Bab 2 Muhammad Kahfi

31.1K 1.2K 8
                                    

Suasana Mall yang begitu ramai membuatku malas sebenarnya untuk pergi kesana, tapi karna ajakan kedua temanku akhirnya aku luluh juga dan memutuskan ikut bersama mereka.
Kita bertiga langsung menuju toko buku, itupun karna aku yang meminta mereka.
Sebenarnya mereka mengajak ku ke toko baju tapi aku bertanya untuk apa coba?. Baju di lemariku masih banyak sayangkan kalo tidak aku gunakan, lebih baik pakai yang ada saja dan lagi-lagi aku pergi ke tempat novel,
Ya tempat yang selalu jadi tempat ternyamanku, entahlah gara-gara novel aku jadi sering berkhayal dengan duniaku sendiri. Novel kadang membuat aku berimajinasi terlalu tinggi dan cerita novel juga yang membuatku membayangkan bagaimana kalau nanti aku jadi penulis, tapi sepertinya tidak karna daya karanganku kurang begitu tinggi.

"Safa mau beli novel apa?" Tanya mereka

"Gak tau, aku mau liat-liat dulu aja" Jawabku

Saat aku ingin mengambil sebuah novel yang bergenre spritual, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang ingin mengambil novel itu juga. Entahlah tangan siapa lagi yang mau berebut novel denganku.

"Maaf mba tapi saya duluan yang mau ngambil novel ini" Ucapku

"Maaf tapi saya lagi pengen banget baca novel ini, dan cuma ada satu satunya disini, jadi boleh kan buat saya aja novelnya?"

Jawaban wanita itu tenang sekali. Padahal dia sedang berebut novel denganku tapi malah aku yang terbawa emosi duluan, siapa dia kenapa begitu anggun dan kelihatannya begitu dewasa dan shalehah.

"Bolehkan?" Tanyanya lagi

"Aduh gimana ya mba, kan saya duluan yang ngambil lagian saya juga pengen banget baca ini novel, maaf saya ngga bisa berbagi mba"

"Tolong ya atau gini deh saya yang beli dan saya duluan yang baca setelah itu boleh kamu pinjem nanti saya kasih deh alamat saya, mau enggak kalo kaya gitu?"

"Tapi mba...."

Ucapanku tiba-tiba terhenti saat aku melihat siapa yang datang di balik punggung wanita itu. Lelaki itu lagi kenapa harus bertemu dia lagi dan kenapa seakan-akan aku takjub dengan melihat senyumnya. Senyum yang sangat tulus bahkan terlihat sangat manis astagfirullah apalagi ini kenapa ada dia. Dan kenapa aku selalu membayangkan senyum manisnya itu senyum yang menurutku bisa menenangkan perasaan. Entahlah.

"Ada apa ini sayang?" Tanyanya pada wanita itu

Sayang? Dia memanggil wanita ini dengan sebutan sayang, siapa sebenarnya wanita ini dan kenapa perasaanku jadi tidak enak seperti ini.

"Ini loh mas, aku pengen banget novel ini tapi mba ini juga mau" Jawab wanita itu.

"Maaf mba, apa novelnya boleh buat istri saya saja?" ucapnya lagi

Oh ternyata wanita ini adalah istri dari pria itu. Tapi kenapa nafasku seperti tercekat begitu saja sebenarnya apa yang sedang aku rasakan sekarang, baru kali ini aku merasakan perasaan aneh seperti ini?
Perasaan yang justru tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Sepertinya dia juga sangat sayang kepada istrinya, bahkan hal sepele seperti ini saja dia mau membantu istrinya untuk berebut novel denganku.

"Sekali lagi maaf tapi saya duluan yang mengambil novel ini" Jawabku

"Tapi yasudah lah kalo istri anda sangat berminat dengan novel ini, saya ngga jadi ambil, siapa tau saya bisa menemukannya di toko lain"

"Ini buat kalian saja biar nanti saya cari di toko lain" Jawabku lagi

Dan akupun memberikan novel itu pada wanita cantik yang sedari tadi berebut novel denganku. Padahal aku sangat ingin membaca novel itu tapi bagaimana lagi, aku tidak mau berebut lebih lama lagi dengan pasangan suami istri itu, setelah mengucapkan terimakasih padaku merekapun langsung pergi meninggalkanku, dan memberikan kartu nama mereka, takut kalo aku ingin meminjam novel itu kata mereka.
Jadi nama lelaki itu Muhammad Kahfi nama yang bagus cocok dengan orangnya tapi kenapa pikiranku terus saja tertuju pada pria itu jelas-jelas dia sudah memiliki istri, cantik pula istrinya.

