Epilogue

4.6K 259 39
                                    

2 tahun kemudian.

Eunra POV

2 tahun sudah berlalu. Sudah 2 tahun aku menjalani kehidupan di Amerika.

Walaupun sempat terpuruk karena kepergian Eomma, aku tetap berusaha untuk bertahan dan terus melanjutkan hidup. Karena masa depanku masih panjang. Aku harus bisa membuat Eomma bangga. Aku harus lulus kuliah dan bisa menjadi dokter yang sukses. Ya, aku memang mengambil jurusan kedokteran.

Fyi, Eommaku pergi untuk selamanya sekitar 3 bulan yang lalu. Aku sangat terpukul saat mengetahui fakta bahwa Eomma sudah pergi.

Namun, aku ikhlas. Semasa hidupnya, Eomma sudah sangat berjuang melawan penyakitnya, Kanker. Jadi, aku ikhlas jika Eomma sudah dipanggil Tuhan. Aku ikhlas. Setidaknya, di sana, Eomma tidak akan merasakan sakit lagi, Eomma bisa berbahagia di sana.

Bodohnya, aku baru mengetahui tentang penyakitnya saat aku tiba di Amerika.

Eomma, kenapa Eomma tidak pernah memberitahuku tentang penyakitmu?

Eomma, aku berjanji akan menjadi orang yang sukses dan membuat Eomma bangga.

Dan tentang Jimin, aku sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengannya.

Aku ganti akun kakaotalk dan nomor telfon.

Awalnya, kami masih sering berkomunikasi. Tapi setelah aku berpikir, akan lebih baik jika aku dan Jimin tidak perlu berkomunikasi lagi. Ada beberapa alasan kenapa aku tidak ingin berkomunikasi dengan Jimin lagi.

Pertama, Jimin perlu untuk melupakan aku dan mencari seseorang yang lebih baik dari aku.

Kedua, aku tidak ingin Jimin mengharapkan aku lagi. Maksudku, aku tidak yakin kalau hubungan kami bisa kembali bersama lagi.

Ketiga, hatiku selalu yakin kalau aku dan Jimin tidak akan mungkin bertemu lagi. Karena selama beberapa tahun ini, kami benar-benar jauh. Bahkan aku tak yakin, apakah sekarang ini Jimin masih menganggap aku ada atau tidak.

Itulah 3 alasan kenapa aku tidak ingin berkomunikasi lagi dengan Jimin.

Jika ditanya, 'apakah kau masih mencintai Jimin?', 'apakah kau masih mengharapkan Jimin?', 'apakah kau ingin bertemu dengan Jimin?'. Jawabannya sederhana, ya, aku masih mencintainya, mengharapkan, dan ingin bertemu dengannya.

Namun, aku tahu diri. Jimin tidak ditakdirkan untukku. Jadi, aku harus benar-benar rela melepaskannya. Dan aku tak perlu lagi mengharapkannya, dan... Aku tak seharusnya berharap bisa bertemu dengannya lagi. Karena itu sesuatu yang tidak mungkin lagi sekarang.

Sesulit apapun itu, aku harus melepaskannya.

Ya, melepaskannya.

Baiklah, sekarang aku tidak ingin membahas itu lagi.

Aku melirik jam di pergelangan tangan kiriku. Pukul setengah 9 malam. Aku masuk ke dalam minimarket untuk membeli beberapa makanan ringan. Setelah selesai, aku pun keluar dari minimarket lalu hendak berjalan beberapa blok menuju rumahku sambil menundukkan kepalaku.

Saat sudah 5 kali melangkah, seseorang dari arah berlawanan menabrak bahuku. Untung saja belanjaanku tidak berjatuhan.

"Ah... I'm sorry. I'm sorry." ucap seseorang itu dengan aksen bahasa inggris yang menurutku... Sedikit lucu.

"Are you okay?" tanya orang itu. Dan untuk kali ini, jantungku berdetak lebih cepat saat mendengar suaranya.

"Are you okay?" orang itu mengulangi pertanyaannya.

Remember ; BTS Jimin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang