Bab 3 Pertemuan

24.5K 1K 9
                                    

Sebuah pertemuan yang akan selalu ku rindukan nantinya


Ummi dan aku hari ini pergi ke rumah sakit karna Ummi mengeluhkan sakit kepala, aku sudah tau pasti Ummi mengalami kambuh darah tinggi karna Ummi memang punya riwayat darah tinggi dari aku MA.
Sampailah aku di suatu Rumah Sakit yang ada di Jakarta ini, dan langsung daftar setelah semua selesai aku langsung duduk di ruang tunggu, sama dengan yang lain akupun ikut mengantri dengan ummi pastinya.

"Nak"

"Iya kenapa ummi?"

"Pasti ummi darah tinggi lagi"

"Iya coba aja di cek dulu ummi, nanti kan kalo ketauan tinggal di kurangin makanan apa yang nyebabin darah tinggi ummi kumat nah kalo udah ketauan ummi jangan makan itu lagi ya"

"Iya sayang"

Tibalah sekarang giliran Ummi yang di panggil dan benar saja dugaanku. Darah tinggi Ummi mulai naik lagi dan pastinya karna Ummi kebanyakan makan sayur asem karna banyak meninjo dan daunnya, betapa terkejutnya aku saat akan mengambil obat yang tadi telah di berikan resepnya oleh dokter aku bertemu lagi dengan pria itu. Pria yang lagi-lagi bertemu dengan ku secara kebetulan.

"Anda lagi" Ucapnya

"Iya saya" Jawabku dingin

Rupanya dia tidak sendiri kerumah sakit melainkan dengan istri cantiknya. Ya sekarang perempuan cantik itu sudah berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan pria itu bahkan membuat aku iri rasanya.

"Kamu lagi?" Ucapnya

"Eh mba, oh iya mba ngapain kerumah sakit?" Tanyaku

"Ah engga saya cuma lagi cek kesehatan aja bareng suami, kalo kamu ngapain, kamu sakit? Atau siapa yang sakit, Kita belum sempat kenalan, kemaren saya terlalu buru-buru, nama saya Afifah Fitiya, kalo nama kamu?

Nama yang cantik sama seperti orangnya yang begitu cantik dan sangat shalehah. Wanita yang sangat sempurna menurutku karna dia memiliki wajah yang sangat bersih, hidungnya yang mancung, wajahnya seperti bersinar pokoknya sangat perfect untuk seorang wanita.

"Ah anu nama saya Safa Althaullah mba" Jawabku kikuk

"Nama yang bagus, sama seperti orangnya cantik"

Aku tersipu di bilang seperti itu. Pasti wajahku sekarang sudah merah merona sama seperti kepiting rebus, aku memang sangat mudah kalau di buat baper oleh orang-orang, apalagi orang itu dengan entengnya memujiku.

"Terimakasih mba"

"Maaf mba saya duluan, soalnya ummi udah nunggu dari tadi"

Setelah berpamitan akupun langsung keluar menghampiri Ummi yang dari tadi sudahku tinggal di lobi rumah sakit.

"Maaf ya Ummi jadi nunggu lama gara-gara Safa kelamaan ngambil obatnya"

"Iya gapapa ko nak"

Aku dan Ummi pun langsung pulang dengan supir tentunya.


***

Sementara di lain tempat ada sepasang suami istri yang sedang membicarakan hal serius bahkan hal yang selalu membuat rumah tangganya sedikit goyang karna hal ini.

"Mas udah berapa kali si aku bilang ke mas, cari wanita lain mas karna aku engga mungkin bisa hamil sementara kamu mas harus memiliki keturunan apalagi ibu dan ayah kamu pasti sudah gak sabar pengen milikin cucu mas"

"Udah berapa kali juga mas bilang sama kamu, kalo mas gak akan pernah nikah lagi karna mas percaya kamu pasti sembuh sayang. Kamu juga harus yakin akan hal itu"

Mereka adalah Afifah dan Kahfi.
Sepasang suami istri yang sedang memiliki masalah yang lumayan besar. Memang Afifah memiliki penyakin kista dan kemungkinan besar rahimnya harus di angkat dan tidak bisa memiliki keturunan, Afifah begitu ingin memiliki keturunan oleh karena itu ia menyuruh suaminya Kahfi untuk menikah lagi. Tapi lagi-lagi Kahfi menolak hal itu karna, baginya Afifah terlalu sempurna dan dia tidak akan bisa menggantikan wanita itu, apalagi harus berbagi cintanya untuk wanita lain yang belum tentu dia cintai.

