18: Dream

5.5K 502 21
                                    

Angin sejuk dipagi hari, menemaniku yang sedang berjalan menuju halte bus.

Aku berusaha untuk membuat hari-hariku cerah kembali seperti dulu dan melupakan dia, Park Jimin.

Tapi rupanya itu sulit di lakukan.

Buktinya, otakku masih sering memikirkan dia, hatiku masih sering memanggil namanya.

Setelah beberapa menit berjalan akhirnya aku sampai di halte bus.

Saat aku sampai di halte, bus pun datang. Jadi aku masuk kedalam bus, lalu duduk di salah satu bangku kosong yang terletak dekat jendela.

Kupasang handset warna putihku lalu memutar lagu secara acak.

Terputarlah sebuah lagu favoriteku.

🎵Shawn Mendes - Imagination.🎵

Setiap mendengar lagu itu, membuatku berpikir. Kalau selama ini aku terlalu banyak berimajinasi.

Ya, berimajinasi kalau aku bisa memiliki Jimin.

Awalnya, aku pernah berpikir kalau aku bisa meraih Jimin. Dan ternyata aku sadar, itu hanyalah imaginasiku.

Just my imagination.

Aku sudah merasakan mataku memanas sekarang.

Oh Tuhan, aku tidak ingin menangis lagi karena lelaki itu.

Kuatkanlah aku.

Setelah lagu itu selesai, terputarlah lagu yang sukses membuat airmataku jatuh.

🎵Jimin - Lie.🎵

Aku tahu lagu ini bukanlah lagu yang tergolong sangat sedih.

Tapi mungkin, air mataku jatuh karena mendengar suaranya.

Aku memang lemah, mendengar suaranya saja membuatku menangis.

'Choi Eunra mengapa kau harus menjadi seseorang yang lemah seperti ini.' Batinku.

Aku pun menghapus airmataku dan melepas headsetku saat bus sudah berhenti di halte tujuanku.

Sekarang aku berjalan menuju kampus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari halte bus.

Tujuanku sekarang bukanlah ke kelas.

Ya, aku akan ke atap. Lagipula sekarang kelas masih tidak terlalu ramai dan dosen mungkin akan datang sekitar 45 menit lagi.

Jadi aku memilih ke atap, aku menyukai suasana di atap. Suasana yang tenang.

Aku duduk di tempat biasa, di dekat pagar pembatas.

Aku menatap pemandangan dihadapanku.

"Mengapa mencintaimu harus sesakit ini?" Aku bertanya pada diriku sendiri.

Ya, yang sebenarnya pertanyaan itu adalah untuk Park Jimin. Tapi aku terlalu malas menanyakan hal itu padanya.

Aku menunduk, aku rasa aku akan menangis lagi sekarang.

Aku menyerah untuk menahan airmata ini. Ini sulit untuk di tahan.

"Jika kau tidak datang di kehidupanku, mungkin semuanya tidak akan seperti ini." Ucapku pelan.

"Jika kau tidak datang di kehidupanku, mungkin.. aku tidak akan berharap lebih. Hatiku tidak akan sesakit ini."

Air mataku jatuh. Akupun segera menghapus airmataku.

Beberapa menit kemudian, aku meraih ponsel ku yang berada di saku jaketku.

Aku membaca pesan dari Jimin yang berapa hari lalu kuabaikan.

Remember ; BTS Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang