Karena mereka takut merasa diberi harapan palsu doang karena hanya mengandalkan testpack, Jungkook langsung mengajak Eunha ke dokter kandungan yang merupakan teman Kakaknya, Jessi. Dan ternyata benar, pas diperiksa di dalam perut Eunha ada janinnya.
Jungkook senang banget, tentulah, akhirnya benih-benih yang selama ini masuk ke dalam sel telur Eunha, bisa membuahkan hasil.
Baru keluar dari rumah sakit, baik Eunha dan Jungkook langsung mengabarkan orang terdekat mereka masing-masing. Eunha juga langsung spam di grup chat dengan hebohnya. Mungkin ada yang menyangka dia alay, tapi ... mereka gak pernah ngerasain gimana rasanya jadi seorang perempuan labil yang sebentar lagi bisa dipanggil Mama. Eunha bersyukur banget bisa diberi kepercayaan sama Allah setelah lebih dari setengah tahun mereka menjalani suka duka sama-sama.
Eunha merangkul pinggang Jungkook, sementara Jungkook mengelus-elus rambut sebahu istrinya. Tinggi Eunha cuma seketek Jungkook, dia agak minder sih. Gara-gara sendal tingginya kemarin putus dan belum sempat beli baru, jadinya cuma pakai flatshoes.
"Mulai sekarang jangan terlalu capek ya, Sayang? Sekarang lo gak sendirian, tapi udah berdua," ucap Jungkook, memberi nasihat pada seseorang yang berjalan di sampingnya. "Jaga kesehatan, gue gak mau kalian kenapa-napa."
Eunha mengangguk. "Iya, Kuki."
Jungkook mengecup rambut Eunha sekilas sebelum akhirnya menjauhkan tubuh mereka. Jungkook mengambil helm pink milik Eunha yang dia taruh di motor, kemudian memakaikannya pada Eunha. Eunha memegang bahu Jungkook saat dia menaiki motor, abis itu, dia melingkarkan kedua tangan di perut Jungkook.
"Udah?" tanya Jungkook, memastikan Eunha udah duduk dengan nyaman di belakang.
"Udah, Bee."
Jungkook mengendarai motornya menjauh dari tempat itu. Bergabung dengan kendaraan lain di jalan besar Ibukota yang tak pernah jauh dari kemacetan, apalagi hari libur seperti ini.
"Kuki, kok kita berhenti di supermarket?" Eunha bingung saat Jungkook menghentikan motornya di parkiran supermarket. Meski bingung, Eunha akhirnya turun dan menghampiri Jungkook. Dia mendongakkan sedikit wajah agar Jungkook bisa dengan mudah membantu Eunha melepaskan helm.
Eunha kembali bertanya hal yang sama ketika Jungkook turun dari motornya dan membenarkan sedikit rambut yang berantakan. Namun, Jungkook tak berkata apa-apa selain menggandeng tangan istrinya seolah menyuruh Eunha untuk ikut kemanapun Jungkook melangkah.
Satu alis Eunha terangkat saat Jungkook menghentikan langkah di bagian susu untuk ibu hamil. Satu tangan lelaki itu masih menggenggam Eunha, sebelahnya lagi dia taruh di saku celana. "Bee mau yang mana?" tanya Jungkook, melihat-lihat aneka ragam jenis dan rasa susu untuk wanita hamil.
"Harus banget gue minum susu?" Bukannya apa, cuma Eunha gak suka susu kecuali susu kacang. Jungkook juga udah tahu.
"Soalnya gak ada yang jual susu kacang di dekat rumah kita setiap pagi, Bee. Jadi lo minum susu ini dulu." Jungkook berusaha memberi penjelasan. "Nanti setiap gue libur baru gue beliin susu kacang yang ada di dekat pasar, ya?"
Eunha menunduk, tak lama kemudian mengangguk meski pun agak gak rela.
"Kayanya kita ambil susu yang putih aja deh, Bee. Lebih bagus buat lo." Melihat Eunha enggan memilih, akhirnya Jungkook berinisiatif ngambil satu kotak kardus susu bubuk berukuran besar yang ada di dekat dia. "Nih lihat fotonya, nanti lo kaya gini, lho."
Jungkook nunjukin ke Eunha foto ibu hamil yang lagi senyum sambil ngelus perut buncitnya. "Nanti kalau perut lo udah buncit gue fotoin kaya gini juga." Eunha yang mendengar itu, melirik ke arah Jungkook sambil tersenyum malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfiction(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!