Yuta berlari tergopoh-gopoh hingga beberapa kali menabrak pasien atau pengunjung lain yang ada di koridor. Baru saja ia menerima telepon dari Taeyong yang mengatakan bahwa Jisoo kemalingan. Sebenarnya ia ingin datang bersama Jaehyun. Tapi ternyata Jaehyun sedang ada urusan bersama Mingyu yang baru saja pulang dan Johnny. Eunwoo, tak mungkin ia pergi bersamanya—walau Eunwoo meminta ikut. Alhasil Eunwoo pergi menyusul para gadis yang sedang berada di apartemen Jisoo. Ia segera menghampiri Taeyong begitu menemukannya. Taeyong berdiri di sisi kasur Jisoo dengan wajah khawatir sembari dokter memeriksa keadaan Jisoo.
"Taeyong!" serunya.
Taeyong menoleh, masih dengan wajah khawatirnya.
"Jisoo baik-baik saja, kan?"
Taeyong mengangguk. "Kalau saja aku mengecek ponselku lebih awal,"
"Ah, syukurlah!" Yuta terengah mengatur napas.
Taeyong nampak menyesal. Ia menundukkan kepala.
"Nona Kim Jisoo baik-baik saja." tutur dokter beberapa saat kemudian. Taeyong mendongak diikuti Yuta. "Ia menghirup tak banyak obat bius. Tak berbahaya kok."
Obat ... bius? Apa saja yang telah mereka lakukan?
Taeyong terpaku menatap Jisoo yang masih memejamkan matanya.
"Um ... lalu kapan Jisoo akan membuka mata?" tanya Yuta.
Dokter mengecek arlojinya sebelum menjawab. "Beberapa menit lagi. Kalian bisa menunggu di sini."
Yuta membungkukkan badan. "Baiklah. Terima kasih, Dok."
Dokter tersebut pergi disusul suster yang sedari tadi mengekor padanya. Sekarang Yuta dan Taeyong duduk di kedua sisi kasur Jisoo. Mereka menghela napas berat bersamaan. Taeyong masih sibuk menyalahkan dirinya sendiri sementara Yuta mengabari rekan-rekannya bahwa Jisoo baik-baik saja.
"Ini salahku." bisik Taeyong. Yuta meliriknya.
"Ini salahku sejak awal."
"Bagaimana bisa kau bilang begitu?" sahut Yuta.
"Ini salahku karena menyeretnya dalam permasalahan ini." Taeyong menatap intens wajah Jisoo. Ia belum juga membuka matanya.
"Kau? Menyeretnya?" Yuta mencondongkan badannya. "Kalau ayahnya tak terlibat bersama Serafim maka Jisoo juga takkan menjalani semua ini."
Taeyong melirik. Yuta menyandarkan tubuhnya kembali, lalu lanjut mengirim pesan ke teman-temannya.
Ayahnya ... benar juga. Batin Taeyong.
Ia mengernyit. "Tapi tetap saja."
"Apa?" sahut Yuta.
"Aku yang salah."
"Toh kalau aku yang menerima tugasmu pun semuanya tak akan bisa lebih baik dalam waktu instan. Sama saja, selama yang bersamanya adalah kita."
Yuta benar.
"Setidaknya kalian sudah berusaha menjauhkanku dari mereka." tutur sebuah suara lain yang ternyata adalah Jisoo. Taeyong dan Yuta refleks berdiri untuk menengok Jisoo.
"Sejak kapan kau sadar?" tanya Yuta.
Jisoo menyahut. "Sejak tadi."
"Kau baik-baik saja, kan, sayang? Mereka tidak melukaimu, kan?" Taeyong merengkuh pipi Jisoo yang telah duduk bersandar.
Alih-alih dijawab oleh Jisoo, Yuta buka suara. Ia menatap mereka penuh tanya. "Sayang ... ?"
"Um ... itu ... t-tidak kok ... ah ... " Taeyong berusaha mencari kalimat yang pas sementara Jisoo hanya bisa mati kutu sambil menatap lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]