Bab 13 Ulahku

16.1K 683 1
                                    

" kenapa aku bisa sekasar ini pada orang baru ?"

(M Kahfi)

Kahfi Pov

Aku masih mematung aku tidak menyangka gadis itu akan menangis karena ulahku, dan kenapa bisa-bisanya aku sekasar ini pada wanita. Bahkan aku selalu berjanji untuk memuliakan wanita tapi sekarang apa kenapa aku membentaknnya dengan perkataan seperti tadi dan dia meneteskan air mata. Aku juga tidak tahu kenapa aku tidak suka pada dia padahal tadi dia sudah meminta maaf dan aku tahu pasti dia tidak sengaja menabrakku kalau istriku tahu aku membentak seorang perempuan pasti dia akan marah padaku, lalu bagaimana reaksi wanita itu besok, apa dia akan marah juga padaku.

Setelah memikirkan itu semua aku memutuskan untuk pulang. Karna aku yakin Afifah pasti sudah menunggu ku sedari tadi.

"Mas kenapa, mana kue yang aku pesen?" Tanya istriku

"Maaf ya sayang tadi mas gak jadi beli kuenya"

"Mas ada masalah ko keliatannya murung gitu, apa lagu ada masalah mas?"

Aku harus berkata apa pada istriku, tidak mungkin aku membohonginya bukan. Aku takut dia kecewa kalau lagi-lagi aku berbohong padanya.

"Tadi mas ketemu gadis itu" Ucapku malas, entahlah aku tidak menyukai gadis itu.

"Gadis?? Siapa mas?" Tanya istriku

"Safa" Jawabku lagi

"Serius mas, kamu ketemu dimana ko bisa ya setiap kali ketemu Safa jangan-jangan benar kalau kamu jodoh sama dia mas, mungkin itu pertanda mas"

"Kamu apa si, aku kan udah bilang sama kamu kalau aku gak mau Fifah"

"Iya maaf mas" Istriku terlihat menunduk

"Aku bikin dia nangis" Jawabku santai

"Apa? Mas ko kamu bisa bikin dia nangis memangnya kenapa, dia buat kamu kesal?"

"Tadi dia gak sengaja nabrak aku terus aku marahin dia aku bentak bentak dia sampai dia nangis pergi gitu aja"

"Terus kamu gak minta maaf mas?"

"Enggak" Jawabku

"Mas kamu ini kenapa si gak minta maaf, kalo kamu salah ya kamu harus minta maaf mas"

"Aku kan gak sengaja Fifah" entah kenapa Afifah selalu saja membela dia

"Aku cape aku mau ke kamar dulu" Ucapku dan langsung meninggalkan istriku.

Tapi bukannya istirahat tapi lagi-lagi aku memikirkan gadis itu kenapa aku merasa bersalah ya sama gadis itu. Kenapa justru aku takut dia marah padaku karna jujur ini kali pertama aku membentak seorang perempuan, akupun justru di liputi rasa bersalah sekarang tapi biarlah kita lihat besok dia marah atau tidaknya padaku.

****

Suara alarm membangunkanku dan istriku, dia bangun terlebih dahulu dan menyuruhku mengambil air wudhu dia bilang ingin shalat subuh berjamaah denganku baiklah akupun langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat. Setelah selesai dia mencium tanganku begitu lama tapi aku merasakan tanganku mulai basah, apa istriku menangis? Saat kulihat dia benar menangis ada apa ini?

"Kamu kenapa sayang?" Tanyaku bingung

"Mas, aku mohon kamu minta maaf sama Safa ya aku gak mau bikin dia jengkel karna ulah kamu"

"Kenapa kamu menyuruhku melakukan itu, kalau dia marah padaku memangnya kenapa sayang?"

"Mas aku mohon sama kamu" pintanya

"Mas masih bingung, kenapa kamu menyuruh mas melakukan itu Fifah?"

