Intrusi

760 108 2
                                    

Putri Theresa tengah merenung di balkon kamarnya saat tiba-tiba hujan. Ia mengeratkan genggaman pada gelasnya demi mendapat kehangatan walau minimal. Sapuan angin dingin menerpa wajah jelitanya perlahan. Ia menghela napas, menelan sisanya bersama secangkir teh hijau yang tinggal separuh.

Ia teringat masa mudanya saat senang sekali bermandi hujan bersama sahabatnya, Annelise. Sayang sekali Annelise harus pergi. Ia takkan kembali walau Theresa menunggunya hingga waktu berhenti berputar. Hanya kenangan akan hujanlah yang tersisa. Hanya kenangan akan sang sahabat yang setia menanti dalam sanubari.

Bel apartemen berbunyi mengalihkan perhatian Jisoo dari layar laptopnya. Ia mengecek jam, kemudian ponsel. Taeyong bilang ia akan berkunjung setibanya di rumah. Tapi tak ada pesan masuk darinya sejak tadi pagi—menandakan Taeyong belum pulang. Lalu siapa yang bertamu? Teman-teman Taeyong? Tak mungkin mereka datang tanpa mengabari. Apa mungkin Doyoung?

Bel berbunyi lagi. Kali ini Jisoo beranjak dan segera turun. Begitu pintu dibuka, senyuman manis Jie Qiong menyapanya. Jisoo terkesiap, meremas gagang pintu.

"Cuma mampir sebentar kok." tutur Jie Qiong, kemudian menyerobot masuk. Di belakangnya datang Taeil dan Sungjae yang nampak memainkan sesuatu—rantai kecil yang cukup panjang dengan gumpalan di ujungnya, sedang diputar-putar layaknya cowboy.

Jisoo seakan mati kutu tak tahu harus berbuat apa. "A-ada perlu apa?"

Jie Qiong naik ke lantai atas, disusul Taeil dan Sungjae yang menggeledah ruang tamunya.

"Kalau pacarku di rumah sendiri, aku pasti sudah—aduh!" kalimat Taeil dipenggal dengan pukulan kepala oleh Sungjae menggunakan gumpalan rantainya.

"Tidak penting." ujarnya.

Taeil mendecak singkat sambil mengusap kepalanya. Sungjae naik ke lantai atas, sementara Taeil masih menggeledah lantai bawah apartemen Jisoo. Sekiranya usai, Taeil menyusul kedua rekannya. Ia mengulas seringai ejekan saat melewati Jisoo yang masih berdiri kaku di tempatnya. Jisoo pun berinisiatif naik ke lantai atas menyusul mereka, memastikan mereka tak merusak properti apapun. Betapa terkejutnya ia saat melihat kondisi kamarnya yang berantakan. Barang berceceran di mana-mana. Jie Qiong yang berada di dalam masih nampak belum menemukan apa yang ia cari. Raut wajahnya menunjukkan amarah dan kekecewaan. Sementara ia tak melihat Sungjae, Taeil sengaja menyenggolnya saat hendak masuk ke kamar. Ia mengatakan sesuatu pada Jie Qiong—entah apa, lalu mereka keluar menghampiri Jisoo.

"Open your eyes," tutur Taeil sambil menunjuk matanya dengan dua jari. "right now. Open your eyes."

Jisoo mendelik tak paham. Tepat saat itu, Taeil merogoh sesuatu di sakunya dan menyemprotkannya ke mata Jisoo.

"Good night, mistress." ucapnya sambil berlalu pergi bersama Jie Qiong dan Sungjae.

Jisoo merasakan perih pada kedua matanya. Ia menutup matanya, mengibaskan tangannya sambil menahan jeritan. Perlahan ia mulai merasa pusing dan hilang keseimbangan, disusul suara barang-barang pecah dari lantai bawah. Dengan bersusah payah ia masuk ke kamar dan menghubungi Taeyong, namun tak diangkat. Sambil berjuang melawan rasa pusing ia masih berusaha menghubungi Taeyong. Aktivitas tiga orang tamunya masih terdengar, walau samar. Jisoo memegangi kepalanya yang seperti hendak meledak. Ia jatuh terduduk, menghirup oksigen sebanyak mungkin. Tetapi perlahan, kegelapan merenggut dirinya hingga tumbang.

 Tetapi perlahan, kegelapan merenggut dirinya hingga tumbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

KERUB [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang