Ketika Jungkook baru saja keluar dari kamar mandi, ia sudah melihat Eunha duduk di meja rias dan sibuk dengan alat-alat make up nya.
Lelaki itu menggeleng, kemudian berjalan dan berdiri di belakang Eunha.
Eunha yang melihat pantulan tubuh Jungkook di cermin, tersenyum. "Pagi, Kuki."
"Girang amat."
"Iya dong." Eunha memakai lipstik berwarna merah muda, kemudian menempelkan bibir bawah dan atasnya agar warnanya sama rata. "Pakaian lo udah gue siapin di atas kasur."
Jungkook mulai memakai pakaiannya dan merapikan penampilan di depan cermin.
Saat hari Jumat lalu, Eunha tiba-tiba berlari dan langsung memeluk Jungkook sampai lelaki itu terjungkal kebelakang dan harus mengalami kekalahan bertarung karena tubuh Eunha menghalangi tangan dan wajahnya untuk bermain game. Kalau bukan istri, udah Jungkook lempar stik ps kali tuh palanya.
Eunha menciumi pipi Jungkook berulang-ulang udah kaya gak ketemu berabad-abad. Pas Jungkook tanya apa Eunha kesurupan, gadis itu ngegelepak lengannya dengan bibir manyun.
Setelah kegilaannya mereda, pelan-pelan, Eunha menjelaskan apa yang terjadi pada suaminya. Ternyata ... wanita itu sudah diterima kerja di sana setelah beberapa hari lalu interview.
"Sini gue pakain dasinya." Eunha mengalungkan dasi setelah menaikkan kerah kemeja Jungkook, kemudian menepuk dadanya pelan dua kali setelah selesai melakukan tugasnya.
Saat Eunha tak sengaja melihat jam dinding, matanya membulat. "Kukiiii, gue hampir telat anjir. Ayo cepetan berangkat!"
Sehari sebelum mulai kerja, Kuki menemani Eunha beli beberapa potong pakaian baru. Setelah itu, Eunha memberitahu letak kantornya di sebelah mana agar Jungkook mudah untuk mengantar atau menjemputnya. Ternyata, jalan mereka searah dan malah lebih jauh tempat kerja Jungkook.
"Buka mulutnya dong."
Jungkook menuruti apa yang Eunha mau. Wanita itu memasukkan potongan roti yang ia bawa di kotak bekal. Tadinya mau buat sarapan di rumah, tapi karena gak sempat, akhirnya mereka makan di mobil.
Eunha kembali memasukkan roti ke dalam mulut Jungkook saat suaminya mangap-mangap macem lele di gurun pasir.
"Sebelum gue jemput jangan pulang dulu," ucap Kuki sambil mengunyah roti. "Selama gue masih bisa antar-jemput lo, gue yang akan melakukannya."
Eunha menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Iya, Kuki."
"Jangan lupa kirim kabar pas istirahat. Jangan lupa makan sama ibadah juga."
Eunha terharu. Jungkook merangkap menjadi suami sekaligus papa baginya. Ralat, bagi Eunha, Jungkook bisa merangkap menjadi apa saja. Bisa pacar, teman, musuh, bahkan mamanya sekali pun.
Eunha melepas sabuk pengaman saat Jungkook menepikan mobil di dekat kantor tempat Eunha bekerja. "Lo juga jangan telat makan sama ibadah. Dah, Kuki."
Wanita yang sudah membuka pintu, kini kembali duduk dan menatap suaminya. Belum sempat Jungkook bertanya, Eunha mengecup bibir Jungkook singkat dan buru-buru keluar karena jam masuk lima menit lagi.
"Pagi, pak," sapa Eunha seramah mungkin pada seseorang yang satu lift dengannya. Yang disapa menoleh ke arahnya, kemudian menampakkan senyum manis.
"Hai." Dia melambaikan tangan. "Saya belum pernah liat kamu berkeliaran di sini. Mm, karyawan baru?"
"Betul, pak."
"Oh." Lelaki itu mengangguk. "Senang bertemu denganmu. Omong-omong ...."
Ucapan dia terputus karena pintu lift terbuka menuju lantai yang Eunha tuju. "Lain kali kita sambung lagi, saya permisi."
Eunha keluar dari lift dan melangkahkan kaki menuju ruang HRD untuk bertemu Yeri, gadis yang bertugas memperkenalkan setiap karyawan baru ke bagian lain. Berbasa-basi dan ngobrol sebentar di sana bersama karyawan lain, akhirnya Yeri mengantar Eunha dari divisi satu ke divisi lain untuk mengenalkan dirinya sebagai bagian keluarga baru di perusahaan ini.
Teman Eunha waktu itu bilang kalau bagian finance kosong. Namun saat mendaftar, ternyata bagian itu sudah diisi seseorang. Eunha sempat kecewa, tapi semuanya bisa teratasi ketika bagian HRD menelponnya kemarin dan bilang Eunha bisa mengisi bagian yang lain, yaitu sekertaris. Dibutuhkan sekertaris cepat karena sekertaris yang sudah berada selama lima tahun di sana mengundurkan diri dua hari lalu karena akan melahirkan.
Eunha belum bilang soal ini pada Jungkook. Ia takut suaminya malah tak menyetujui pekerjaannya ini. Padahal kan sayang, Eunha tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini karena gajinya besar. Dengan gajinya, ia bisa membantu Jungkook menabung untuk masa depan anak mereka.
"Siap?"
Eunha menelan ludahnya, kemudian mengangguk dan menyembunyikan ekspresi gugup.
"Tidak usah tegang begitu." Yeri menepuk bahu Eunha. "Santai saja, kita bukan ingin masuk ke kandang macan, kok."
Saat pintu terbuka, Eunha melihat seorang lelaki dengan kemeja berwarna putih yang digulung sampai siku tengah serius mengetik sesuatu di komputer. Wajahnya tak terlalu terlihat jelas karena terhalang badan komputer.
"Pak, ini sekertaris yang akan menjadi partner baru bapak."
Eunha mendengar lelaki itu berhenti memencet tombol keyboard. Orang berkemeja putih itu menghela napas, kemudian menyandarkan tubuh ke kursi besarnya.
"L-lo?" Eunha menutup mulutnya dengan tangan begitu tahu siapa yang akan menjadi bosnya saat ini. "Mi-mingyu?"
Mampus, mantan terindah. Eh salah deng. Mantan kan gak ada yang terindah, bego!
Kalau sampai Jungkook tahu, double mampus ini.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfic(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!