20 - Bahagia?

8.6K 914 135
                                    

"Nanti kamu pakai ini, ya." Mingyu memberikan kantong belanjaan yang Eunha tak tahu berisi apa saat Eunha bersiap-siap pulang ke rumah.

"Apa ini, Pak?"

"Pakaian buat pergi ke pesta Dokyeom."

"Apa ini gak berlebihan?" Eunha melihat perubahan pada raut wajah Mingyu yang berubah tak enak. "M-maksud saya, kita kan cuma mau pergi kondangan biasa, Pak. Bukan mau ketemu presiden."

Eunha menaruh kantong itu di atas mejanya kemudian membuka kantong belanjaan dan mendapati satu kotak berisi sepatu, pakaian, dan tetekbengek lainnya. "Saya gak pantas dapat ini, Pak."

"Kamu pantas." Mingyu menyela. "Kamu pantas memakai itu karena Dokyeom tahu kita masih punya hubungan. Maka dari itu, saya mau kamu tampil serasi dengan saya malam ini."

Bibir Eunha terbuka, terkejut mendengar penjelasan Mingyu yang terkesan blak-blakan. "Bapak gak lupa kan kalau saat ini hubungan kita hanya sebatas ...."

"Bos dan sekertaris?" Mingyu tertawa hambar. "Tentu saja saya ingat." Lelaki itu tertawa, namun matanya tidak. "Saya tidak lupa akan hal itu."

"Baguslah kalau Bapak ingat." Eunha mengangguk. Kalau sampai Mingyu bawa perasaan pada Eunha, kan repot urusannya. Jungkook aja belum tahu apa-apa ini lagi si Mingyu nambah masalah rumah tangga. "Ehm, omong-omong, saya permisi. Suami saya udah nunggu di bawah." Setelah menyunggingkan senyum, Eunha berbalik arah dan meninggalkan Mingyu seorang diri di ruangan.

"Eunha."

Panggilan Mingyu membuat Eunha yang sudah di ambang pintu, menoleh. "Ada apa lagi, Pak?"

"Jam tujuh nanti kita udah jalan. Nanti saya jemput kamu." Mingyu menaruh kedua tangan di saku celana, kemudian mengedipkan sebelah mata.

'Astaga, cobaan hidup emang berat,' Eunha menghela napas, menggeleng kemudian buru-buru menjauhi tempat itu karena tak ingin Jungkook semakin menunggu.

"Lo tumben lama, ada kerjaan tambahan?" tanya Jungkook sambil melirik jam tangannya. "Kita beli makan dibungkus aja, ya. Soalnya gue ngejar waktu nih buat ke sana. Belum kalau macet."

Eunha yang tidak ingin berkata sesuatu dan menyebabkan perdebatan, memilih mengangguk dan menuruti kemauan Jungkook.

"Emang mulai konser jam berapa?" tanya Eunha sambil merapikan poni yang agak berantakan sambil berkaca di kaca yang ada di samping mobil.

"Jam delapan. Tapi kayanya di sana udah ramai sekarang. Tadi gue lihat update-an salah satu temen grup gue yang ikut nonton konser juga. Dan dia udah sampai di sana."

"Kenapa gak langsung ke sana aja?" Perkataan Eunha membuat Jungkook menoleh dengan tatapan bingung. Jungkook takut Eunha salah paham dan menganggap jika menjemputnya adalah suatu beban. "Maksudnya, lo kan pulang kerja jam tiga, kenapa gak langsung ke sana?"

"Terus lo gimana?"

"Gue udah gede kali, Kuki. Gue bisa naik kendaraan lain buat pulang ke rumah."

"Tunggu-tunggu." Jungkook tersenyum miris. "Gue gak tahu lo ngomong kaya gini itu tulus dari hati atau lagi marah? Sumpah, Bee, gue gak bisa bedain mana perempuan yang ngomong dengan kalimat beneran atau cuma kiasan."

"Gue beneran, Kuki. Gue gak ngambek." Eunha melipat kedua tangan ke dada. "Kenapa sih lo gak bisa lihat niat baik gue? Apa karena gue selalu marah-marah ke lo?"

"Itu salah satu faktornya, Bee."

Eunha memutar bola matanya. "Lebih baik kita pulang sekarang aja. Gak usah beli makan biar nanti gue bikin makan sendiri. Dan ... mending lo ke sana naik motor aja deh. Kalau mobil takut macet."

Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang