"Kamu kenapa, Bee? Daritadi aku lihat kayanya kamu diem terus. Sakit?" tanya Jungkook, menghampiri wanita yang tengah melamun dan menaruh siku di tangan sofa. Eunha menyangga kening dengan tangan kanannya, melamun tanpa tahu jika Jungkook memanggilnya berulang kali.
"Bee."
"Ah, iya?" Wanita itu baru tersadar ketika Jungkook memegang bahunya. "Maaf, Kuk. Kamu tadi bilang apa? Aku gak denger."
Jungkook menghela napas, memilih duduk di samping Eunha yang kini bertanya mengenai kondisi Jo yang sudah tidur atau belum.
"Dia udah tidur, kamu tenang aja."
Eunha agak melongok ke arah sang anak, memastikan Jo tidur dengan selimut yang sudah menyelimuti tubuhnya dengan baik.
"Kamu kenapa, sih? Aku liatin semenjak pulang dari rumah Kak Jessi tadi kamu sering murung."
Eunha menatap Jungkook, menggigit bibir bawahnya sebelum dia bersuara pelan, "Aku ngerasa bersalah banget sama Ji, Kuk."
"Kenapa sama beeboo?"
"Aku mau tanya, kamu jawab serius ya." Eunha membetulkan posisi tubuh hingga kini dia duduk berhadapan dengan Jungkook. Kemudian, dia menggenggam kedua tangan suaminya. "Menurut kamu, salah gak sih aku lebih perhatiin Jo yang lagi sakit? Ji ngerasa aku tuh kaya mengabaikan dia karena akhir-akhir ini aku jarang ketemu sama dia."
Eunha menunduk, mengelap airmata yang tiba-tiba turun dengan bagian lengan kaos panjang yang dipakainya. "Aku ngerasa belum bisa jadi mama yang baik buat mereka. Aku ... aku ...."
Jungkook yang mendengar suara Eunha bergetar, langsung memeluk istrinya dan mengusap punggung Eunha. "Kamu gak seharusnya bilang begitu, Bee. Dua beeboo kita bangga punya mama kaya kamu."
"Aku gak tega pas lihat Ji natap aku sebelum aku balik ke sini. Dia bilang aku jangan pergi, tapi aku emang harus pergi karena Jo nyari aku." Eunha terisak di pelukan Jungkook. "Bahkan kamu tahu? Ji sempat bilang sama aku kalau dia juga mau sakit kaya Jo biar aku bisa ada di deket dia terus. Aku gak kuat buat gak nangis dan minta maaf sama dia. Hati aku sakit pas dia bilang kaya gitu. Tadi pas naik ojek ke sini aja aku nangis di jalan. Untung abangnya gak tanya apa-apa karena aku nutupin muka pakai masker."
Jungkook kembali mengelus punggung Eunha lalu mengecup kepala istrinya dengan lembut. Membiarkan Eunha menangis dan menenggelamkan wajah di dadanya.
Dia bingung harus merespon apa. Mendengar apa yang dikatakan Eunha jelas membuat Jungkook sebagai papa juga merasa sedih.
Ji selalu menanyakan keberadaan Eunha padanya, namun Jungkook tidak tahu kalau Ji benar-benar merindukan sang mama sampai segitunya.
"Kalau emang boleh dibawa ke sini juga dia gak akan aku tinggal sendiri. Aku masih kebayang dia nangis tadi pas aku tinggal."
Eunha benar-benar tidak tahu apa jadinya jika dia masih ngotot kerja dan meninggalkan dua beeboonya di rumah bersama baby sitter. Eunha rasa, menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan terbaik yang memang harus dipilih olehnya.
"Kondisi Jo Hyun juga udah mulai membaik, besok aku tanya sama dokter kira-kira dia udah diperbolehkan pulang atau belum. Seandainya udah, kita rawat aja Jo di rumah sampai kondisinya pulih. Jadi kamu juga bisa ngejaga Ji di rumah. Gimana?"
Mendengar itu, Eunha menjauhkan wajah dari dada Jungkook kemudian mendongak sedikit agar bisa melihat wajah suaminya.
"Iya, Kuki. Seandainya kondisi Jo udah memungkinkan untuk pulang, aku rasa gak ada alasan untuk lama-lama di sini. Jo waktu itu juga bilang sama aku kalau dia gak suka lama-lama di rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Swag Marriage [Jungkook-Eunha] ✔
Fanfiction(CERITA PERTAMA SAYA DI WATTPAD, MASIH AMATIR) Kehidupan sehari-hari Jungkook dan Eunha setelah menikah. Bagi yang suka cerita manis dengan konflik ringan, bisa kali mampir ke sini heuheu? UDAH TAMAT!