"Hayo mikirin apa?" Sambil mengagetkanku

"Aduh kalian ini tau ngga si kalo lagi bengong"

"Cie bengong, pasti mikirin ka wahyu ya?" Ucap mereka serempak

Wahyu?
Untuk apa aku memikirkan dia, memang temanku selalu berusaha mendekatkan ku dengan lelaki itu, karna menurut mereka dia sangat baik dan shaleh itu kata mereka, bahkan akupun belum pernah tau siapa sebenarnya Wahyu itu dan entah kenapa mereka begitu mengangumi pria bernama Wahyu itu.

"Apa si, bukan aku lagi mikirin ummi aja ko"

"Udah selesai belum Saf, kalo udah kita pulang yu takut keburu sore nanti kamu di marahin ummi lagi"

"Ayo"

Akupun pulang bersama kedua temanku kebetulan hari ini Bella membawa mobil jadi aku pulang diantar oleh dia, kita terlebih dulu mengantar Mawar setelah itu baru ke rumah aku, kita selalu bercanda kalau lagi bersama seperti tidak ada beban. Kita akan melupakan semua tugas kuliah kalau sudah bersama bayangkan sekarang kita bertiga sedang membahas lagu-lagu korea dari BTS, itu memang boyband kesukaan kami, kita selalu berebut kalau membicarakan tentang ini apalagi Jungkook selalu jadi inceran kita karna menurut kita dia itu terlihat seperti pria lugu tapi sangat energic.

***

Hari sabtu memang hari yang sangat menyenangkan karna aku libur dari kampus dan bisa bersantai ria bersama Ummi, selesai shalat subuh akupun langsung ke dapur berniat untuk membuatkan Ummi sarapan karna setiap hari aku yang selalu di buatin sarapan sama Ummi hari ini aku harus kasih Ummi yang spesial kan aku libur, ya memang dalam hal memasak aku memang sedikit bisa karna sudah terbiasa dari MTS.

"Udah bangun non pagi pagi gini" Tanya bi Inah

"Ah iya bi kan Safa libur jadi hari ini mau masak nasi goreng spesial buat Ummi"

Ya memang Ummiku termasuk penggemar nasi goreng apalagi bikinan ku kata Ummi pasti enak, itu si menurut ummi tapi entah bener atau tidak, tapi menurutku juga enak sama seperti nasi goreng yang ada di restoran. Selesai memasak akupun menyiapkannya di meja dan ku lihat ummi sudah bangun.

"Emm masak apa nak, tumben Safa udah ada di dapur?"

"Iya dong Ummi, Safa kan bikinin nasi goreng kesukaan ummi"

"Coba sini Ummi cobain"

Langsung saja menaruh nasinya di dekat ummi dan ummi langsung melahapnya sampai tak tersisa sedikitpun, Alhamdulillah habis tandanya pasti enak.

"Bener-bener menantu idaman nih anak Ummi mah"

"Apa si Ummi ngomong kesitu-situ ah" padahal sekarang wajahku pasti sudah sangat merah dengan perkataan Ummi.

Selesai makan kita berdua menonton tv, kebetulan bi Inah yang beres-beres rumah jadi kita tinggal diem aja tapi sesekali aku juga membantu bi Inah karna kan gak mungkin bi Inah selesai cepat dengan rumahku yang lumayan besar ini, aku selalu saja bersikap manja pada Ummiku karna dari dulu hanya Ummilah yang tau cara menenangkanku, hal sepele pun Ummi selalu tahu karna aku lebih berani menceritakan semuanya ke ummi, walaupun sekarang sudah besar, tapi aku lebih suka memberitahunya pada Ummi di banding pada sahabatku, memang mereka juga tau semua tentangku tapi tetap saja ada hal yang kusimpan rapat dan hanya aku curahkan pada ummiku.

Memang ummi menjadi tempat ternyaman untuk ku mencurahkan segala perasaan mulai dari hal kecil sampai hal besar aku akan berkata sejujur-jujurnya pada ummi.

Trimakasih buat yang sudah vote dan coment karna sangat berarti 😊

My Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang