21: Disappointed

5.4K 456 33
                                    

Aku berjalan menuju mobil Jimin sambil menghapus air mataku. Aku tidak ingin Jimin tahu aku menangis.

Akhirnya aku pun tiba di parkiran mobil, dan segera masuk ke dalam mobil Jimin.

Jimin menatapku, sedangkan aku melihat lurus ke depan. Berusaha tidak menatapnya, karena jika aku menatapnya mungkin ia akan tahu aku habis menangis.

"Lama ya nunggu nya?" Tanyaku dengan kepala menunduk.

Aku bisa merasakan Jimin melihatku dengan lekat. "Nggak. Gak terlalu lama kok."

"Maaf ya kamu jadi nunggu sendirian disini." Ujarku.

"Nggak apa-apa." Ia menjawab dengan lembut.

"Tapi, bisakah kamu tatap mataku sebentar saja? Dan mengapa kamu gak menatapku seperti biasanya?"

Aku pun menatap matanya dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Kamu kenapa? Habis nangis?" Tanya Jimin lembut.

"Nggak. Aku gak nangis." Aku berusaha meyakinkannya. Dan maaf, aku terpaksa berbohong.

"Jangan bohong ya. Mata kamu merah, Sayang." Jimin menatapku dalam.

"Nggak kok. Aku nggak apa-apa. Ayo lebih baik antar aku pulang sekarang." Aku pun tersenyum tipis berusaha meyakinkannya.

"Iya iya." Di dengar dari nada suaranya sepertinya ia kesal.

Ia kesal? Apakah ia tahu kalau aku berbohong?

Ah molla...

Jimin pun melajukan mobilnya.

Selama perjalanan, hening. Sama sekali tidak ada yang berbicara. Suasana seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Apakah Jimin marah padaku?

"Oppa.." akhirnya aku bersuara.

"Hm?" Jawabnya singkat.

"Kenapa diam saja? Kamu marah?" Aku menatapnya yang sedang fokus mengemudi.

Hening. Ia tidak menjawab pertanyaanku.

"Aku nanya ke kamu. Jadi, tolong di jawab." Aku mulai merasa tidak nyaman dengan situasi ini.

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?" Jawabnya dengan mata yang masih fokus mengemudi, melihat lurus ke depan.

"Ya karena aku ingin tahu, apakah kamu marah padaku atau tidak." Balasku.

Hening. Ia masih belum menjawab pertanyaanku.

"Kalau begitu jawab pertanyaanku tadi. Apakah kamu menangis? Karena apa kamu menangis?"

"Aku kan sudah bilang, aku tidak menangis!" Balasku.

"Aku tahu kamu bohong. Terlihat jelas kalau kamu tadi menangis. Aku ini pacarmu, apa salahnya kalau aku ingin mengetahui alasan kenapa kamu menangis? Selama ini kamu menganggapku apa sebenarnya? Kamu tidak mencintaiku?"

"Park Jimin!"

"APA?!" Jimin membentakku. Untuk pertama kalinya ia seperti ini.

Aku pun terkejut mendengar bentakannya.

Lalu Jimin tiba-tiba memberhentikan mobilnya di dekat trotoar.

"Kamu kenapa, sih?" Air mataku sudah berkumpul di pelupuk mataku.

"Eunra-ya. M-maaf. Aku-" Aku memotong ucapannya, dan Jimin terlihat merasa bersalah.

"Hanya karena masalah sekecil itu, kamu sampai membentakku dan mendiamiku seperti ini. Iya baiklah, aku memang nangis tadi. Lalu kenapa?" Air mataku jatuh.

Remember ; BTS Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang