Hari ini tubuhku sudah sehat. Rasa pusing itu sudah tidak terasa lagi, jadi aku sudah bisa kuliah lagi setelah dua hari tidak kuliah, ya karena sakit.
Dan sekarang, aku sudah bisa beraktivitas seperti biasa.
Aku melirik jam tangan yang terletak di tangan kiriku, menunjukkan pukul setengah lima sore.
Tentu saja aku sudah tidak ada kelas lagi. Jadi, sekarang aku akan menuju ke suatu tempat, tapi bukan rumah tujuanku.
Ya, aku akan menuju ke atap sekarang. Sudah lama tidak pergi kesana.
Aku menaiki tangga, karena tentu saja tidak ada akses lift menuju ke atap.
Dan akhirnya aku sampai di atap, aku pun duduk di dekat pagar pembatas yang tingginya mencapai pinggangku.
Kutatap langit sore di hadapanku ini, sangat cerah langitnya.
Tiba-tiba aku berpikir tentang perasaanku.
Apakah aku bisa menggapai Jimin?
Bisakah aku berhasil memilikinya?
Apakah ia tahu, atau merasakan tentang perasaanku terhadapnya?
Apakah ia mengetahuinya?
Entahlah, aku tidak tahu. Tapi yang pasti, aku benar-benar mengejarnya.
Aku sangat nyaman jika bersamanya.
Aku tahu, saat ini ia dekat denganku.
Tapi, tak jarang aku merasa ia juga jauh, sulit untuk ku raih.
Tapi, karena aku sungguh mencintainya, aku tetap ingin mengejarnya.
I need you in my life.
"Yeogiseo mwohae?" Aku rasa aku kenal suara ini. (Apa yang sedang kau lakukan disini?)
Aku pun menoleh kebelakang, mencari tahu sumber suara itu.
Dugaanku benar, itu adalah suara Jimin.
Dan sekarang, ia berdiri tepat di belakangku. Refleks aku membelalakan mataku, terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
Astaga sejak kapan lelaki ini berdiri di belakangku?
"Sejak kapan kau berdiri disitu, eoh?" Tanyaku pada lelaki yang sekarang sudah tersenyum padaku.
Ia pun duduk di sampingku sembari menjawab, "Sekitar 10 menit yang lalu."
"Lalu, kenapa tidak langsung duduk saja? Mengapa kau malah berdiri di belakangku?" Tanyaku agak bingung.
"Aku perhatikan kau tadi sedang serius menatap langit di atas sana, jadi aku tidak ingin mengganggu." Ia menatap langit sore.
Aku menatapnya yang sedang melihat ke arah langit itu, "Bagaimana kau bisa tahu aku ada disini?"
"Aku tahu, atap adalah tempat favoritemu."
"Oh begitu. Lalu, kenapa kau kesini?"
"Ingin bertemu denganmu," ia menatapku.
"Kenapa? Tidak boleh? Baiklah kalau begitu aku pergi saja." Ia pun bangkit dengan wajah cemberutnya, terlihat menggemaskan.
"Ya! Ya! Sini duduk lagi, astaga mengapa kau mendadak sensitif seperti ini?" Aku menarik tangannya agar duduk di sampingku lagi.
Ia pun terkekeh, "Aku hanya bercanda." Aku juga ikut terkekeh.
"Kau tahu tidak? Langit itu sangat cantik." Ia menunjuk langit sore di hadapan kami, dengan jari telunjuknya yang imut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember ; BTS Jimin✔
FanfictionSetelah beberapa tahun berpisah, pada suatu malam mereka bertemu lagi secara tidak sengaja. Namun, saat mereka bertemu, Eunra tidak mengingat apapun. Ia Amnesia. Jimin pun menyembunyikan tentang masa lalu mereka berdua. Ia hanya tidak ingin Eunra te...