"Mas aku rasa wanita yang tadi ketemu sama kita itu cocok untuk kamu, kayanya dia cocok jadi istri kamu mas" Ucapnya secara tiba-tiba

"Apa maksud kamu, bahkan kita tidak mengenal gadis itu kenapa kamu bisa berbicara seperti itu Afifah?" tanya Kahfi

"Mas, apa kamu gak lihat dia shalehah pakaiannya sama sepertiku sangat tertutup dan dia cantik mas sepertinya dia juga baik anaknya mas, gak banyak gaya juga mas dia sederhana"

"Tidak Afufah. Mas tidak akan pernah menduakanmu"

"Tapi mas ini aku yang mau aku enggak bakal keberatan walaupun nantinya aku harus berbagi dengan wanita lain aku akan terima itu semua mas"

"Tidak Afifah tidak. Harys berapa kali aku bilang sama kamu kalo aku gak akan pernah melakukan hal itu tidak akan Fifah!" Bentaknya

Apa ini, kenapa mas Kahfi membetakku.
Aku bener-bener tidak tahu harus berkata apalagi rasanya mulutku kelu bahkan hatiku sangat sakit baru kali ini mas Kahfi membentakku dengan ucapannya yang meninggi rasanya sakit sekali. Tanpa bisa aku biarkan air mataku mulai lolos begitu saja dari mata ku, dia tidak pernah seperti ini apa aku juga yang keterlaluan karna sudah menyuruhnya tanpa tahu bagaimana perasaan dia.

"Maaf"

Aku masih terdiam, kenapa sangat sakit dia juga sama diamnya seperti aku saat aku ingin meninggalkannya dia mulai berkata.

"Mas minta maaf kalo udah bentak kamu, kamu tahukan apa yang mas rasa sekarang"

"Mas gak salah, aku yang terlalu menuntut mas maafkan aku, maaf kalau aku terlalu berharap mas, maaf aku buru buru nyuruh kamu melakukan itu"

Aku langsung memeluknya aku tahu pasti dia sangat marah padaku karna aku terlalu menuntutnya untuk menikah lagi, tapi apa boleh buat ini jalan satu satunya untuk aku dan mas Kahfi.

"Janji sama mas, jangan bilang kaya gitu lagi ya sayang" Ucapnya hangat

"Iya mas"

Mungkin untuk saat ini aku harus mengalahkan egoku dulu, daripada semuanya malah tambah rumit dan membuat mas Kahfi tambah marah lagi sama aku. Aku harus menahan kemauanku karna aku tau memang tidak mudah juga menjadi mas Kahfi suamiku.

"Mas sayang sama kamu, mas harap kamu bisa ngertiin perasaan mas ya jangan pernah bicara kaya gitu lagi Fifah"

"Iya mas maafin aku ya karna selalu menuntut kamu padahal aku tau kamu juga pasti ingin yang terbaik untukku" Ucapku

Dia langsung mengeratkan pelukannya padaku aku ingin kebahagiaanku tidak terenggut begitu saja setelah semua orang tua kami tahu kalau aku tidak bisa hamil, aku yakin gadis itulah jawaban dari semuanya walaupun aku belum mengenal dia, tapi hatiku berkata kalau dialah yang pantas membantuku dan juga mas Kahfi. Aku akan berusaha meyakinkan suamiku nanti kalau dia sudah tenang dan mau memahami kemauanku ini semoga saja dia mau mendengarkanku untuk kali ini. Semoga saja dia mau menuruti kemauanku untuk mencari istri lagi yang bisa memberikan keturunan untuk Mas Kahfi.

Karna aku sangat yakin pasti orang tua mas Kahfi juga ingin segera menggendong cucu. Semoga semua ini ada jawabannya kelak.

Mungkin ini berat bagi afifah dan kahfi

Vote dan comment sangat berarti 😊

My Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang