[au] Hujan amunisi di Insa-dong hari itu lah yang akhirnya membawa Jisoo pada Taeyong, dengan segala cerita yang mengikutinya.
#####
Tell My Yearn to The Rain versi revisi.
[folder asli TMYTTR masih tersedia di bab terakhir jika ingin membaca]
Taeyong benar-benar mengajak Jisoo pergi. Pagi itu Taeyong menjemput Jisoo. Menjemput Jisoo. Apa sih yang ada di pikiran pria itu? Mereka sungguh baru berkenalan! Jisoo tak mungkin menolak saat Taeyong sudah sampai di apartemennya. Mereka pun berangkat ke galeri seni favorit Jisoo. Lantai dua menjadi tujuan mereka selanjutnya, di mana para pengunjung bisa bebas mengekspresikan diri mereka dalam bentuk lukisan cat air dengan budget yang hanya dua ribu won saja. Mereka memilih tempat kosong di samping jendela, dengan tujuan agar mendapat pencahayaan ekstra. Sambil menata kanvas dan cat air yang telah tersedia, Jisoo buka suara.
"Kau suka melukis, ya?"
Taeyong menoleh. "Lukisanku masih buruk. Aku ingin belajar."
"Sudah pernah melukis di kanvas sebelumnya?"
Taeyong menggeleng.
"Baru kali ini? Wow."
Mulai duduk di kursinya, Taeyong sudah siap dengan kuas dan palet di kedua tangannya. Ia dan Jisoo saling pandang, sama-sama bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Apa yang harus ku lukis?" ujar Taeyong sembari mengangkat bahunya.
Jisoo yang melipat kedua tangan di depan dada, nampak memikirkan sesuatu sambil menebar pandangan ke sekeliling.
"Terserah kau saja." ucapnya akhirnya.
Taeyong terdiam, ikut-ikutan menebar pandangan mencari objek yang bagus. Tiba-tiba hujan turun, yang otomatis menyita pandangan mereka.
"Kalau kau suka menggambar sketsa atau melukis, tunjukkanlah hasilmu pada teman-temanmu. Kau juga perlu pendapat dan masukan tentang hasil karyamu, agar kau tahu sampai di mana kau telah mengembangkan hobimu itu." terang Jisoo, menoleh pada Taeyong yang diikuti anggukan.
"Aku ... tidak terbiasa menggambar dengan pandangan mata tertuju padaku." Taeyong mengusap hidung.
Jisoo mengangguk, lantas beranjak. "Carilah objek yang menurutmu mudah dan kau suka, lalu tumpahkan emosimu segera."
Kembali menebar pandangan, Taeyong mengamati setiap benda dan pengunjung yang ada di sana. Sebenarnya saat ini pikirannya dipenuhi dua hal; Jisoo dan gemercik hujan di luar. Ia menoleh, menautkan pandangan pada Jisoo yang sedang berdiri di tepi jendela menikmati hujan. Begitu katanya kemarin, bahwa ia menyukai hujan. Bukan, tapi cuacanya. Lamat memandangi, tak ia sadari jemarinya mulai menari di atas kanvas. Terakhir kali ia menyentuh kanvas dan cat air sekitar tiga tahun lalu, atau empat, atau lima. Ia masih ingat detail terkecil bagaimana seharusnya menggambar di atas kanvas menggunakan kuas, bagaimana seharusnya mencampurkan warna-warna. Terlebih yang ia lukis sekarang adalah objek yang sejak lama menjadi rivalnya. Teringat sesuatu di tengah jalan, Taeyong mengeluarkan buku sketsanya. Di sana ada pencampuran warna daun yang pernah ia buat beberapa hari lalu. Sialnya, pencampuran warna itu berada tepat di halaman sebelah gambar seorang wanitanya.
Dan sialnya lagi, Jisoo menoleh.
Yang lebih sial lagi, Jisoo menghampirinya.
"Bagaimana?" tanyanya.
Taeyong mengangguk, membalas tatapan Jisoo bingung. Ia melirik Jisoo dan lukisannya yang hampir jadi itu bergantian. Jisoo mengernyitkan alis, merasa gelagat aneh Taeyong. Jisoo memajukan langkahnya sekali, lalu menyapa pandangannya dengan hamparan pepohonan hijau di atas kanvas. Titik hujan terlukis indah di sana, dengan figur wanita yang berdiri membelakangi sang pelukis.
Tunggu dulu.
Lukisan itu nampak seperti dirinya.
Atau memang dirinya?
"Um ... " Jisoo menggaruk tengkuknya, memandangi lukisan dan Taeyong bergantian. Taeyong membuang muka, mematikan pandangan pada lukisannya. Kuas dan palet masih ia genggam erat, seakan tidak rela jika seseorang merebutnya.
"W-wow." sambung Jisoo. "Bagus."
Memang bagus, walau nampak seperti dirinya. Tidak, ia tidak menyombongkan diri. Mungkin itu orang lain, belum tentu dirinya. Memangnya apa yang membuat Taeyong berpikiran untuk melukis dirinya? Tidak ada.
Kembali pandangannya disita oleh buku sketsa Taeyong. Kali ini benda itu sukses membuat dirinya kepedean. Gambar sketsa seorang wanita dengan pose menoleh ke samping, rambut panjang tanpa poni, dan masih digambar kedua matanya saja. Semua itu mirip seperti dirinya. Atau memang itu dirinya?
Tidak.
Tidak mungkin.
Wajah Jisoo pasaran. Mungkin bentuk tubuhnya juga. Entah ada berapa banyak wanita di kampusnya yang memiliki rupa sama seperti dirinya.
Taeyong beranjak. "Sudahlah, ayo pulang. Hujannya sudah mereda."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.