"Mas tau kan kalau aku mau Safa jadi istri kedua mas mangkanya aku mohon sama kamu mas" Pintanya lagi

"Harus berapa kali mas kasih tau kamu, kalau mas tidak akan menuruti kemauan kamu itu mas gak suka Safa dan kamu juga tau kan kalo aku gak mungkin menduakan kamu Afifah" Jawabku kesal

Tapi dia malah terisak karena ucapanku. Entah kenapa akhir-akhir ini Fifah gampang sekali menangis.

"Aku mohon mas"

"Iya baik mas akan minta maaf sama dia tapi tidak dengan menikahi dia karena mas sangat tidak suka dengan gadis itu" Jawabku yang penuh penekanan

"Baik mas terimakasih ya mas"

Diapun langsung meninggalkanku sendiri di kamar dia bilang kalau dia sudah menyiapkan air panas untuk mandi, oleh sebab itu aku langsung menuju kamar mandi dan merapikan semua karena hari ini aku harus mengajar di Kampus.

Seusai sarapan aku langsung berangkat dan bilang pada istriku kalau dia tidak boleh banyak pikiran apapun aku tidak mau penyakitnya tambah parah karna aku sangat mencintai istriku.

Aku mengendarai mobil lagi mataku kehilangan fokusnya saat melihat seorang gadis sedang bersusah payah mengambil kertas yang bertebaran di jalan, gadis itu lagi kenapa dia bisa seceroboh ini kenapa kertas nya bisa ada di jalan semua dasar bocah.

Saat aku mulai mengajar aku mendengar ketukan dari balik pintu kelas.

Tok tok tok

"Siapa?" tanyaku

Yang di luarpun langsung membuka pintunya dan ya siapa lagi kalau gadis itu lagi dia memang belum ada di kelas saat ini.

"Maaf saya telat" ucapnya penuh ketakutan

"Keluar!" usirku

"Tapi pak, tadi saya.."

"Tidak ada penjelasan apapun cepat keluar" potongku

"Pak" ucapnya lirih

"Saya sudah bilang kan sama kalian kalau saya tidak akan mentolelir mahasiswa yang telat, apa kamu dulu gak dengar ucapan saya itu, cepat keluar" bentakku

"Pak saya mohon"

Dia menangis lagi, kenapa begitu mudah air mata dia keluar dan dia pun langsung meninggalkan kelas bahkan hari ini aku kehilangan konsentrasiku gara-gara wanita itu, bagaimana aku mau memaafkan dia kalau lagi dan lagi dia membuat kesalahan aku tau mungkin dia akan menyampaikan seribu alasan. Kenapa dia bisa telat hari ini akupun tau tadi dia sedang mengambil kertas yang terjatuh di jalan tapi bagimanapun aku punya keputusan disini karena aku tidak mau ada mahasiswaku yang bisa seenaknya keluar masuk kelas tanpa peraturan. Akupun memutuskan keluar duluan sebelum jam kuliah selesai karena aku sudah tidak bisa fokus dengan ilmu yang aku bagikan.

Sekarang aku melihat gadis itu termenung sendiri di dekat taman kampus dia menutup wajahnya dengan buku aku tahu dia mungkin sedang menangis sekarang karena ucapan aku lagi. Entah kenapa aku bisa sebenci ini pada dia menurut istriku dia gadis baik yang masih polos dan sangat shalehah tapi bagiku dia gadis yang masih kekanak-kanakan, gadis ceroboh dan tidak terlihat seperti dewasa padahal di usia kuliah seperti ini harusnya dia bersikap dewasa justru kepolosannya yang membuat aku membenci dia. Aku membencinya karena istriku selalu menyuruh dia yang jadi istri kedua bagiku padahal aku sudah sangat yakin kalau dia bukanlah orang seperti Afifah yang bersikap dewasa dalam segala hal itu juga yang membuat aku jadi tidak suka dengan gadis itu.

Apa safa terlalu cengeng menghadapi kahfi ?

Trimakasih buat yang udah vote dan comment 😊

My Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang