Johnny sedang asyik mengunyah makanannya saat menerima kabar dari Taeyong. Ia sempat tersedak tadi. Lebay, tapi ... normal juga untuk mengekspresikan keterkejutannya. Dari mana mereka tahu sandi rumah Taeyong? Persetan dengan dedukunan. Buang-buang waktu sekali jika mereka pergi ke dukun hanya untuk sandi rumah Taeyong. Tapi sungguh ... bagaimana mereka bisa tahu? Akhirnya, Johnny merelakan makannya tertunda hingga kira-kira nanti malam sampai urusan mereka selesai. Ia segera mengumpulkan semuanya dan menceritakan apa yang terjadi menurut laporan Taeyong hingga pria itu tiba. Masih ada sedikit briefing sebelum akhirnya mereka berangkat ke camp Serafim.
"Karena ini pergerakan tiba-tiba dan tanpa persiapan, aku ingin kalian jangan angkat senjata. Sebisa mungkin jangan, kecuali saat terdesak. Mereka akan selalu licik, tapi jangan terpancing karena satu peluru hanya akan memperburuk suasana. Jennie, nanti carilah Jisoo. Taeyong, tetaplah pada barisan. Mengerti?" terang Eunwoo.
"Mengerti!" jawab mereka serempak.
Dengan membawa peralatan sederhana, mereka berangkat. Saat itu semuanya pergi untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan. Terlebih lagi jumlah mereka sama, minus Jennie. Begitu tiba, mereka siap di posisi. Sang pemilik mansion juga telah bersiap pada titik titik tertentu. Baik Kerub maupun Serafim, tak ada yang mengangkat senjata. Semuanya tersimpan rapi di sarung masing-masing. Dalam hitungan ketiga, Jennie memisahkan diri dari kerumunan. Belum ada satupun suara saat itu selain nafas mereka. Saat Jennie sudah masuk ke area dalam mansion, baru Serafim mengepung. Kegaduhan merembet masuk hingga ke wilayah mansion yang cukup dalam. Mereka saling menjatuhkan, saling melempar tinju di mana-mana. Jennie sesekali menengok ke luar, memastikan teman-temannya baik-baik saja. Tentu saja. Jangan remehkan Eunwoo dan Johnny.
"Wah, ada tamu rupanya." seru seseorang yang spontan membuat Jennie terkejut. Ia terkesiap, membuatnya kelihatan sedikit payah.
"Teman-temanmu di luar. Ada perlu apa di dalam?" Lisa menyeringai kecil.
"Well, aku meninggalkan lenteraku di dalam sana." Jennie mengedik.
"Oh ya? Kupikir itu milikku. Milik kami."
Jennie mendecih. "Jangan harap itu bisa menyala jika berada di tangan yang salah."
Lisa terkekeh. "Aku akan buat lentera itu menyala, walau nyawaku taruhannya."
Jennie mendesah singkat. "Hentikan saja semua ini. Kulihat kalian semua lelah."
"Bagaimana bisa berhenti jika tak ada penerangan yang berguna?"
Merasa kesal, Jennie mulai maju dan menyerang Lisa. Seperti keributan di luar, mereka pun bertarung dengan tangan kosong. Hantaman tak dapat dihindari, pun barang-barang melayang. Hanya dalam waktu beberapa saat mereka sudah saling babak belur. Satu menjatuhkan, satunya lagi membalas. Jennie menghantam dagu Lisa keras, membuat gadis itu sedikit terhuyung. Ia membalas Jennie saat keseimbangannya sudah kembali. Satu tendangan keras di pipi gadis itu, dan Jennie tersungkur. Belum sempat bangkit, Lisa terlebih dulu menarik punggung Jennie. Ia melingkarkan tangannya pada pinggang Jennie, lalu membantingnya ke belakang. Jennie terdiam selama beberapa saat, kemudian bangkit. Ia meraih salah satu kaki meja yang tadi hancur, lalu memukulkannya keras-keras ke arah Lisa. Gadis itu tersungkur dengan pelipis berdarah. Jennie melemparkan kaki meja tersebut, berniat pergi. Tetapi Lisa mencengkeram kakinya dan menariknya, membuat Jennie terjatuh. Dengan sigap Lisa mengunci tubuh Jennie di lantai, menindihnya sambil melayangkan tinju bertubi-tubi. Saat hendak melayangkan tinju entah ke berapa Jennie menahan kepalan tangan Lisa, memelintirnya hingga posisi mereka berbalik. Jennie meludahkan darah yang memenuhi mulutnya. Ia bangkit dan menyeret Lisa ke lantai dua. Cukup tinggi, tapi Jennie pernah melakukannya sekali.
"What the fuck are you trying to do?!" Lisa memberontak.

KAMU SEDANG MEMBACA
KERUB [FINISHED]
Fanfiction[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya. ##### Tell My Yearn to The Rain versi revisi. [folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]