Bab 41 Rumah Bella

17.5K 653 8
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 16:00 tapi Safa masih termenung di tempat biasa yang selalu ia datangi. Gadis itu terlihat sangat kacau sama kacaunya seperti dulu dia datang kesini dia terus menangis tanpa henti.

Hatinya begitu hancur entah harus berapa lama lagi ia menanggung semuanya sendiri rasanya tidak ada yang peduli dengan dia kecuali umminya.

Semuanya menyalahkan posisi dia bahkan selama tinggal di rumah Afifah dia selalu saja di pojokan oleh para tetangga. Posisinya selalu saja di gunjingkan oleh mereka cacian, hinaan rasanya hampir setiap hari ia mendengar itu semua bahkan dia tidak berani keluar rumah kalau tidak ada keperluan kuliah.

Dia lebih suka berdiam diri di rumah mereka selalu menyalahkan posisi Safa mereka menganggap dialah gadis yang sudah merusak hubungan sepasang suami istri yang begitu harmonis, menjadi regang begitu saja itu karna Safa padahal semua orang tidak tahu kalau sebenarnya Safalah yang menderita atas semua ini, mereka tidak tahu bagaimana sulitnya berada di posisi dia.

Safa memutuskan meninggalkan tempat ini dia tidak tahu harus kemana, dia tidak mungkin pulang ke rumah umminya karna dia tahu betul pasti umminya akan sedih melihat keadaannya yang begitu sangat kacau hari ini dia juga tidak mungkin pulang ke rumah Afifah, bagaimana kalau orangtuanya masih ada di sana perlakuan seperti apalagi yang akan dia dapatkan kalau dia pulang sekarang hatinya begitu sesak dia memutuskan pergi ke sebuah Mushala dia ingin melaksanakan shalat ashar semoga saja hatinya mulai tenang.

Dalam hadist di sebutkan "Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika dia menghadapi suatu masalah, maka ia akan mengerjakan shalat" ( HR. Ahmad dan Nasai )

Setelah hatinya mulai sedikit tenang, diapun memutuskan untuk pergi ke rumah Bella sahabatny. Dia harus menceritakan semuanya agar Safa merasa lebih lega lagi tapi saat ia berjalan dia mendapatkan mobil yang terus mengklasoni dirinya sampai Safa merasa sedikit bising karna ulah mobil itu. Tapi tunggu Safa lihat mobil itu seperti mobil suaminya tapi dia tidak menghiraukan dan terus berjalan sampai akhirnya mobil itu menutup jalan Safa dan benar saja suami dia turun dan langsung menghampiri Safa.

"Ayo pulang" Ucap Kahfi sambil menarik tangan Safa tapi bukannya menjawab Safa justru melepaskan tarikan Kahfi dan berlari menghindar dari Kahfi.

"Safa tunggu, ayo kita pulang lo mau kemana lagi si ini udab sore Safa"
Kahfi memasuki mobil dan mengejar Safa kali ini dia berhasil lagi menghentikan Safa.

"Ayo pulang, dari tadi tuh Afifah nyariin lu"

"Lu tahu gak si dari tadi dia panik, takut lu kenapa-napa"

"Safa, lu tuh...."

"Apa? Aku kaya anak kecil, iya aku emang kaya anak kecil. Aku gak dewasa kayak mba Afifah aku bisanya cuma bikin kamu repot aku gak pantes, aku cuma gadis manja yang selalu menangis enggak kaya kalian yang dewasa ngadepin masalah, aku cuma gadis ceroboh yang bisa kabur-kaburan saja iya? Apa kalian tahu gimana perasaan aku sekarang? Sedangkan kamu mas kamu cuma bisa merhatiin mba Afifah kamu, takut dia khawatir sedangkan aku apa pernah kamu khawatir sama aku?"

Jawaban Safa membuat Kahfi mematung Kahfi tidak tahu harus berkata apa pada gadis itu bukan seperti itu yang dia maksud dia juga sama khawatir pada Safa.

"Biarin aku pergi, maaf aku sudah masuk ke keluarga kalian membuat hubungan kalian kacau aku memang pantas di perlakukan seperti itu oleh mertua kamu mas, aku memang wanita pengganggu aku memang seorang jalang aku memang pengrusak rumah tangga orang. Semua yang di katakan mertua kamu itu benar mas" Ucap Safa yang terus terisak

Tanpa pikir panjang apapun Kahfi langsung memeluk Safa dengan erat. Hanya ini satu-satunya cara membuat Safa lebih tenang, sekarang Safa sudah di kuasai emosinya sehingga dia tidak bisa berpikir panjang.

My Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang