"Eunha."
"Iya, Ming?" ucap Eunha sambil mengunyah makanannya. Eunha dan Mingyu sedang makan siang bersama di salah satu kafe yang ada di dekat kantor. Kabarnya sih, yang biasa makan di sini cuma kalangan atas karena harganya mahal cuma untuk sekedar makan siang. Karyawan-karyawan lain mending milih makan siang di warteg atau tempat yang lain dibanding gajinya cepet abis gara-gara makan di sini.
Mingyu mengeluarkan sesuatu dari dalam jasnya, kemudian menaruh di atas meja. "Ini undangan pernikahan."
Mata wanita itu langsung membulat. "Lo mau nikah? Kapan?" Eunha histeris, tentu saja senang. Dengan cepat, dia membuka plastik undangan dan melihat nama siapa yang tertera di sana.
"Lho? Kok gak ada nama lo, Ming? Salah cetak apa gimana?" Eunha bingung.
"Bukan gue yang nikah, tapi temen SMA kita."
"Anjir siapa dah? Kok gue lupa gini ya." Eunha kembali melihat dua nama yang tertera di dalam undangan, namun dua-duanya tidak ia kenal.
"Masa lo lupa? Itu kan si Ingus 11 B dulu."
"Dokyeom?"
"Iya."
"Ya Allah si mancung ingusan itu nikah juga ternyata. Ampun dah beda gini mukanya di foto undangan." Eunha ketawa sambil mengamati foto pre-wedding Dokyeom dan calon istri. "Istrinya juga cantik. Beruntung banget dia."
Pas naik kelas 12, Dokyeom pindah sekolah ke Bandung dan semua sosial medianya gak aktif lagi makanya Eunha sama temen-temen yang lain gak pernah kontak sama dia lagi.
"Iya." Mingyu mengiyakan ucapan Eunha. "Kenapa ya temen-temen kita yang dulu diramal punya masa depan suram ternyata malah beruntung?"
Eunha mengedikkan bahu. "Ntahlah." Wanita itu tiba-tiba cemberut. "Gue baru sadar Dokyeom kenapa cuma ngundang lo doang? Kenapa gue gak dikasih undangan juga? Jahat banget sih si mancung ingusan itu."
"Dokyeom undang lo juga, kok."
"Mana?" Eunha tak mendapat undangan atau seenggaknya basa-basi kek gitu mau undang.
"Pinjem deh undangannya."
Eunha menyerahkan undangan pernikahan berwarna hijau tosca itu ke arah Mingyu. Mingyu menutup undangan itu lalu menunjukkan sesuatu agar Eunha melihatnya.
"Dokyeom tahunya kita masih punya hubungan, makanya dia nulis nama kita berdua di sini." Mingyu menunjuk sebuah tempat di mana tertulis nama Mingyu dan Eunha.
"Oh, gitu. Kudet banget si dia yaampun," dumel wanita berambut sebahu itu. "Lagian gue juga mau ngundang dia tapi dianya aja gak tahu hidup di mana. Sosmed gak ada, apa gak ada. Dia berasa hidup di jaman purba."
Mingyu terkekeh pelan mendengar ocehan Eunha. "Jangan lupa undang Yerin dan suaminya." Ada jeda dalam ucapan Mingyu sampai akhirnya lelaki itu kembali memanggil nama Eunha.
"Apalagi, Mingyu?"
"Boleh gak gue minta satu permintaan sama lo." Saat Eunha mengernyitkan dahi, Mingyu buru-buru melanjutkan ucapannya, "Ya ... ya terserah sih lo mau gimana nanggepinnya tapi ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfiction(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!