengancam. Atau, justru bahaya mengantre menghampirinya. Seorang teman pernah berkata padanya dulu,

"Hadapi bahaya itu, jangan lari. Percuma saja kau lari saat ini, karena ia akan menangkapmu di lain hari."

Jisoo terkejut kala ponselnya tiba-tiba berdering. Ia membaca tulisan yang tertera di layar, lalu meraih ponselnya.

"Halo?" ucapnya setelah beberapa saat mempertimbangkan.

"Kenapa kau tak membalas pesanku? Kau baik-baik saja, kan?"

"Kau tadi mengirim pesan? Maaf, aku tak tahu." Jisoo menggigit bibir. Tentu saja ia tahu Taeyong mengirim pesan padanya. Ia hanya mencari alibi untuk mengabaikannya, dan mencari kesibukan dengan melanjutkan tulisannya. Bahkan saat sudah ada kesibukan pun, ia masih terngiang pernyataan tak masuk akal Taeyong dan teman-temannya. Kenapa ia harus percaya? Tapi ... kenapa juga ia harus tak percaya?

"Maaf." tutur Taeyong pelan. Ia kedengarannya sangat menyesali suatu hal.

"Kenapa?"

"Maaf karena harus menyeretmu ke dalam semua kejadian ini."

Jisoo menundukkan kepala. Ia meremas jari kakinya, menyandarkan dagu pada lutut. "Kalau ini tak menyangkut keluargaku, sudah pasti aku masa bodoh."

"T-tapi perihal hubungan kita ... aku sama sekali tak menipumu!"

Jisoo mendecak. Sudah berapa kali tadi Taeyong mengatakan dan menjelaskan hal itu padanya? "Aku bosan mendengarnya."

"Kau percaya padaku, kan?"

Jisoo diam.

"Jisoo-yah ... jangan marah ... aku melakukannya karena keinginanku sendiri ... sungguh,"

"Mereka tahu?"

"Apa—? T-tidak,"

"Kenapa tidak?" Jisoo mengernyit.

"Um ... nanti saja kuberitahu mereka."

"Apa itu artinya kau melanggar prosedur kalian itu, makanya kau merahasiakannya dari mereka?"

Taeyong terkesiap. Skak mat.

"Aku benar?" sambung Jisoo setelah tak mendapat respon.

"Begini, biar kujelaskan." sahut Taeyong. "Tugasku adalah untuk berinteraksi secara khusus denganmu, kau tahu kan maksudku. Jadi aku tak perlu memberitahu apapun pada siapapun, karena mereka sudah otomatis tahu. Takkan ada yang heran melihatku menempel padamu sepanjang hari."

Tanpa ia sadari, Jisoo tersenyum tipis—namun segera ia hapus. "Oke. Sampai jumpa besok."

"Jisoo, tungg—"

Jisoo mematikan ponselnya.

***

Hari ini entah sudah berapa kali ia bertemu, berpapasan, atau sekedar melihat eksistensi Lisa dan teman-temannya. Ia sedikit takut, tapi juga berpikir ulang karena mereka tak melakukan sesuatu yang aneh. Ia tak mau jadi sorotan karena terlihat parno karena hal abstrak. Tapi saat ini, ia tengah berbincang bersama Cheng Xiao.

"Kukira Lisa bersamamu,"

"Tidak. Kami hanya berpapasan tadi. Dia sepertinya hendak mencari dosen."

Cheng Xiao manggut-manggut sambil tersenyum manis bak bidadari, lain halnya dengan Jisoo yang tersenyum kecut.

"Besok malam akan ada pesta kecil-kecilan di rumahku. Mungkin ... sekedar barbekyu. Datanglah bersama Lisa." ajak Cheng Xiao.

"Ah, um ... " Jisoo menggaruk rambut yang tidak gatal. "aku tidak janji. Sepertinya besok sore aku akan pergi mencari bahan membuat patung bersama temanku,"

Cheng Xiao nampak kecewa. Ia memberengut, tapi segera menggantinya dengan senyuman tipis. "Oke. Lain waktu datanglah." ia menepuk bahu Jisoo.

Jisoo tersenyum simpul.

"Cheng Xiao! Kau di sini?" seru seorang mahasiswa yang terlihat menghampiri Cheng Xiao.

Cheng Xiao menoleh, mendapati Sungwoo sudah berdiri bersama mereka. Sungwoo mengalihkan pandangan pada Jisoo yang meremas selempang tasnya.

"Annyeong," sapanya sambil mengulas senyum.

Jika Jisoo tak sedang ketakutan, ia pasti sudah meleleh karena senyuman seorang Ong Sungwoo.

"Ne," Jisoo tersenyum kecut.

"Ada apa?" tanya Cheng Xiao. Sungwoo menoleh padanya.

"Jadi ikut ke rumah Taeil?" tuturnya.

Cheng Xiao nampak menimbang sesuatu selama beberapa saat, kemudian mengangguk. "Oke."

"Aku duluan ya, Jisoo." Cheng Xiao melambaikan tangan pada Jisoo, lalu segera merangkul lengan Sungwoo dan pergi.

Cih,

apa mereka berkencan?

Jisoo meremas rambutnya gemas. Ia berdeham, berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Apa benar semua yang dikatakan Taeyong? Kerub? Serafim? Apa ayahnya punya catatan kriminal? Jisoo mendesah pelan. Ia tak tahu sudah diracuni apa dan oleh siapa. Banyak hal beradu di pikirannya dan membuatnya pusing. Salah sedikit, mungkin ia sudah dimakan singa.

 Salah sedikit, mungkin ia sudah dimakan singa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Kemaren lupa mau up npdh--"

Hbd buat Lisa dan Eunwoo:*

KERUB [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang