"Minggu depan saya pergi ke luar kota, dan saya mau kamu ikut dengan saya."
"Apa?" Kacamata minus Eunha sampai melorot karena kaget denger ucapan Mingyu. "Kok saya, Pak?"
"Kan kamu sekertaris saya, gimana sih?"
"Ng, tapi kan ...."
Tapi kan Jungkook tahunya Eunha kerja di bagian finance, bukan jadi sekertaris. Aduh gimana ini?
"Kamu keberatan?"
"Gak, gak gitu." Eunha pura-pura tersenyum, meskipun hatinya gugup banget sekarang. "Untuk berapa hari, Pak?"
"Tiga hari."
Mampus aja, batin Eunha.
Mingyu tahu raut wajah Eunha berubah tak enak dan berbeda sejak awal. "Kamu keberatan, ya? Suamimu tidak memperbolehkan kamu pergi?"
Bukan gak boleh pergi lagi, tapi sebenernya malah gak boleh kerja kalau Eunha gak rengek-rengek.
"Mm, nanti coba saya tanya sama dia, Pak."
"Baiklah."
***
"Muka lo kenapa dah? Gue perhatiin dari tadi suram banget kayanya," ucap Jungkook pas mereka udah masuk ke kamar. "Ada masalah di kantor?"
Jungkook ajak dia ngomong di motor, reaksinya cuma senyum gak ikhlas atau gak ketawa hambar gitu. Pas ditanya bilangnya gak apa-apa. Minta diketekin banget, kan?
"Mau ngomong tapi takut lo marah," gumam Eunha pelan, menjauh dari Jungkook dan meletakkan tasnya di atas meja.
Jungkook yang hendak membuka jaketnya, mengurungkan niat dan memilih menghampiri wanita yang kini masih membelakanginya.
"Ngomong apaan?" ucap Jungkook sambil memutar tubuh Eunha hingga kini mereka saling berhadapan. "To the point aja."
"Tapi janji dulu jangan marah."
"Emang apaan si? Ngomong dulu."
"Janji dulu, hm?" Eunha memberi Jungkook tatapan mautnya yang membuat laki-laki itu akhirnya menghela napas kasar, kemudian mengangguk dengan berat hati.
Eunha gemeteran sendiri. Takut kalau Jungkook marah itu kadang suka serem. Dia emang gak pernah main tangan atau nyakitin Eunha, tapi marahnya Jungkook itu ... diam. Sementara Eunha gak bisa diam lama-lama kalau ada masalah.
Wanita berambut sebahu itu menggenggam kedua tangan Jungkook, menatap mata suaminya dengan pura-pura tenang. "Jangan potong dulu sebelum gue selesai ngomong, ya?"
Jungkook mengangguk, dia udah penasaran setengah mati tapi Eunha malah ngulur-ngulur waktu kaya gini.
"Bos nyuruh gue buat ikut dia ke luar kota selama tiga hari karena urusan pekerjaan." Eunha yang melihat Jungkook hendak membuka mulut, mendaratkan jari telunjuk di antara hidung dan bibir suaminya kemudian menggeleng. "Gue baru ngomong, tolong dengerin dulu."
"Gue mau jujur sama lo kalau sebenernya ... gue itu jadi sekertaris, bukan di bagian finance seperti apa yang gue bilang ke lo." Eunha tidak mau melepas kontak mata, wanita itu terus mengamati raut wajah Jungkook untuk mengetahui reaksi suaminya. "Gue ... sumpah ya gue emang awalnya mau di bagian finance. Tapi, pas gue ke sana ternyata lowongannya tuh udah ada yang isi. Gue sempet agak gimana gitu, sampai akhirnya bagian HRD di sana bilang kalau mereka butuh sekertaris cepat buat bosnya karena sekertaris yang lama resign. Dan karena gue pikir yang penting gue dapet kerja, ya gue ambil aja tanpa pikir panjang."
Raut wajah Jungkook mulai berubah dingin. Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya, namun sang istri menyuruh Jungkook untuk jadi pendengar saja.
"Demi dah gue gak tahu siapa orang yang akan jadi partner gue sampai akhirnya pas gue ke ruangan dia ... kaki gue lemes gitu aja, Kuk. Ternyata dia itu Mingyu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfiction(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!