"Gimana murid-murid lo hari ini? Ada yang bandel lagi gak?" tanya Eunha sembari mengelus-elus rambut Jungkook yang menaruh kepalanya di paha Eunha.
Selesai makan, keduanya langsung baikan begitu saja meski Eunha belum minta maaf.
"Ada, si Aceng," ucap Jungkook. "Masa gue kasih tugas suruh bikin pengalaman selama liburan ke bahasa korea, dia nulisnya singkat banget. Tahu gak apa yang dia tulis?"
Eunha menggeleng. "Kan lo belum kasih tahu."
"Makanya gue nanya. Tahu gak lo?"
"Kagak. Emang apaan?"
"Saranghae, gitu."
Sontak, Eunha terbahak mendengar Jungkook yang menceritakannya dengan polos.
"Aceng itu udah pernah main ke sini belum sih?"
"Belum. Dia lebih suka tawuran dibanding main Dota bareng temen-temennya."
"Kok lo bisa tahu?"
"Kalau abis tawuran, dia suka cerita ke gue."
"Kenapa lo berasa Bapaknya banget si? Lagian lo murid sendiri bukannya bilangin biar gak ngulangin lagi, malah diiyain aja."
Jungkook nyengir. "Gue gak bisa ngelarang dia. Soalnya gue dulu juga sama bandelnya kaya dia," ucap lelaki itu. "Bahkan lebih parah."
"Emang lo bandel." Eunha menyentil kening Jungkook.
"Gue itu guru, harusnya bisa jadi panutan buat murid-murid gue. Tapi masa lalu gue terlalu brengsek buat dijadiin contoh ke mereka."
Eunha menyelipkan jemarinya di antara helaian rambut Jungkook yang terasa lembut. "Masa lalu lo yang brengsek itu juga bisa dijadiin pelajaran buat mereka agar mereka gak ngulangin apa yang guru mereka lakukan." Perempuan itu tersenyum, "agar mereka tahu kalau ngelakuin hal semacam tawuran itu cuma bisa ngerugiin diri mereka, dan sama sekali gak ada hal positif yang bisa mereka ambil dari tindakan mereka."
"Dulu gue ikut tawuran ya karena gak rela liat temen gue sendiri kena salah bacok sama anak sekolah lain." Jungkook mengubah posisinya menjadi duduk di samping Eunha. "Sakit rasanya ngeliat temen yang udah kaya keluarga terbaring koma dan gue gak bisa ngelakuin apa-apa untuk nyelametin temen gue sendiri." Mata lelaki itu agak berkaca, "gue dan temen-temen akhirnya sepakat buat balas dendam dan nantang mereka."
"Balas dendam gak akan menyelesaikan masalah lo."
"Emang enggak, Bee. Tapi seenggaknya cuma itu yang bisa gue lakuin untuk membalas perbuatan mereka."
"Terus kondisi temen lo gimana?" Eunha mengelus punggung suaminya agar ia tidak emosi seperti ini.
"Dia mati," ucap Jungkook lirih. "Mati sebelum kita sempet ngerayain rasanya lulus bareng-bareng. Padahal kita udah janji mau naik gunung Mahameru sama-sama."
Eunha memeluk Jungkook ketika melihat setetes air mata mengalir ke pipinya.
"Temen lo pasti gak suka liat temennya nangis karena dia," Eunha berbisik lirih. "Gue yakin dia udah bahagia di alam yang lain karena dia adalah korban dari masalah ini." Eunha mengecup pipi suaminya singkat.
"Dia dimakamkan di mana?"
"Di Bandung," jawab Jungkook. "Terakhir kali gue sama temen-temen ke sana sebelum masuk kuliah dan belum sibuk sama urusan masing-masing kaya sekarang."
"Kapan-kapan kalau libur, kita ke sana. Ajak aja temen-temen lo. Pasti dia seneng banget deh kalau kita dateng. Karena itu tandanya, kita masih peduli sama dia meskipun kita udah hidup di alam yang berbeda."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fiksi Penggemar(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!