"Shit!" Jungkook melempar stik PS begitu saja ke atas karpet bulu, kemudian mengusap wajahnya kasar sembari mengerang frustasi.
Lelaki itu bosan. Biasanya jam segini adalah tugasnya untuk menjemput Eunha di kantornya. Namun sepulang dia mengajar, Jungkook udah kaya orang gabut di rumah. Main PS juga gak bisa menghibur dia kaya biasanya.
Dia butuh Eunha.
Jungkook kembali mengecek ponsel, menghela napas ketika pesannya beberapa jam lalu belum kunjung dibaca dan dibalas oleh Eunha. Padahal baru ditinggal satu hari, tapi Jungkook udah uring-uringan kaya anak ayam kehilangan induknya.
Laki-laki berambut hitam itu ingin sekali menghubungi Eunha, diurungkan niatnya karena sebelum pergi Eunha sempat berkata agar tidak menghubunginya kecuali saat Eunha menghubungi Jungkook duluan. Jungkook takut menganggu pekerjaan Eunha di sana.
"Bee, apa perlu sekarang juga gue nyusul lu ke sana pakai jet pribadi gue?" ucap Jungkook, berimajinasi. "Sayang aja, gue bukan cowok-cowok novel yang bebas terbang ke sana ke mari pake jet sendiri. Jual ginjal aja pasti gak bakal cukup buat beli jet." Dia mulai gila gara-gara ditinggal istri. Lelaki itu mengacak rambutnya, memutuskan untuk pergi mandi dan numpang makan di rumah mamanya dibanding galau di rumah.
***
"Eunha pergi ke luar kota?" tanya Kak Jessi ketika Jungkook tiba-tiba datang ke rumah dan bilang mau nginep di sana.
"Iya. Daripada di rumah sendirian mending ke sini, deh." Jungkook memainkan jemari ponakannya yang tengah menatap Jungkook dengan mata bulat nan jernihnya. "Kenji mau Om gendong? Kuy." Jungkook memberikan senyum terbaiknya ketika Kenji dipindahtangankan dari gendongan sang mama ke gendongan sang paman namun tidak menangis sama sekali. "Kenji, Om kangen Tante Eunha. Kalau inget pipi gembul kamu jadi inget dia," ucap Jungkook sambil noel-noel pipi Kenji.
Kak Jessi hanya bisa memutar bola matanya ketika Jungkook malah curhat sama anaknya yang masih bayi.
"Kenji, sekarang jam tujuh malam. Biasanya Tante Eunha suka nonton hamtaro jam segini. Ayo kita nyetel televisi. Nanti kamu jangan lupa hafalin lagunya, ya." Jungkook bangkit sambil menggendong Kenji. "Kak, aku bawa anaknya ke kamar, ya? Mau nonton dulu."
Kak Jessi hanya mengangguk. "Kalau gitu Kakak mau siapin makan malam sambil nunggu Mama, Papa, sama Mas Daniel pulang."
"Nanti kalau mereka udah dateng terus makannya udah siap, panggil Jungkook." Setelahnya, lelaki itu membawa Kenji ke lantai dua sambil terus bicara. "Hamtaro itu kalau setiap Senin sampai Jumat mulainya malam, kalau libur adanya dua kali, pagi sama malam. Nanti kamu jangan lupa nonton tiap hari, oke?"
"Nya," oceh Baby Kenji yang ada digendongan Jungkook, seolah mengerti apa yang pamannya bicarakan.
"Bagus. Tos dulu coba sama Om." Jungkook mendekatkan telapak tangannya ke arah bayi kecil yang tengah mengecap-ngecap mpengnya, kemudian lelaki itu mendekatkan telapak tangan Kenji dan menempelkannya seperti orang tos-an. "Anak pinter."
Keduanya asyik menonton televisi, sebenernya cuma Jungkook yang asyik, sementara Kenji sibuk sama mpengnya. Sebelah tangannya dia gunakan untuk menggendong Kenji, yang satu lagi memegang ponsel, sesekali ngecek ponsel berharap Eunha membalas pesannya.
Tiba-tiba aja, bayi yang ada di gendongannya nangis, membuat Jungkook menoleh ke arah Kenji dan mendapati mpeng telah terlepas dari mulutnya. "Ya ampun cup-cup jangan nangis. Nih, Om pasangin lagi mpengnya." Udah dipasangin, namun Kenji malah menangis lebih keras sehingga mpengnya kembali lepas.
Jungkook mulai kebingungan. Mana si Kenji nangisnya kenceng udah kaya abis diputusin doi terus kepleset kulit pisang. Sedih amat kayanya. "Sst, gak boleh nangis itu kamu diliatin cicak tuh di dinding." Jungkook nunjuk cicak di deket lemari, tapi sama sekali gak ngaruh buat Kenji. "Cicaknya bilang sama Om kalau kamu berisik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfic(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!