40: Drunk

3.6K 280 40
                                    

Ia membuang muka dan membelakangiku. Aku menatapnya dari belakang. Bahunya bergetar. Ia benar-benar menangis.

Melihatnya menangis karenaku seperti itu, membuat hatiku sakit.

Dan tanpa disadari, air mataku pun jatuh mengalir di pipiku.

Aku menghapus air mataku lalu memegang pundak Jungkook. "Oppa..." lirihku. Jungkook pun membalikkan badannya dan menatapku.

"Mianhae, jeongmal mianhae."

"Seharusnya dari awal aku sadar, kalau hatimu memang hanya untuk Jimin. Bukan untukku,"

"Seharusnya dari awal aku juga sadar, bahwa sekeras apapun aku mencoba untuk memilikimu, aku tidak akan pernah bisa." Air mata Jungkook jatuh.

Jungkook berdiri, aku pun refleks ikut berdiri.

"Terima kasih atas jawabannya. Aku pergi dulu." Ujar Jungkook sambil tersenyum. Aku tahu, itu sebuah senyuman palsu.

Jungkook pun berbalik dan berjalan menjauh. Aku pun mencoba untuk mengejarnya. Dan akhirnya aku berhasil meraih tangannya, Jungkook pun menghentikan langkahnya. "Jungkook oppa, maafkan aku. Jangan membenciku, aku mohon."

Jungkook menoleh ke arahku, "Kau tidak perlu meminta maaf. Tidak ada yang perlu dimaafkan di sini. Aku tahu, cinta itu tidak bisa dipaksa," ujarnya.

"Dan aku tidak membencimu. Tapi sekarang biarkan aku pergi. Aku ingin sendiri." Lanjutnya.

Jungkook melepas tanganku dengan pelan lalu kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini, aku tidak mengejarnya lagi.

Air mataku pun jatuh lagi. Aku menangis karena merasa bersalah, dan merasa sudah menyakiti hati Jungkook.

Tapi, mau bagaimana lagi? Cinta itu tidak bisa dipaksakan.

Jeon Jungkook,
Jeongmal mianhae.

***

Aku kembali duduk di dekat pagar pembatas. Aku menutup wajahku menggunakan kedua tanganku untuk menutupi air mataku.

Aku benar-benar merasa bersalah. Aku sudah menyakiti hati Jungkook.

Aku jahat.

Tiba-tiba seseorang memegang pundakku, "Hei, kau kenapa?"

Aku menurunkan kedua tanganku dari wajahku, lalu menoleh ke arah sumber suara.

"Jimin?"

Jimin berlutut di hadapanku lalu menghapus air mataku, "Kenapa menangis, hm?"

Aku hanya diam sambil menatap matanya. Dan entah kenapa, tangisanku malah menjadi-jadi. Aku pun berdiri dan hendak pergi namun Jimin menarik tanganku lalu menangkup pipiku dan menatap mataku begitu dalam, "Hei, ada apa sebenarnya? Kenapa kau menangis?"

Aku hanya diam. Ingin berbicara namun rasanya tidak bisa.

Tiba-tiba Jimin menarikku ke dalam pelukannya, "Tidak apa-apa jika kau tidak ingin bercerita sekarang. Menangislah sepuasnya, gwaenchana." Jimin mengelus punggungku.

Pelukannya begitu hangat. Perlahan aku pun mulai membalas pelukannya dan menangis di dadanya.

***

"Kenapa kau menangis?" Tanya Jimin. Kini aku dan Jimin duduk di dekat pagar pembatas. Tangisanku sudah berhenti sejak beberapa menit lalu.

"Aku sudah menyakiti Jungkook." Jawabku tanpa menatap Jimin. Lalu kurasakan Jimin menoleh ke arahku, "Maksudmu?" Tanya Jimin.

"Aku sudah menolaknya untuk yang kedua kalinya." Jawabku.

"Kenapa kau menolaknya?"

Aku menoleh ke arah Jimin lalu tersenyum kecut, "Karena aku tidak mencintainya." Ucapku lalu kembali menatap lurus ke depan. Lalu hening. Aku diam, Jimin pun diam.

Remember ; BTS Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang