51. Too Late [1]

1.1K 108 0
                                    

Keesokan harinya, Chanyeol mengajak Hana pergi. Ketika Hana tanya mau kemana Chanyeol hanya bilang kalau mereka mau bertemu seseorang, namun nyatanya Chanyeol membawanya pergi ke airport.

"Kok kita kesini bang? Kan berangkatnya masih dua minggu lagi,"kata Hana namun Chanyeol tak menjawab. Memang, Hana dan Chanyeol sudah ditetapkan keberangkatannya oleh orangtua Chanyeol dan maminya Hana. Mereka akan berangkat dua minggu lagi. Hm, sepertinya kalau Chanyeol dan Hana tak kunjung jadian, mereka akan segera dijodohkan.

Hingga di bandara, hati Hana mulai terasa sakit lagi saat dia melihat sosok yang berjalan ke hadapannya. Ya, itu adalah abangnya yang selama ini dia nantikan kedatangannya tapi tak kunjung datang, bahkan di saat kepergian papinya. Minho datang berlari lalu memeluk Hana, namun Hana tidak membalasnya. Dia bahkan melepas pelukannya dan langsung menarik tangan Chanyeol, "pulang sekarang"

Selama di perjalanan tidak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara. Semuanya hening dan suasanany ajuga terasa canggung. Chanyeol yang biasanya selalu mencarikan suasana pun terlihat sungkan untuk mengeluarkan suara. Baik dia maupun minho sendiri, tidak menyangka kalau reaksi Hana akan seperti itu.

Begitu di rumah, Minho berusaha terus untuk berbicara dengan Hana. "Han kamu gak kangen gitu sama abang?"katanya menarik tangan Hana.

Hana menepis tangannya dan tidak menggubris pertanyaan abangnya.

"Han, kamu gak kangen sama abang?"

"Kemana aja abang selama ini? Kemana abang pas papi pergi?"

"Han abang sebenarnya mau balik kok tapi"

"Tapi apalagi bang? Apalagi alasan abang?"

Minho menundukkan kepalanya.

"Hana udah gak peduli lagi"

Hana lalu masuk kembali ke kamarnya. Bukannya dia tidak merindukan abangnya itu. Hana sangat merindukannya malah. Tapi dia kesal, kenapa abangnya baru balik setelah sekian lama ini. Kenapa abangnya bahkan tidak hadir di saat pemakaman ayahnya.

Tok ... tok ... tok

Terdengar pintu kamar Hana diketuk dari luar. Hana pun beranjak untuk membukanya. Ternyata yang mengetuk pintunya adalah abangnya, Lee Min Ho.

"Han tolong dengerin dulu penjelasan abang,"katanya dan Hana pun memandangnya dengan malas.

"Abang minta maaf, abang ninggalin kamu sendirian disini. Bukannya abang gak mau pulang Han, tapi abang beneran belum bisa pulang dan waktu papi meninggal itu karena abang ngerasa bersalah sama papi, abang belum sempat minta maaf sama papi,"tutur Min Ho.

Hana berdecih,"kalo abang ngerasa bersalah harusnya abang pulang"

"Abang gak sanggup lagi waktu itu Han, abang bener – bener kalut. Plis ngerti Han"

Hana hanya menggelengkan kepalanya, kemudian kembali menutup pintu kamar. Dia masih belum bisa mempercayai perkataan abangnya barusan. Haruskah dia memaafkan abangnya setelah mendengar pengakuan tadi. Haruskah dia memercayainya?

Hati Hana masih sakit. Semudah itu Min Ho menjelaskan padanya dan hal itu tidak sebanding dengan apa yang Hana rasakan selama ini. Rasa sakit karena selalu sendirian. Sendiri itu gak enak bro. Haruskah Hana berusaha untuk mengerti abangnya padahal tak seorang pun didunia ini bisa mengerti tentang dirinya. Luka itu kembali terbuka sedikit. Hana ingin sekali menangis, tapi dia berusaha untuk menahannya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk kembali berbahagia. Tak ada lagi luka dan tak ada lagi rasa sakit.

Keesokan harinya, Hana hanya melihat Chanyeol yang sedang membereskan meja makan. Tidak ada Minho disana jadi Hana memutuskan untuk menyamperi Chanyeol.

"Good morninggg,"sapa Hana dengan senyumannya dari belakang tubuh Chanyeol.

"Lho tumben bangunnya pagi,"kata Chanyeol,"kamu gak tidur lagi ya?"

"TIdur kok, tapi kemarin rada cepet tidurnya makanya bisa bangun pagi,"kata Hana lagi sambil tersenyum lebar.

Chanyeol berbalik badan lalu tiba – tiba merangkul Hana. *anjirlah author yg nyesek ini woy*

"Akhirnya udah bisa tidur lagi ya dek,"kata Chanyeol sambil mencubit pipi hidung Hana. Hana tersenyum kembali hingga akhirnya dia terkejut karena Chanyeol tiba – tiba memeluknya.

"You always know the things that I need bro,"kata Hana.

Chanyeol melepas pelukannya dan mengajak Hana untuk duduk sebentar.

"Han, ada yang mau aku bilangin ke kamu"

"Apaan?"

"Berdamai sama Minho ya,"bujuk Chanyeol. Hana terdiam.

"Kamu harus percaya sama apa yang dibilang Min Ho ke kamu, dia gak pulang bukan berarti dia gak sayang sama kamu. Dia bener – bener sayang sama kamu Han, kamu gak tau aja kalau sebenarnya Min Ho itu selalu merhatiin kamu lewat orang – orang di sekitar kamu,"tutur Chanyeol yang sukses membuat Hana membulatkan mulutnya.

"Kalau kamu pikir Min Ho gak peduli sama kamu, kamu salah besar Han. Walaupun jauh, dia selalu berusaha buat jagain kamu dan bikin kamu tetap aman,"lanjut Chanyeol lagi.

"Lo –-- lo serius bang?"tanya Hana yang masih tak percaya.

Chanyeol mengangguk tanpa ragu. "Berdamai lah Han, saudara kamu satu – satunya itu Cuma Min Ho. Kalian itu saling membutuhkan lho"

Akhirnya Hana pun memutuskan untuk berdamai saja dengan Min Ho. Dia menyadari kata - kata yang dibilang Chanyeol. Mereka itu bersaudara dan saling membutuhkan.

"Bang, Hana minta maaf ya kemaren Hana sempet marah dan cuek sama abang. Sekarang Hana sadar kalo abang satu – satunya saudara yang Hana punya. Maafin Hana ya bang,"ucap Hana begitu dia melihat Min Ho keluar dari kamarnya.

Min Ho tersenyum kemudian memeluk adik perempuan satu – satunya itu,"maafin abang juga ya Han, abang udah ninggalin kamu sendirian disini"

Mereka pun berdamai dank arena Min Ho hanya akan tinggal disini selama seminggu mereka pun selalu menghabiskan waktu bertiga untuk jalan – jalan setiap hari. Hingga hari sehari sebelum Min Ho harus kembali ke Singapore, Chanyeol dan Hana mempersiapkan barang – barang mereka yang akan dibawa Min Ho. Ya, berhubung mereka berdua juga bakalan berangkat kesana, jadi barang – barangnya dicicil. Ada yang dibawa Min Ho, ada yang dikirim biar nanti pas berangkat gak repot.


Amnesia -dks [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang