Jungkook buka pintu kamar pelan-pelan, saat dia menyembulkan kepalanya untuk melihat keberadaan Eunha, dia mendapati istrinya tengah berdiri membelakangi dia sambil menyender di dekat jendela kamar, menatap ke arah luar jendela yang sekarang udah mendung mau hujan.
Lelaki itu ngelihat bahu istrinya bergetar, disusul dengan tangan wanita itu yang ngucek-ngucek mata. Jungkook yakin, pasti Eunha lagi nangis. Semuanya diperjelas saat wanita itu nangis pake suara, sesenggukan dicampur suara ingus yang mau keluar namun ditahan biar masuk ke dalam lagi.
Eunha kaget pas ada sebuah tangan kekar yang melingkar di perutnya, disusul dengan dagu yang dia letakkan di bahu istrinya. "Bee, maaf ya. Udah dong jangan nangis," bisik Jungkook di telinga Eunha. "Gue gak akan nanggapin Nayeon lagi kalau emang itu membuat lo gak nyaman."
"Kenapa berubah pikiran?" tanya Eunha terbata. "Bukannya tadi lo paling keukeuh buat bela saudara lo itu?"
"Bee ...."
"Sana samperin aja saudaranya, takut kenapa-napa nanti gue lagi kena salah, disangkanya tukang ngatur ini-itu, tukang ikut campur."
"Na, cukup!" Jungkook kesel. Dia melepas pelukannya dan menarik tangan Eunha sehingga wanita itu kini berhadapan dengannya. "Lo itu emang hobi ngajak ribut apa gimana? Gue udah minta maaf baik-baik tapi lo malah ngungkit lagi, ngungkit lagi. Mau lo itu sebenernya apa sih?"
'Gue gak mau lo bahas Nayeon lagi, peduli sama dia lagi, gue mau lo jangan deket-deket dia lagi, titik,' batin Eunha.
"Jawab gue." Jungkook memegang kedua bahu istrinya. "Terus gue harus bersikap kaya gimana saat tahu keluarga gue sakit dan dia gak punya siapa-siapa di rumah, Na?" Nada bicara Jungkook melembut, tidak setinggi sebelumnya. "Lo tahu kan dia lagi ada konflik sama suaminya? Lo bahkan liat kan kalau suaminya itu kasar dan ringan tangan? Gue niat nolong dia karena gue merasa kasihan, cuma itu. Gak ada niat lain demi Allah, Bee. Lo kan tahu gue cuma cinta sama lo."
Eunha nunduk, gak mau natap mata Jungkook. Dia ngelap air mata yang kembali turun di kedua pipinya pakai punggung tangan. "Gue gak suka saat lo peluk dia di depan gue, gue gak suka pas lo nyuruh gue bawain koper Nayeon seakan gue pembokat lo. Gue ... gue gak suka sama cewek itu karena kalau ada dia, lo seolah lebih terfokus sama Nayeon. Gue tahu dia lagi ada konflik sama suaminya, gue tahu suaminya ringan tangan, gue tahu lo peduli karena lo menganggap dia adalah orang yang harus lo lindungi juga karena dia adalah keluarga lo. Tapi lo pernah mikir gak sih kalau bukan cuma Nayeon yang sakit? Gue juga sama, Kuki."
"Lo mungkin memang menganggap apa yang lo lakukan semata-mata karena kasihan dan mandang dia sebagai saudara. Tapi kalau ternyata dia nanggapinnya lain, gimana? Cewekkan kadang suka baperan gitu."
"Maaf, Bee. Saat itu gue cuma gak tahu apa yang mesti gue lakuin karena gue kaget liat muka Nayeon udah bonyok gitu. Dia juga ketakutan, sebagai saudara ya gue reflek meluk buat nenangin dia. Dan masalah koper itu ... harusnya lo terus terang aja waktu itu. Tapi beneran deh gue gak bermaksud jadiin lo pembokat atau apa yang ada di pikiran lo gue gak ngerti, gue ... gue minta maaf karena lo sering banget sakit karena gue tapi gue bahkan gak menyadari kesalahan yang udah gue lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfiction(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!