44: Nightmare

3.3K 275 43
                                    

Aku dan Jimin berlari menuju parkiran mobil yang jaraknya lumayan agak jauh dari gedung.

Sial sekali memang. Kenapa parkirannya harus jauh astaga.

"Mereka...masihhh mengejar kita..."

"...aku..hhh...sudahh kelelahan..." ucapku yang mulai kekurangan oksigen karena berlari tanpa henti.

"Kamu hhh...kamu kuat. Sebentar lagi sampai." Balas Jimin yang mulai ngos-ngosan.

"Aras---JIMIN!" Sial, aku jatuh karena tersandung batu kecil. Untung saja aku memakai jeans, jadi lututku tidak terlalu sakit.

"EUNRA!"

Jimin pun menghentikan larinya, lalu berjongkok di hadapanku, "Kamu gak apa-apa? Ada yang luka?"

Aku pun berusaha untuk bangkit, dan Jimin pun membantuku berdiri, "Gak apa-apa. Ayo lari lagi."

"Nggak. Kalau kamu gak kuat lari lagi, kita berhenti saja. Biar aku yang menghadapi mereka." Kata Jimin sambil memegang pundakku.

"Kalau kita menyerah sampai sini saja, usaha kita lari sedari tadi, tidak ada artinya. Ayo lari lagi, aku gak apa-apa."

"Sayang, tapi---"

Aku mengelus pipi Jimin. "Aku gak apa-apa." Selaku.

"JIMIN OPPA!"

"Astaga mereka sudah dekat. Baiklah, ayo lari lagi!" Jimin menggenggam tanganku dengan sangat erat lalu kami lari lagi.

Walaupun kakiku terasa sakit, ditambah rasa sakit karena jatuh tadi, aku tetap berlari. Demi kebaikan aku dan Jimin.

Tidak lama kemudian, kami tiba di parkiran. Lalu kami segera mencari mobil putih Jimin.

Kecepatan lari kami berkurang saat mobil putih Jimin sudah ada di depan mata. Jimin dengan cepat mengambil kunci mobilnya di kantung celananya, kemudian membuka kunci mobil.

"Ayo masuk, cepat!" Kata Jimin. Aku pun menurut dan langsung masuk ke dalam mobil. Jimin pun masuk ke dalam mobilnya dan langsung menyalakan mesin dan AC mobil.

Aku dan Jimin bisa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sekarang.

Kemudian 4 orang gadis itu tiba di parkiran dan berada di sekitar belakang mobil Jimin. Mereka terlihat kebingungan. Baguslah, mereka kehilangan jejak aku dan Jimin.

Setelah 4 gadis itu pergi, aku dan Jimin pun menghela napas lega.

Jimin membuka topi dan maskernya lalu meletakkannya di dashboard. "Syukurlah kita berhasil menghindari mereka." Kata Jimin sambil mengambil satu lembar tisu yang terletak di dashboard lalu mengelap keringatnya.

Aku pun mengambil selembar tisu lalu mengelap keringatku. Seketika aku teringat ucapan gadis-gadis itu.

"GADIS DI SEBELAHNYA PASTI EUNRA! AKU SANGAT MEMBENCINYA!"

"AKU JUGA SANGAT MEMBENCINYA!"

Ya, mereka membenciku karena aku berpacaran dengan Jimin.

Aku memang pantas dibenci mereka.

"Kamu kenapa?" Suara Jimin menyadarkan lamunanku.

Aku menatapnya sambil tersenyum, "Gak apa-apa."

"Jangan pikirkan ucapan gadis-gadis itu. Biarkan saja mereka membencimu. Yang penting, aku di sini tulus mencintaimu," Ujar Jimin, seakan tahu isi pikiranku.

"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi." Lanjutnya sambil mengelus rambutku.

"Kamu belum makan, kan?" Tanya Jimin. Aku pun menggeleng.

Remember ; BTS Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang