Bab 6 Perasaan Apa ?

20K 867 4
                                    

🍁 Kebahagiaan tidak ada yang tau akan datang dengan cara seperti apa 🍁

Entah kenapa perasaan Safa tidak menentu akhir-akhir ini, apalagi dia tahu bahwa hari ini dia akan kedatangan tamu. Padahal sudah jelas tamunya hanya ingin mengambil buku tidak lebih dari itu, tapi kenapa Safa jadi uring-uringan bahkan ia dari tadi sudah merasa gugup bahkan terlihat sangat gelisah.

Kenapa perasaan yang dulu tidak pernah ada bahkan tidak pernah ia rasakan sekarang justru menghiasi hatinya, perasaan yang dulu selalu ia hindari. Bahkan dari dulu banyak pria yang mendekatinya tapi dia tidak pernah merasakan hal seperti ini lantas sekarang merasakanpun dengan orang dan di waktu yang salah. Safa harus bisa hilangkan semuanya tidak mungkin ia berada di fase seperti ini. Ia tidak akan merespon apapun, ini hanya perasaan sesaat saja tidak lebih.

"Nak, temen kamu jadi kesini?" Tanya ummi

Memang semalam dia sudah memberitahu Umminya kalau pria itu akan datang bersama istrinya dan Ummi Safa mengajukan untuk membuat cup cake katanya biar gak cuma minum doang, dan aku mengiyakan semua ucapan ummi.

"Iya mi jadi kayanya mungkin mereka masih di jalan" Jawabku

Dan benar saja tepat jam 10 : 00 pria itu sampai di rumahku.

"Assalamu alaikum" Ucapnya dari balik pintu sambil mengetuk pintu rumahku.

Saat bi Inah akan membukakan pintu Safa langsung memberitahunya biar Safa saja yang membukakan pintunya.

"Wa'alaikumsalam" Jawabku dan langsung membukakan pintu untuk mereka.

Bukan main Safa di buat terkejut dengan penampilannya yang begitu santai. Pria itu memakai kaos oblong dan di lapisi fanel warna biru dongker celana jeans dan sepatu kets, sangat tampan.
Astagfirullah kenapa Safa selalu memujinya seperti ini jelas-jelas dia datang dengan istrinya yang memakai baju syari berwarna biru dongker juga, sangat cantik shalehah dan sangat serasi dengan suaminya. Mereka terlihat seperti couple goals.

"Safa ko malah bengong bukannya di suruh masuk" Ucap Ummi mengagetkanku

"Ah iya mari masuk" Ucapku kikuk

Mereka berduapun mengikuti Safa dan langsung Safa persilahkan duduk, sebelum memberikan buku yang kemarin-kemarin mereka rebutkan itu Safapun langsung menuju ke dapur untuk mengambil air minum dan cupcake tadi yang sudah Umminya buat.

"Silahkan di minum dulu" ucapku

"Tidak usah repot-repot, kita juga gak lama ko kesininya cuma mau ambil buku aja" Jawab pria itu

"Gapapa nak silahkan di cobain dulu cupcakenya"

"Terimakasih bu" Jawab mba Afifah

Merekapun langsung meminum dan mencoba cupcake bikinan Ummi Safa.

"Enak sekali cupcakenya, ini kamu yang masak Safa?" Tanya Afifah

"Bukan mba, itu Ummi yang bikin"

Banyak percakapan yang di bicarakan yang jelas oleh Safa, Ummi dan mba Afifah sedangkan pria itu sedang sibuk dengan ponselnya. Saat Safa dan mba Afifah tertawa rasanya sangat manis melihat dia seperti malaikat dia lembut dewasa bahkan sangat terlihat cantik, Safa sangat kagum pada wanita itu dia baru mengenal Safa dan Umminya tapi dia tidak sungkan menceritakan keluarganya pada Safa dia mau berbagi cerita dari awal dia bisa berpenampilan seperti ini, itu semua dia bilang karna suaminya yang selalu ingin dia menutup auratnya dan dia setuju. Mereka bercerita tentang bagaimana dia bisa menikah dengan pria itu dan menceritakan semua yang mereka alami setelah menikah, Safa rasa mba Afifah sangat bahagia menikah dengan pria itu, sampai akhirnya dia bercerita kalau sekarang dia sedang memiliki penyakit kista bahkan dia sampai meneteskan air matanya.
Safa dan Umminya pun sampai ikut menangis mendengar pernyataan mba Afifah, bagaimana tidak di saat mereka sangat bahagia dengan pernikahannya tiba-tiba datang penyakit itu dan membuat harapan sepasang suami istri ini gagal untuk memiliki keturunan dia tak henti-hentinya menangis dan membuat suaminya menghampiri lalu merangkulnya, Safa tau ini sangat berat untuk mereka tapi pria itu tau caranya menguatkan istri cantiknya.

"Udah jangan nangis" Ucap pria itu

"Iya mas l"

"Yaudah kalau begitu kita makan dulu yuk nak, kalian juga ikut makan dengan kami ya" Ajak Ummiku

"Tidak usah, biar kami makan di rumah saja" Ucap pria itu lagi

"Gapapa disini aja, lagian Ummi dan Safa udah masak banyak ko"

"Terimakasih ya bu" Ucap Afifah

Safapun mengajak mereka menuju meja makan dan setelah semuanya siap merekapun langsung menyantap makanannya. Sebelum mereka pulang Safa membungkuskan cupcake yang masih tersisa untuk mereka dan Safa mengambil buku yang akan Safa berikan pada pria itu karna dia datang memang untuk mengambil buku itu.

"Ini bukunya, dan ini masih ada cupcake nanti untuk kalian di rumah"

"Terimakasih" Ucap pria itu langsung pamit keluar duluan

"Maafin suami saya ya, dia memang begitu terlalu cuek sama orang baru, trimakasih cupcakenya ya dan trimakasih sudah mau meminjamkan buku kamu untuk mas Kahfi Safa"

"Iya mba sama-sama"

"Nanti gantian kamu main kerumah aku ya"

"Iya mba nanti saya main"

Setelah itu mereka berdua langsung pamit kepada Safa dan Umminya Safa.

****


Diperjalanan suamiku banyak diam, entah kenapa dari tadi pertanyaanku pun tidak di jawab olehnya apa dia marah padaku tapi marah kenapa,?
Aku salah apa, rasanya aku tidak ada salah pada dia hari ini tapi dia mendiamkanku begitu saja membuatku kesal.

"Mas kamu kenapa?" Ucapku

"Mas"

"Mas"

Tetap saja dia tidak mau menjawab aku, kenapa ini kenapa dia seperti ini, aku kesal dengan sifat dia yang selalu cuek, padahal dia bilang kalau dia tidak akan pernah cuek pada istrinya.

"Mas kamu kenapa si?" Ucapku kesal

"Mas kamu tau gak si kamu tuh dari tadi ngediemin aku"

"Bahkan kamu tuh enggak jelasin salah aku dimana, masss?" Nada bicaraku yang semakin meninggi membuat aku bener-benar kesal.

"Gapapa" jawabnya

Singkat sesingkat-singkatnya tanpa ada embel-embel apapun, aku hanya bisa diam mungkin iya dia marah padaku hatiku sakit baru kali ini dia sediam ini tanpa aku ketahui salah aku apa, lagi air mataku jatuh dan membuat aku terisak, aku begitu lemah hari ini.

"Kamu nangis Fifah?" Tanyanya

Aku tidak bergeming.

"Afifah kamu nangis? Maafin mas sayang, mas cuma lagi banyak pikiran aja akhir-akhir ini, mas minta maaf ya"

"Pikiran apa mas?"

"Tidak, udah jangan nangis lagi ya" dia memberhentikan mobilnya di tepi jalan dan mulai menghapus air mataku sangat lembut.

Akupun mulai menenangkan diriku, ya mungkin mas Kahfi sedang banyak pikiran tentang perusahaan nya atau dia sedang memikirkan keturunan, tapi mas Kahfi bilang kalau dia tidak ingin cepat-cepat dan tidak mau menduakanku, tapi kalau dia memikirkan itu bagaimana?
Setelah semuanya baik-baik saja mas Kahfi pun langsung melajukan mobilnya, dan membiarkan kita dalam keadaan diam tanpa ada sepatah katapun sampai rumah.

Aku sendiri bingung dengan sikap mas Kahfi. Ia akan terlihat sangat cuek di depan siapapun termasuk aku, jika sedang memiliki masalah. Tapi di balik cueknya itu dia juga menyimpan rasa perhatian yang tinggi padaku, bahkan pada orang-orang di sekitarnya.

Afifah bisa langsung dekat dengan keluarga safa tapi tidak dengan kahfi ia terlihat sangat cuek

Trimakasih buat yang udah vote dan coment 😊

My Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang